Part 14

100K 10.4K 27
                                        

"Boys, kalian ingin lihat perusahaannya daddy, ndak?" tanya Lyla pada si kembar yang tengah bermain di ruang mainannya.

"Apa Ommy? Ke pelusahaannya daddy? Ian mau itut!" Julian sih seperti biasanya, sangat antusias. Meski tak mengerti mau diajak kemana, asal sama mommy-nya pasti lelaki kecil itu mau.

Sedang Emilio hanya mengangguk tapi tak menyembunyikan binar dimatanya. Jelas sedari dulu Emilio ingin mendatangi perusahaan daddy-nya. Apalagi melihat daddy-nya yang merupakan raja bisnis. Dia ingin juga menjadi semacam daddy-nya. Jadi, dia harus belajar serta survei sejak dini tempat-tempat secara cara berbisnis. Sungguh dewasa bukan pemikiranmu, Lio.

Lyla senang sekali anak-anaknya mau diajak kerjasama. Ah, tapi dia harus membicarakan kepada mereka dulu agar tidak ke-geer-an si Galen nanti.

"Tapi, nanti jika daddy bertanya kenapa ingin pergi ke perusahaan daddy, kalian jawab saja kalau kalian sangat ingin melihat tempat daddy bekerja. Apakah senyaman dirumah gitu? Okay?!"

"Okay, Ommy!"

"Yes, Mom!"

"Kalau begitu, mommy masak dulu untuk dibawa ke daddy kalian. Sehabis itu, mommy akan membantu kalian siap-siap. Kalian main dulu, okay?!" tawar Lyla.

"Lio mau ciap-ciap cendili mommy," ujar Lio cepat karena saking inginnya pergi ke kantor daddy-nya.

Julian pun akhirnya ikutan sang kakak. "Ian juga!"

Lyla tersenyum senang melihat anak-anaknya mulai mandiri. "Baiklah, kalau begitu kalian bersiap dulu. Jika butuh bantuan, panggil mommy nanti. Mommy akan masak dulu sekarang."

Emilio menggandeng Julian untuk segera menaiki tangga dan berganti pakaian. Kedua lelaki kecil itu tamoak tak sabar ingin menemui daddt-nya di perusahaan. Padahal, hal yang paling diinginkan mereka adalah melihat perusahaan daddy-nya, kalau si daddy sih setiap malam pulang jadi tidak perlu di kangenin.

Selesai memasak, Lyla mendapati si kembar sudah duduk manis di ruang tengah menunggunya. Pakaian mereka juga sudah tampak rapi dan siap berangkat.

"Ayo, Ommy! cepat! Ian ndak sabal deh!"

"Lio juga tidak sabal!"

Mendengar itu, Lyla segera naik ke atas untuk bersiap. Setelah mandi, berpakaian sopan nan elegan, dia merias tipis wajahnya. Sudah cantik nampak semakin cantik!

Benar-benar perfect!

"Ayo, sayang! Eh—,"

Niatnya hendak mengajak anaknya berangkat, tapi Lyla tak mendapati mereka lagi di ruang tengah. Kemana perginya mereka? Membuat Lyla khawatir tiba-tiba.

"Nyonya, aden kembar sudah menunggu di mobil, Nya." ucap Bi wati memberitahu.

"Ah, begitu. Terima kasih, Bi."

"Malau begitu saya berangkat dulu." Lanjut Lyla berpamitan kepada Bi Wati sembari menenteng rantang makanan yang disiapkannya untuk si Galen. Kalau bukan misi, mana sudi dia melaukan hal ini. Apalagi untuk si Galon Air itu!

"Ayo, Omm! Ayo, Omm! Ayo, Ommy kita belangkat!"

Mobil yang disupiri sopir keluarga Agler melaju menuju perusahaan tempat Galen bekerja. Maksudnya, perusahaan milik Galen sendiri sih.

"Wah, gedung pelusahaan daddy tinggi sekali!" kagum Emilio menatap gedung pencakar langit di depannya sewaktu mereka telah turun dari mobil.

"Iya, punya daddy Ian!" sahut Julian ceria.

"Ayo, kita masuk!"

Lyla menghampiri resepsionis. "Maaf, saya ingin bertemu Tuan Galen, bisakah tunjukkan jalannya?"

Our Precious Mom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang