06. Bau Bau Perjodohan

1.6K 304 20
                                    

Disclaimer!

• Cast akan bertambah seiring berjalannya cerita.
• Perhatikkan setiap latar cerita.
• Komentar sesuai alur cerita.

Happy Reading!

***

Hari ini, Reinal tiba di bandara Ngurah Rai, Bali. Tepatnya, ia akan melihat kondisi rumah Sarah yang disita oleh pihak bank untuk melunasi sisa denda ganti rugi atas kasus yang menimpa papanya. Padahal, sebelum itu, Reinal bicara akan bertemu Pak Samuel—salah satu kliennya yang juga akan bekerja sama membangun rumah sakit di sekitaran Jakarta.

Pesawatnya sudah landing dari setengah jam yang lalu. Reinal kini hanya terpaku pada layar iPadnya. Menonton sebuah video rekaman Ael yang sedang bersenang-senang di rumah teman Eros yang sudah seperti kebun binatang.

Tanpa Reinal sadari, jemarinya menekan tombol panggilan video yang akhirnya memunculkan wajah Angel di layar.

“Halo, sayang? Kamu sudah sampai?”

“Hm, Rei udah dalam perjalanan ke hotel, Ma.”

“Emm gitu, udah nonton video yang mama kirim, belum?” tanya Angel yang saat itu tengah duduk di kursi dengan latar belakang sebuah taman, entah, Reinal hanya bisa melihat itu.

“Udah, Ma. Ael kemana?”

“Ael tadi lari-larian, papa kamu ngejar, tapi tau sendiri, umur gak bisa dibohongin, haha. Tapi malah Ael yang jatuh, karena kesandung, terus nangis tadi tapi sama anaknya Bu Ajeng di kasih boneka robot gitu, langsung diem. Ya ampun, Mama sampe gemes banget, pipinya merah, mungkin karena kepanasan kali, ya, Rei?”

Reinal lalu terkekeh kecil, “Wajar, anak laki-laki jatuh. Iya, Ma. Ael tuh kayak Sar— kayak Gara, kalo kena panas pipinya cepet merah.”

Gara yang duduk di samping Reinal, anteng dengan ponselnya karena sedang bermain game pun menoleh. Sejak kapan pipinya memerah jika terkena panas? Ada-ada saja, bosnya.

“Kok jadi saya, sih, Mas?” tanya Gara dengan suara pelan.

Lalu, Reinal tiba-tiba mendengar suara anak kecil yang ia taksir itu adalah suara Ael namun ada pula suara seorang perempuan di sana. Angel dengan senyum bahagianya mengarahkan kameranya hingga Reinal dapat melihat seorang perempuan cantik di seberang sana.

“Rei, kenalin anaknya Bu Ajeng, namanya Alora. Alora, kenalin ini anak tante, yang suka tante ceritain.”

Alora mengambil alih ponsel Angel, lalu tersenyum kikuk. “Hai, Alora.”

“Reinal.”

Alora lagi dan lagi tersenyum. Perempuan berpenampilan santai serta rambut dikuncir satu itu terdiam hingga suara Ael memecahkan kecanggungan yang ada.

“Papa! Papa!”

Alora kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi tubuh Ael lalu mengarahkan kamera ponsel itu pada sang anak.

“Papa udah mau pulang, beyum?” tanya sang anak membuat Reinal tertawa kecil melihat wajah cemberutnya.

Alora yang sebenarnya tak masuk ke dalam layar panggilan video itu nyatanya masih bisa melihat dan mendengar tawa kecil Reinal.

“Memangnya kenapa, Ael? Papa baru aja sampai.”

Masih dengan mencibirkan bibir mungilnya, Ael kembali bersuara. “Papa... tadi Ael jatuh, telus Ael nanyis. Tapi dikaci boneta lobot cama Kak Lola.”

Our Home [PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang