19. Accident

1.9K 326 81
                                    

Disclaimer!

• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.
• Aku lebih suka kalian komen tentang apa yang kalian rasain setelah baca ini, ketimbang komen hanya 'next' or 'cepetan next'. Karena tanpa kalian komen lanjut pun cerita ini bakalan tetap dilanjutin sampai ending.

Cerita ini diketik 7423 kata.

Happy Reading!

***

Erick terus menatap wajah pucat Sarah yang kini sedang terbaring di atas sofa. Dari semalam perempuan itu tak ingin pindah dari sana. Dan, kini tubuhnya sedang meringkuk. Erick menaikkan kembali selimutnya sampai batas dada perempuan itu.

Hatinya teriris ketika melihat Sarah seperti ini. Beban yang perempuan itu tanggung sudah tak main-main. Jadi, seharusnya kini Sarah berhak menuai kebahagiaannya, tapi Reinal malah memberikannya luka baru. Erick merasakan sakit yang teramat dalam, ketika melihat Sarah menangis dalam diam, bukan menangis yang meraung-raung, Sarah lebih merasakan kebodohannya karena telah mempercayai Reinal.

Telapak tangan besarnya terulur mengusap kepala Sarah lembut. Erick benar-benar tidak habis pikir, terbuat dari apa hati perempuan ini. Diterpa berbagai macam masalah pun, ia tetap berdiri. Tapi sungguh, kali ini Erick tidak akan menyerah, ia juga akan melindungi Sarah dari siapa pun, termasuk Reinal.

"Rick...," panggil Sarah.

"Hm? Gue disini? Kenapa? Lo butuh apa?"

Kelopak mata Sarah rasanya sulit sekali untuk terbuka. Ia menangis semalaman karena Reinal-pria yang kembali merusak kepercayaannya. Dengan mata sembabnya Sarah menatap wajah Erick yang sedang tersenyum tipis kepadanya.

"Lo dari semalam di sini?" tanya Sarah dengan nada parau.

Erick mengangguk dan tangannya turun mengusap punggung tangan Sarah dari luar selimut. "Gue disini, gak kemana-mana."

"Lo gak tidur?"

Erick terkekeh kecil, "Tidur kok." Alibinya. Padahal, Erick terjaga semalaman hanya untuk menjaga Sarah yang bahkan selalu mengigau menyebut nama sepupunya.

"Gue beli bubur ayam dulu, ya? Lo disini, jangan nekat ngelakuin apa pun tanpa sepengetahuan gue."

Dahi Sarah mengernyit, "Emangnya gue bakal ngelakuin apa sih?"

"Lakuin yang enggak-enggak."

Sarah menggeleng samar, "Enggak akan. Gue mandi dulu."

Erick menahan Sarah. Ia tidak membiarkan perempuan itu untuk beranjak dan mandi. "Nanti aja, setelah gue beli bubur. Nanti lo kenapa-napa."

Sarah akhirnya menurut dan Erick segera pergi meninggalkan apartemennya. Ponsel Sarah berdering, tapi kepalanya terasa sangat begitu sakit. Bahkan, rasanya ia tidak ingin mengingat kejadian semalam. Sarah akan menganggap biasa saja, dan menjalani hidupnya kembali seperti sebelum Reinal datang ke hidupnya lagi.

"Gara?" gumam Sarah.

Tapi, ia sudah malas. Karena berurusan dengan orang-orang Reinal, sama saja mengingatkan Sarah pada kejadian paling menyakitkan itu. Tapi tak lama, Gara mengirim pesan teks padanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Home [PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang