Weekend ini Galen ada di rumah. Lyla menghela nafas. Wanita itu merasa bosan tentang apa yang akan dilakukannya nanti. Apakah dia harus di kamar saja agar tak menemui protagonis itu? Ah, bukannya dia takut dengannya! Dia hanya malas di tuduh yang tidak-tidak oleh lelaki itu.
Ah, tapi untuk apa menghindarinya?
Dia kan harus menemani si kembar bermain. Itu lebih menyenangkan dari pada apapun!
Akhirnya Lyla memutuskan keluar kamarnya. Sebelum turun sarapan di ruang makan, dia menghampiri kamar si kembar. Terlihat Emilio sudah duduk dengan wajah acak-acakan baru bangunnya. Sedang Julian masih tidur tengkurap sembari mendengkur.
"Lio sudah bangun, sayang?" tanya Lyla tanpa perlu jawaban sebenernya.
Tapi Emilio tetap menjawab, "Cudah, Mom."
Lalu wanita itu beralih pada Julian yang masih asyik dalam tidurnya. "Ian, bangun Sayang. Kita akan segera sarapan."
"Eungghh," lenguh si kecil itu sembari melebarkan badannya bak snak kucing.
Akhirnya Julian terbangun juga meski masih terlihat megumpulkan nyawa. Lalu pandangan Lyla beralih pada Emilio yang sudah bersiap di pinggiran ranjangnya. "Lio, mau mandi sendiri atau mommy bantu?"
"Cendiri, mommy." ujar Emilio dengan malu-malu. Setelah itu, lelaki kecil itu berlari menuju kamar mandinya dengan wajah masih memerah malu.
"Hati-hati, Lio! Jangan sampai jatuh!" peringat Lyla sembari menggelengkan kepala melihat tingkah menggemaskan Emilio. Ingin sekali dia mencubit pipi merahnya tadi. Pasti sangat menyenangkan!
Setelah Emilio selesai mandi, Lyla membantunya berpakaian. Kemudian dia menawarkan kepada Julian apakah ingin dimandikan atau mandi sendiri. Tentu Julian yang manja ingin dimandikan sang mommy. Dia digendong mommy nya menuju kamar mandi dan dimandikan dengan penuh kaaih sayang. Setelah itu, dia dibantu mommy nya berpakaian mirip dengan kakaknya. Maklumlah, begini-begini Julian suka mengikuti style kakaknya.
Mereka bertiga turun menuju ruang makan dan mendapati Galen sudah duduk anteng disana. Mereka pun makan dengan tenang, tapi terkadang ada selingan celoteh Julian yang berisik dan Emilio yang cukup tenang.
Setelah itu, Lyla bersama keduanya langsung menuju ruang tengah dan menonton TV. Pas sekali pada layar terlihat gambar hewan-hewan terutama si Jerapa kesukaan Julian.
"Ommy, Ian engen liat jelapah itu." ujar Julian sembari menarik-narik pakaian mommy-nya. Jarinya menunjuk pada gambar hewan berleher panjang di layar itu.
"Nah, Ian kan sudah lihat jerapahnya di televisi itu?"
"Mungkin Ian ingin liat jelapah lancung mommy, makcudnya jelapah acli mommy." Emilio menyahut.
Julian mengangguk setuju. "Benel kata akak Ommy!"
"Oh, begitu!" setelah menjeda, Lyla melanjutkan, "Tapi, kalau mau lihat jerapah langsung harus ke kebun binatang, Sayang...."
"Alo jitu ayo ke bun binatang!"
Ding!
"Misi kelima, mengajak si kembar ke kebun binatang. Jika berhasil Anda akan menerima hadiah 100 point."
Ah, hanya seratus.
Berbeda dengan misi yang berhubungan dengan si Galen yang berhadiah poin serebu itu. Tetapi tak apalah! Lumayan juga. Mana sistemnya pelit poin lagi?!
"Itu sudah ketentuan, Tuan Rumah. Jadi, bukan saya yang pelit."
Huft, ya sudahlah!
"Baiklah, ayo kita pergi ke kebun binatang!"
"Yeayy!" ujar si kembar serentak dengan gembira.
"Mommy, apa kita ajak daddy?" tanya Emilio yang diangguki dengan semangat oleh Julian.
Lyla segera menggeleng. "Tidak, Sayang. Daddy kalian pasti sangat sibuk sepeeti biasanya meski ini hari ini weekend. Lebih baik kita bertiga saja, bagaimana?"
"Ok—"
Belum juga Emilio menyelesaikan ucapannya, sesorang datang tiba-tiba menyela.
"Siapa bilang saya sibuk?" Yap, siapa lagi kalau bukan Galen. Setelah makan tadi dia mendapat telepon sebentar dari sekeetarisnya kemudian setelahnya dia mengikuti ketiga orang tersebut hendak masuk ke keruang tengah, namun dia malah mendengar perkataan Lyla.
"Addy! Addy ndak bica itut ke bun binatang ya?" Julian menghambur dari pangkuan Lyla menuju Galen.
Si bungsu kecil itu memandang Galen ke wajahnya, terlihat mungil sekali di depan lelaki tinggi itu. "Tidak kok, daddy bisa ikut kalian ke kebun binatang hari ini."
"Yeayy, addy bica itut mom telnyata!" Julain memalingkan muka menatap mommy-nya.
"Wah, aciik. Ada daddy dan mommy!"
Ucapan Emilio ini membuat dada Lyla dan Galen yang mendengar seakan diremas. Sakit rasanya. Kasihan sekali mereka selama ini. Meski bukan anak kandungnya sendiri, entah mengapa Lyla sudah menyayangi mereka. Dia sudah menganggap mereka seperti anak kandungnya. Walau dia tak pernah punya anak sebelumnya dan dia juga masih belajar agar jiwa keibuannya lebih mantap.
"Ayo, kita siap-siap!" ujar Lyla mengalihkan perhatian.
Si kembar begitu senang, sampai melompat-lompat ketika hendak naik ke kamarnya. Lyla mengikuti di belakang mereka namun menghentikan diri sebentar di deoan Galen.
"Tuan Galen, kenapa Anda menjawab kalau Anda bisa ikut kami ke kebun binatang? Saya tahu kalau Anda pasti sibuk seperti biasa di hari ini walaupun hari libur," tanya Lyla.
"Tidak kok, saya tidak sibuk." Galen menjawab sembari sedikit memalingkan mukanya. Takut ketahuan bohongnya. Dia tadi mendapat telepon dari sekretarisnya kalau akan ada berkas cukup penting yang harus segera ditanda tangani. Tetapi entah mengapa dia malah memilih memgabaikannya dan ingin mengikuti kedua anak serta istri barunya itu ke kebun binatang.
"Lagipula, saya juga menemani anak-anak, takutnya nanti jika ada kejadian yang tak diinginkan menimpa mereka. Apalagi ketika bersama kamu perginya, saya masih kurang percayalah!"
Seketika amarah Lyla ingin memuncak rasanya. Dia berkata dengan bersungut-sungut, "Apa?! Kau pikir aku tak akan memedulikan mereka nanti? Atau aku akan membahayakan mereka gitu? Ah, sudahlah! Bicara denganmu selalu menguras emosiku!"
Bahkan Lyla menghilangkan keformalan diantara mereka karena saling marahnya. Ucapan formal biasanya karena masih menghormati atau saling tak mengenali. Kalau sudah tidak formal, bisa jadi karena saling mengenal erat atau membenci?
Setelah perdebatan kecil itu, Lyla naik mengikuti si kembar tadi. Dan akan membantu mereka bersiap-siap.
Di sisi lain, Galen masih berdiri melihat punggung Kalila yang perlahan menghilang. Pria itu tanpa sadar terkekeh mengingat ekspresi marah istri barunya tadi.
Imut sekali.
****
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Precious Mom [END]
FantasyLyla Agatha terbangun dalam tubuh seorang wanita berusia dua puluh lima setelah dikhianati temannya. Eits, tapi mengapa ada yang aneh? Ternyata dia terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis dalam novel yang sering menyiksa kedua anak tirinya sendi...