Disclaimer!
• Cast akan bertambah seiring berjalannya cerita.
• Perhatikkan setiap latar cerita.
• Komentar sesuai alur cerita.
• Narasinya ikut dibaca ya, biar ngefeel.Happy Reading!
***
Dua bulan terakhir ini, Reinal sedang dipusingkan karena masalah pembangunan gedung apartemen di daerah Senopati pun dikejutkan dengan Gara yang secara tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya sambil menggendong Ael dengan wajah yang sulit diartikan.
“Kenapa Ael dibawa ke kantor?”
Ael yang baru saja turun dari gendongan Gara pun segera menghampiri Reinal dan naik ke gendongan sang papa.“Bi Malni jatuh, Papa.” Jelas Ael.
Gara mengangguk, “Iya, Mas. Bi Marni jatuh dari tangga. Tadi Nyonya yang bawa ke rumah sakit sama Pak Eman. Sedangkan, Ael nangis karena ditinggal nenanya, jadi yaudah saya bawa kesini.”
“Duh, Ga. Gue ada meeting abis makan siang.”
Gara menepuk keningnya. “Tapi bisa kan, Mas, makan siang dulu? Ael belum makan, soalnya.”
Ael mengangguk gemas. Namun, melihat wajah datar papanya, anak itu kembali merengut. “Papa sibuk telus. Ael jadi cedih.” Keluhnya yang kemudian mengusap kedua matanya seperti ingin menangis.
“Sayang, Papa minta maaf ya, akhir-akhir ini pekerjaan Papa lagi banyak banget, jadi maafin kalau Papa belum ada waktu untuk main bareng sama Ael?”
Gara menggelengkan kepalanya samar. Bosnya itu malah semakin membuat mood Ael jadi rusak. Kemudian Gara berinisiatif untuk mengajak Ael keluar saja.
“Emm, gimana kalo ikut Om Gara keluar aja, yuk? Papa kan masih sibuk, nanti kalau pekerjaannya udah selesai, baru kita main bertiga.”
“Mau ajak Ael ke mana?” tanya Reinal dengan tatapan tajamnya.
“Ck, ya paling kalo gak ke kantin, ke kafe yang seberang kantor tuh, Mas. Disitu banyak menu favorit Ael.”
“Ael mau pancake, Papa.” Pinta Ael dengan mencibirkan bibirnya.
Reinal menghembuskan napasnya panjang. Lalu, berjalan mengambil ponselnya dan mengantunginya, lalu tanpa basa basi Reinal yang sambil menggendong Ael pun berjalan ke arah pintu.
“Lah, Mas? Mau ke mana?” tanya Gara yang buru-buru mensejajarkan langkahnya dengan Reinal.
“Katanya mau ke kafe seberang kantor?”
Gara kemudian cengengesan, “Oh, ya ngomong kek, Mas. Jangan langsung ngacir aja, kan saya jadi bingung.” Katanya yang kemudian buru-buru menekan tombol lantai 1 di dalam lift.“Papa, Papa. Kak Cala, tuh ke mana, ya? Kok abis jatuh sama Ael, Ael gak liat Kak Cala lagi?”
“Kak Sarah sibuk, Ael.”
“Kenapa ya, Papa sama Kak Cala sibuk telus, Ael jadi tambah cedih kalena gak bica main.” Keluhnya masih dengan wajah yang ditekuk.
“Hari Minggu kita main, Papa janji.” Kata Reinal namun tak membuat Ael senyum sumringah seperti pada saat dulu ia sering dijanjikan akan ditemani bermain oleh papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [PINDAH KE FIZZO]
Romance[PINDAH KE FIZZO DENGAN JUDUL: GRAZIE A TE] [SEQUEL REINALSARAH] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Nama, karakter, tempat, dan peristiwa dalam cerita itu adalah fiksi. Cover: [Cr: Pinterest] Definisi rumah bagi Sarah itu adalah Reinal. Satu-satunya yang sed...