20. Kekuasaan

2K 338 79
                                    

Disclaimer!

• Narasi harap dibaca juga, agar paham alur dan karakter tiap tokoh.
• Komentar sesuai alur cerita, jangan bawa cerita lain.
• Aku lebih suka kalian komen tentang apa yang kalian rasain setelah baca ini, ketimbang komen hanya 'next' or 'cepetan next'. Karena tanpa kalian komen lanjut pun cerita ini bakalan tetap dilanjutin sampai ending.
• Fake News

Cerita ini diketik 7751 kata.

Happy Reading!

***

Dirawat di rumah sakit selama satu minggu lebih, membuat Sarah merasa tidak nyaman. Hari ini gips di leher dan tangannya akan dibuka oleh dokter. Sebenarnya, ia sudah merasa dirinya telah pulih, bahkan bisa dikatakan sehat. Tapi, papanya menyuruh Sarah agar tetap dirawat sampai putrinya itu benar-benar pulih.

Sedari tadi, Sarah tak bisa menahan senyumnya ketika sang suster sudah membersihkan tangan serta lehernya karena baru saja lepas dari gips. Reinal yang melihat Sarah tersenyum jadi ikut tersenyum juga walaupun tipis. Bibirnya hampir berkedut ketika Sarah menunjukkan tangannya yang sudah lepas dari gips dengan wajah gembira ke arah Reinal.

"Sus, makasih ya, akhirnya saya bisa party lagi." Kekeh Sarah.

Suster tersebut hanya tersenyum sambil menggeleng samar. "Iya, akhirnya bisa party lagi. Tapi tetap jangan terlalu banyak gerak dulu, nanti bisa cedera lagi."

Sarah menganguk antusias. Reinal mendekatinya dan duduk di tepi ranjang, sementara, Sarah masih duduk di atas ranjang rumah sakit sambil melihat lehernya dari pantulan cermin kecil yang berada di genggamannya.

"Kan kalau gini, gue bisa pakai baju terbuka sesukanya." Gumam Sarah.

Tatapan Reinal begitu tajam kepadanya. Sarah langsung menurunkan cerminnya dan menatap Reinal balik. "Kenapa ngeliatinnya kayak gitu?"

"Gak ada party-party dulu. Keadaan kamu belum pulih, saya gak mau kamu masuk rumah sakit lagi."

Sarah mencibir, "Nyebelin. Terus gue masih harus tinggal disini sampai kapan?"

"Hari ini udah boleh pulang, kamu tenang aja."

"Beneran?!" tanya Sarah.

Reinal mengangguk pelan, namun sepersekian detik Sarah memeluk tubuhnya membuat Reinal membeku. Namun, rasanya pelukan itu terkesan berbeda. Intinya, semenjak Sarah dinyatakan mengalami amnesia, semua sikapnya berubah drastis. Wanita itu jadi lebih susah diatur dan semaunya sendiri.

"Tapi sarapan dulu." Titah Reinal.

Sarah menatap pria itu dengan menyebalkan. Beberapa hari terakhir, Sarah memang terus menerus dipantau oleh Reinal barang sedetik pun. Bahkan, ketika pria itu sedang fokus dengan pekerjaannya dan mengerjakannya dari iPad, Reinal tetap bisa mengetahui kalau Sarah selalu saja ingin kabur darinya dan berkeliling rumah sakit.

"Makan dulu, Ana. Ikuti apa kata Reinal." Kata Handoko.

Sarah merasa ini bukan dunianya. Ia seperti berada di dimensi lain. Rasanya begitu aneh ketika melihat papanya bersikap baik kepadanya, ditambah secara tiba-tiba Sarah mempunyai tunangan? Benar-benar di luar dugaannya.

Reinal menutup iPadnya ketika suster datang membawa makanan untuk Sarah. Melihat menu makanannya membuat Sarah tak nafsu makan. Ia ingin makanan lain dan tentunya tidak dari rumah sakit.

"Ayo dimakan." kata Reinal.

Sarah menggeleng, "Mau spaghetti bolognese," pinta Sarah.

"Ana, makan aja yang ada. Kasian Reinal, dia kepusingan gara-gara kamu. Ditambah pekerjaan kantornya menumpuk." Tegur sang papa yang membuat Sarah mencibirkan bibirnya.

Our Home [PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang