Disclaimer!
• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Fake news
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.
• Aku lebih suka kalian komen tentang apa yang kalian rasain setelah baca ini, ketimbang komen hanya 'next' or 'lanjut' or 'cepetan next'. I don't really like this comment. Karena tanpa kalian komen lanjut or next pun cerita ini bakalan tetap dilanjutin sampai ending.Cerita ini diketik 7431 kata.
Happy Reading!
***
Suasana malam ini, benar-benar menggambarkan kekacauan yang ada. Karena ia harus berhadapan langsung dengan Ganendra. Pria tua itu tahu bahwa Reinal datang ke restoran dengan Sarah tempo hari. Dengan tatapan nyalangnya, Reinal berdiri di hadapan sang kakek yang sedang duduk sambil menyesap rokok cerutunya.
“Duduk,” titah Ganendra pada Reinal namun ia tak ingin.
Reinal kemudian duduk di sofa panjang tepat di hadapan Ganendra. “To the point, waktu semakin malam. Dan, anak saya sudah menunggu.” Tolak Reinal.
“Saya dengar kamu kembali menjalin hubungan dengan perempuan itu?”
Reinal menautkan jemarinya, dengan posisi kedua sikunya menumpu pada paha sambil menatap sang kakek tajam. “Apa urusannya dengan Anda?”
“Bodoh, jika media tahu bahwa perempuan itu adalah anak kandung dari penipu ulung yang merugikan keluarga Pradipta, saham kita di pasaran bisa anjlok.”
“Jangan pernah libatkan Sarah ke dalam masalah itu lagi.”
Ganendra tertawa, “Bukan saya, Reinal. Tapi kamu, kamu yang justru mendorong dia masuk ke dalam lubang yang sama, untuk kedua kalinya.”
Rahang Reinal mengeras. Jika saja, proyek pembangunan apartemen itu berhasil, Reinal akan memegang kekuasaan yang lebih tinggi dari sebelumnya dan sudah bisa dipastikan, ia tidak akan bisa diatur lagi oleh siapa pun, baik Ganendra maupun Eros.
“Kamu melamar dia, bukan?”
Reinal terdiam, ia yakin berita ini akan sampai kepada Ganendra lebih dulu daripada Eros. Tatapan Reinal tak bisa dipungkiri, bahwa ia sangat amat membenci pria tua di hadapannya ini.
“Kalau iya, memangnya kenapa?”
Ganendra tersenyum kepada sang cucu, “Keras kepala, setelah mengadopsi seorang anak yang tidak jelas asal usulnya, lalu kamu juga akan membawa perempuan itu ke atas pelaminan? Sepertinya kamu benar-benar ingin keluarga Pradipta gulung tikar, Reinal.”
“Soal urusan adopsi anak saya dan juga kembalinya Sarah ke dalam hidup saya, sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan bisnis yang keluarga ini jalankan. Jadi, saya bisa pastikan, Pradipta Group, akan semakin unggul dan menduduki pasar internasional dengan segera. Tempo lalu saya pergi ke Jepang untuk menggaet salah satu investor ternama untuk bergabung dengan proyek pembangunan apartemen mewah di Kemang. Dan, beliau menyetujuinya.”
Reinal mengambil sebuah map polos berwarna hitam dari tas kantornya. Reinal membuka isi map tersebut berupa surat kontrak kerja sama antara Pradipta Group dengan investor ternama di Jepang, Mr. Ryo Yamato.
“Ryo Yamato...,” gumam Ganendra. “Kamu tidak bisa menjual nama dia di hadapan saya, Reinal. Saya tahu kalau proyek pembangunan tertunda karena kamu tidak bisa bertindak tegas kepada seluruh warga yang berhuni di lahan itu. Haruskah saya suruh kamu mundur dalam proyek ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [PINDAH KE FIZZO]
Romance[PINDAH KE FIZZO DENGAN JUDUL: GRAZIE A TE] [SEQUEL REINALSARAH] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Nama, karakter, tempat, dan peristiwa dalam cerita itu adalah fiksi. Cover: [Cr: Pinterest] Definisi rumah bagi Sarah itu adalah Reinal. Satu-satunya yang sed...