19

169 23 1
                                    

Keesokan harinya, kak Leen dan temannya yang aku tahu namanya Mike, kak Leen memanggilnya begitu walaupun aku gak tau siapa nama lengkapnya, sibuk mengobrak abrik seisi rumah yang katanya sedang mencari cctv atau kamera tersembunyi atau alat penyadap. aku hanya mengekor mereka berdua yang sangat serius dalam pekerjaan mereka. kalau kalian tanya Arsena ada dimana, well anak itu sedang ada kegiatan di sekolah, jadi tidak bisa ikut bagian dalam keabsurdan kakak ku dan temannya ini. kabar bagus bagiku karena jika Arsena ada disini pastinya anak itu juga ambil peran dalam kegiatan polisi polisian ini. 

"Hey, Seira..kau sehat?" aku menatap kak Mike dengan bingung. 

kak Mike mendekat kearahku. "Apa kau sehat dengan kakak mu yang sister complex itu?" bisiknya sambil mengkode ke arah kak Leen yang sedang manatap layar laptopnya.

"Sister complex?" sahutku berbisik juga. "Kakak mu itu ack!!" 

"Menjauh dari adikku, you pervert!" ucap kak Leen sambil menarik kerah belakang kaos kak Mike. "Nah ini maksudku!" Kak Mike menjentikkan jarinya kearahku.

"Seira, jam berapa kuliahmu?" kak Leen menatap kearahku. "Oh, jam 1 nanti kak. Tapi aku ada janji sama Vela, aku bentar lagi di jemput sama Vela."

Kak Leen menatapku sejenak sebelum mengangguk dan menyeret kak Mike ke tempat lain. "Telfon kakak kalau kamu sudah pulang nanti." titah kak Leen tanpa ada celah untuk dibantah.

aku hanya mengangguk dan pergi keluar rumah untuk menunggu Vela.

                                                                                   ***

"Yo Seiran!" Mary menubrukku dari arah belakang dan merangkulku. Aku hanya tertawa melihat tingkahnya. Kami berjalan menuju parkiran kampus setelah selesai mata kuliah kami yang terakhir untuk hari ini. 

"Hey, sibuk banget sepertinya sampai tidak bisa dihubungi?" Mary mengangkat sebelah alisnya sambil mengerucutkan bibirnya kearahku.

"Seira kita ini sedang dalam tahanan saudaranya, so semua alat komunikasi disita!" lapor Vela pada Mary yang hanya dijawab dengan ber oh ria. "Kenapa?" setelah beberapa menit sunyi, Mery membuka mulutnya lagi. "Ugh! aku lagi gak pengen bahas itu lagi." Mary hanya menatapku simpati mendengar jawabanku.

"Oke oke, gak usah dipikirin lagi let's have fun now!" Mary menyeretku dan Vela yang hanya bisa terkekeh.

                                                         ****

'tep'

aku mendongak menatap seorang pelayan yang menaruh secarik kertas di atas mejaku. aku menatap pelayan tersebut dengan bingung.

"Maaf kak, ini ada titipan dari customer yang duduk di sebelah sana.. eh?" pelayan tersebut menunjuk meja cafe yang berada di ujung dekat jendela tidak jauh dari tempat dudukku. tapi tidak ada siapa-siapa disana.  kakak pelayan itu menatapku dengan tidak enak hati yang ku balas dengan senyuman.

"ah, terimakasih kak" aku mencoba menenangkan pelayan tersebut yang agak panik dan kemudian pergi dengan perkataan maaf.

Well, aku dan bestie ku memutuskan untuk ke cafe yang memang menjadi tempat langganan kami. Ini adalah cara have fun kami ketika habis ujian ataupun lelah sehabis kuliah yaitu dengan makan-makan. you know lah... *wink*

ku tatap secarik kertas di tanganku. "oho~" Vela mengedipkan matanya padaku disambut dengan tawa dari Mary. Aku tidak menghiraukan sahabat absurd ku yang sibuk menggodaku dengan kata-kata surat cinta.

.

.

.

.

MISS ME?

Aku tertegun membaca tulisan di secarik kertas itu. Ku edarkan pandanganku ke seluruh ruangan cafe yang memang saat itu di penuhi orang-orang dan cukup ramai. 

"Ashen" gumamku tanpa sadar.

Jantungku berdebar dengan sangat kencang sehingga suara di cafe hanya terdengar sayup sayup di telingaku. 

"Seira? ada apa?" Mary menepuk pundakku. Vela dan Mary menatapku dengan khawatir. Aku menggelengkan kepalaku dan tersenyum. "Nothing...ah aku ada janji sama Arsena, aku duluan ya.." aku beranjak dari tempat dudukku. Vela dan Mary hanya mengangguk dan melambaikan tangan. 

.

.

aku melangkahkan kaki ku dengan cepat membelah kerumunan orang-orang yang memenuhi jalanan. Feelingku mengatakan ada yang mengikutiku. ku percepat langkahku hingga deru nafasku tidak beraturan.

'grep'

aku tersentak kaget ketika seseorang menarik lenganku dari arah belakang. Belum sempat aku berteriak, orang tersebut menutup mulutku dengan telapak tangannya. Aku mencoba memfokuskan pandanganku ke wajahnya..entah karena adrenalin atau apa pandangaku sedikit tidak fokus..

"Seira.."






AshenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang