12. Something's Wrong

1.7K 316 118
                                    

Disclaimer!

• Cast akan bertambah seiring berjalannya cerita.
• Perhatikkan setiap latar cerita.
• Komentar sesuai alur cerita.
• Narasinya ikut dibaca ya, biar ngefeel.

Happy Reading!

***

Setelah beberapa hari, terasa menyakitkan bagi Sarah. Kini dirinya mulai kembali lagi memulai harinya. Bahkan bisa dibilang, Sarah nekat mencari tahu, apakah Reinal benar sudah menikah atau belum.

“Lo tuh ngapain sih? Fokus dong, Sar. Pak Jovan bisa depak kita dari ruang meeting sekarang kalo lo terus-terusan main HP.” Bisik Stella.

Sarah kemudian refleks menaruh ponselnya. “Iya, iya.” Balas Sarah.

Setengah jam, mendengar makian dari Pak Jovan membuat Sarah berhasil menguap di kafe yang ketaknya cukup jauh dari agensi bersama Erick yang sedang mengunyah menyeruput americano-nya.

Laki-laki itu secara tiba-tiba datang dan mengajak Sarah pergi. Netra cokelat Sarah kini menatap Erick yang juga kini sedang menatapnya.

“Kenapa ngeliatin gitu? Gue ganteng banget, ya?”

Sarah mencibir, “Gantengan sepupu lo.” Sarah refleks menutup mulutnya karena secara tidak langsung ia keceplosan memuji ketampanan Reinal.

“Ganteng doang tapi gak gentle buat apaan, Sar?” ejek Erick. Padahal dirinya sendiri pun terlihat lebih menyedihkan dari itu.

Sarah berdecak sebal, kemudian mencibirkan bibirnya. “Rick, Reinal beneran udah nikah, ya? Kok dia gak undang gue?”

Erick memilih diam dan beranjak dari kursi membuat Sarah terkejut. Namun, laki-laki itu kembali dengan satu cup ice cream dan menaruhnya di hadapan Sarah.

“Mending makan es krim, daripada otak lo terus ke doktrin sama Reinal.”

“Rick, lo beneran gak mau jawab pertanyaan gue? Apa itu artinya, Reinal beneran udah nikah?”

“Sar, gue gak tau. Kalo pun gue tau, gue pasti kasih tau lo. Kenapa sih, Reinal terus? Yang ada diotak lo selalu Reinal, kenapa gak ada gue, Sar?!”

Untuk pertama kalinya, Sarah melihat Erick se–emosional ini. Sampai Sarah tak sadar bahwa sendok ice cream-nya terjatuh ke lantai.

“Lima tahun, Sarah. Baru kali ini, gue ngerasa sia-sia selalu ada di dekat lo selama itu. Semuanya gue lakuin buat lo, gue ngorbanin waktu gue buat lo. Effort gue masih kurang?! Segitu berharganya Reinal buat lo?!”

Kedua mata Sarah berkaca-kaca. Erick membentaknya. Sarah benar-benar tidak bisa dibentak. Sarah trauma, ia merasa kembali terlempar ke situasi masa lalu di mana Jordan sering membentaknya.

Tangannya gemetar, namun Sarah tak lagi bisa menyembunyikan hal itu dan Erick sama sekali tidak sadar, kalau Sarah kembali merasakan traumanya.

“Gue suka sama lo, Sarah. Sebodoh apa sih lo, sampai gak bisa peka sama semua perlakuan gue selama lima tahun ke belakang? Gue paham, sesulit apa lo selama ini, gue paham gimana rasa sakit yang lo rasain setiap harinya, tapi bisa gak lo sekali aja liat gue. Liat gue sekali aja, Sarah!”

Sarah menunduk kemudian menepuk dada bagian kirinya berulang kali. Rongga dadanya benar-benar terasa dikuliti. Beruntung suasana kafe tidak terlalu ramai dan posisi tempat duduk Sarah dan Erick berada di pojok dekat kaca jendela.

“Sesulit itu, ya, buang Reinal dari pikiran lo?” bahu Erick mengendur dan memelankan intonasi suaranya.

Sarah mendongak dan menatap Erick dengan raut wajah bersalahnya. “Rick—”

Our Home [PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang