Aku hanya mengekor kak Leen yang sibuk berbicara dengan teman temannya. Berkali kali aku menghela nafas jengah, tatkala merasakan tatapan tatapan membunuh dari cewek cewek yang ada disana.
Aku sedang berada di malam pesta amal jurusan kak Leen. Kak Juan, teman kak Leen berusaha mengajakku mengobrol. Namun aku hanya menanggapinya seadanya. Yang aku pikirkan saat ini hanyalah 'pulang ke rumah'. Kenapa juga kak Leen mengajakku kesini kalau hanya mendiamkanku seperti anak hilang disini.
"Kak..kak !"
Aku menarik narik ujung kemeja kak Leen hingga membuatnya menoleh padaku.
"Aku mau ke toilet!"
"Kamu minta kakak anterin ke toilet?"
Astaga kakak ku ini cerdas tapi kenapa koneksinya lambat sekali. Aku memutar bola mataku malas.
"Aku gak tau dimana toiletnya!"
"Oh, kamu keluar ruangan ini, belok kanan lurus aja"
Singkatnya yang langsung berbalik menghadap teman temannya lagi. aku berdecak sebal dan memilih segera keluar dari ruangan itu.
***
'Byuuur'
Seseorang mengguyurku dengan air di dalam bilik toilet. Aku menatap pakaian ku yang basah. Sialnya lagi, pintu juga dikunci dari luar. Bisa kudengar suara tawa yang kupastikan adalah fans fans gila kak Leen. Aku mendengar derap langkah mereka menjauh. Sepertinya mereka keluar dari toilet.
'tep'
Lampu toilet mati. Aku sangat terkejut sekaligus takut. Membayangkan film film horror yang pernah ku tonton bersama teman temanku. – catatan untukku untuk berhenti menonton film horror setelah ini -.
Dengan gemetar ku rogoh sakuku mengambil ponselku dan mencoba menghubungi kak Leen. Berkali kali mencoba menghubungi kak Leen, namun tidak di angkat.
Sudah lewat tiga puluh menit, lampu toilet tidak juga menyala. Bahkan tidak ada satu orang pun yang ke toilet. Aku mencoba menghubungi Sena dan Bunda, namun mereka juga tidak mengangkat panggilanku. Aku mencoba menghubungi sahabatku Mary dan Vela, namun hasilnya sama saja. Begitu kuingat ponsel Mary sedang rusak dan vela berada di luar kota aku mulai down. Air mataku mulai turun begitu saja. Tubuhku semakin gemetar ditambah keadaan basah kuyup membuatku menggigil.
Aku mencoba berteriak minta tolong, tetapi tidak ada yang mendengar teriakanku. Aku meringkuk di dalam bilik toilet.
'ping'
Dengan tangan gemetar ku buka pesan masuk di ponselku.
To : Seira Queen A
From : Unknown
Seira.
Ashen , nama itu muncul begitu saja di benakku saat melihat nomor unknown di layar ponselku. Dengan terisak dan gemetar, segera ku tekan tombol call.
Aku tidak peduli lagi siapa Ashen, stalker atau apapun itu aku sudah tidak peduli lagi karena keadaan ku yang sangat kalut.
Panggilan tersambung
"A..Ashen"
Suaraku gemetar karena isakanku dan efek tubuhku yang menggigil.
"Seira? apa yang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashen
Teen FictionBagaimana rasanya memiliki dua saudara laki-laki yang super protective ? Di tambah dengan datangnya pesan-pesan misterius yang mengetahui segala gerak gerik mu? You've been invited to the story in Seira's World, > Yes > No Selamat datang di...