Lyla memejamkan matanya lalu membenamkan wajahnya dibantal. Ah, malu sekali dia mengingat adegan semalam. Bisa-bisanya dirinya salah paham kalau Galen akan menciumnya?! Kalau dipikir-pikir tidak mungkin sih!
Meski Galen sudah 'cinta awam' padanya tetapi tidak mungkin juga lelaki dingin itu akan melakukan hal seperti itu -ehm, sepeti ciuman maksudnya.
Kalau di novel bagaimana ya?
Ah, Lyla lupa bagaimana sikap Galen terhadap Asmita. Ya, emang sih bucin tetapi apa dia melakukan sering itu-ehm cium maksudnya- pada Asmita?
Hahh, untuk apa memikirkan ini?!
Maksud menghindar sebentar dari Galen pun pupus ketika dia mendengar suara sistem.
Ding!
"Misi kedelapan, mengunjungi perusahaan protagonis pria serta membawakannya masakan. Jika berhasil, hadiah 500 poin."
Benarkan?!
Kalo sistem bersuara, mesti ada misi yang hubungannya dengan si protagonis. Kenapa gak si kembar aja si sekarang ini? Dia lagi bete banget ketemu sama si Galen.
Apa tadi?
Dia harus mengunjungi perusahaan si protagonis serta membawakannya makanan?!
Benar-benar pupus harapannya menghindar dari protagonis untuk sementara waktu.
"Kenapa hadiahnya hanya poin sih sistem, apa gak ada yang laen apa?" tanya Lyla bosan.
"Tidak, Tuan Rumah. Poin dapat digunakan untuk membeli barang di mall sistem. Tentu poin ini adalah hal yang sangat berharga. Seharusnya Anda bersyukur bukannya malah mengeluh."
Lyla memutar bola mata. "Iya, iya."
"Oh iya, sebenernya apa aja sih yang ada di mall sistem. Ya kali, mall sistem jualan baju sama barang-barang lainnya kayak di mall gitu?"
"Ada juga barang sepertihalnya yang dijual di mall, Tuan rumah! Tetapi bukan hanya itu saja, mall sistem mengumpulkan berbagai benda dari penjuru dimensi entah itu benda ajaib atau benda berbasis teknologi dari tingkat yang lebih tinggi."
Lyla sontak membelalak mendengarnya. "Wow, emejing!"
Fantasi sekali tidak sih, dunia ini? Atau dapat dikatakan scifi? Sistem ini aja biasanya adalah manifestasi teknologi tinggi bukan? Atau bisa juga sihir? Ah, tak tahulah dia.
"Kau kok tidak bilang dari awal sih, sistem," kesal Lyla.
"Kan tuan rumah tidak tanya."
Iya sih ya. Tapi mana mau Lyla ngaku.
"Berarti di mall sistem ada sejenis pistol peredam suara atau laser pembunuh gitu?"
"Ada, Tuan rumah."
Wow, dia ingin punya satu. Barangkali butuh jika dalam keadaan mendesak.
"Lalu bagaimana jika aku ingin melihat-lihat benda di mall?"
Mungkin, dia dapat melihat piring terbang yang digunakan sebagai alat transportasi di masa depan. Hehe.
"Anda sudah punya tiketnya, Tuan Rumah. Untuk masuk, Anda harus menukarkannya."
"Apa tiket itu hanya untuk sekali masuk mall? Misal tidak beli hanya melihat-lihat sajakan sayang tiketnya hangus tanpa guna," tanya Lyla sembari memberi alasan.
"Tentu tidak, Tuan rumah. Satu tiket itu berlaku untuk selamanya. Jadi, tidak perlu khawatir tiket terbuang cuma-cuma."
"Baguslah kalau begitu." ujar Lyla sembari menghela nafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Precious Mom [END]
FantasíaLyla Agatha terbangun dalam tubuh seorang wanita berusia dua puluh lima setelah dikhianati temannya. Eits, tapi mengapa ada yang aneh? Ternyata dia terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis dalam novel yang sering menyiksa kedua anak tirinya sendi...