Chapter 18

314 38 35
                                    

What.... Tidak tidak... tapi.. WHAAT!!

Bisa bisanya mereka mengusirku dari kamarku sendiri. YA DARI KAMARKU SENDIRI.

Kedua tiran itu. Ugh. Setelah saling bertatapan sekian menit, kak Leen beranjak untuk meraih kerah baju belakangku, menyeretku seperti seekor kucing keluar kamarku. And the little tyrant, Yang Mulia Arsena, hanya menatapku dengan tatapan datarya dan menutup pintu kamarku tepat di mukaku. Saat aku akan mendobrak, maksudku membuka pintu kamarku, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka membuatku menabrak dada bidang kak Leen. Aku mengusap hidungku yang sedikit berdenyut dan menatap kak Leen yang menadahkan satu tangannya padaku. Aku menatap tangan kak Leen yang terulur kemudian wajah kak Leen secara bergantian. Dengan bingung aku meletakkan tanganku ke telapak tangannya yang terulur. Kak Leen memutar bola matanya dan menyentil keningku.

"Ack! Kak!" aku menatap tajam kak Leen sembari mengusap keningku yang giliran sakit setelah hidungku. "Sini!" kak Leen kembali menadahkan tangan kanannya. Aku mengerucutkan bibirku, "Maaf yang mulia, rakyat jelata ini tidak mengerti bahasa telepati." Aku mendengar Arsen terkekeh di belakang kak Leen. Aku mencoba melihat anak itu yang sedang duduk di tepian kasurku dan memberikan jari tengah ke arahnya. Kak Leen menggenggam jari tengahku dan menatapku dengan pandangan kesal. "No! Seira, that's bad!" aku menundukkan kepalaku menyesal. "Sorry." Gumamku. Kak Leen menghela nafasnya dan si little demon tyrant masih terkekeh. Kak Leen mengusap kepalaku "Alright. Give me your phone." Aku menatap kak Leen mencoba untuk mengelak. "eum, tapi kak.."

"Seira" hanya dengan namaku di lidahnya aku menuruti perintah kakak ku. Dan kakak tersayangku ini langsung menutup pintu lagi di depan wajahku setelah kuserahkan hp ku. Aku hanya bisa berdiri mematung di depan kamarku sendiri. Beberapa detik aku berdiri seperti orang idiot, aku menempelkan telingaku di pintu. Hening. Aku beralih menatap pintu kamarku. Sedang apa mereka di dalam? Kenapa tidak ada suara apa-apa?. Aku mengusap daguku dengan pose berpikir. Ugh sudahlah. Batinku yang malas berpikir.

Kurang dari satu jam atau lebih or Whatever menghabiskan camilan yang ada di dapur, duo tiran itu akhirnya memberkatiku dengan kehadiran bayangan suci mereka. "So?"

"Seira, tentang Ashen.." aku meneguk ludahku mendengar nama Ashen dari mulut kak Leen. "Berhenti untuk berhubungan dengannya." Final kak Leen. "Untuk sementara, HP mu kakak yang pegang, ok?" Sena hanya mengangguk mengamini seluruh perkataan kak Leen. "Terus gimana kalau aku harus kontak temen atau dosen, kak?"

"Right, kakak akan belikan kamu HP baru besok."

"HP baru? Tapi HP ku masih bagusloh, itu juga baru beli 3 bulan yang lalu, hadiah dari papa."

"Kak, HP kakak sudah di hack" Little Tyrant menyahuti pertanyaanku setelah hanya diam saja dan hanya mengangguk untuk mengamini the big tyrant. "Seira, kakak gak mau kamu masih berhubungan dengan Ashen atau terserah siapa namanya."

"Tapi kak, Ashen gak berbuat macam-macam, bahkan dia sudah menolongku!" argumenku.

"Seira! Dia itu berbahaya! Memangnya kamu tahu siapa Ashen itu?!" aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Right. Aku tidak tahu apa-apa tentang Ashen. Aku hanya tahu namanya adalah Ashen, itupun hanya nama anonimousnya. Setiap kali aku bertanya tentang dirinya, Ashen selalu mengalihkan pembicaraan. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa dan siapa sebenarnya Ashen itu.

"Kakak gak mau terjadi sesuatu sama kamu, you're my only baby sister, I'll always protect you." Kak Leen menarikku dalam pelukannya. Aku hanya mengangguk, tidak mau membuat kak Leen khawatir padaku. Kak Leen menghela nafasnya dan mengusap kepalaku pelan.

.

.

.

.

.

Aku mencengkram ujung jaket yang dipakai kak Leen saat aku merasakan sedang ditatap oleh seseorang. Aku mencoba mencari sumber tatapan tersebut dengan mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut dapur.

Mataku bertemu dengan mata Arsena.

AshenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang