Lyla menunggu Galen bersama kedua anaknya yang belum turun. Awalnya dia hendak mengunjungi kedua orang tuanya sendiri. Seperti di novelnya, lagipula 'si Kalila asli' selalu mengunjungi orang tuanya sendiri, walau jarang. Namun, dia terpikir untuk mengajak si kembar. Dan ternyata si kembar juga sangat antusias bertemu kakek dan nenek dari pihak mommy-nya.
Rencananya dia akan pergi bertiga saja. Namun, siapa sangka Galen mendengar dan mengatakan akan ikut sembari bersilaturahmi, katanya. Apa-apaan lelaki itu? Di novelnya saja dia tak sudi menuruti Kalila jika diajak bertemu mertuanya. Tapi sekarang...
Ah, sudahlah...
Lyla harus sadar kalau semua telah berubah.
Tuk Tuk Tuk!
Suara sepatu yang begitu pelan namun masih terdengar olehnya. Maklumlah, Lyla mantan mafia, pendengarannya jangan diragukan lagi. Lyla melihat Galen turun bersama si kembar dengan Julian di gendongannya. Dan Emilio di depan lelaki itu. Entah kenapa, hangat rasanya hatinya melihat Galen tampak sabar menghadapi kedua putranya.
"Ayo, Mom!" ujar si kembar serentak.
Lyla menghampiri Emilio dan memeluknya, karena Julian ada di pelukan daddynya. Meski awalnya Emilio cukup canggung karena merasa dirinya sudah besar, namun akhirnya Lyla dapat meyakinkannya. Emilio pun merasa kehangatan dalam gendongan sang mommy. Pantas saja adiknya suka digendong.
Lyla dan Galen kemudian menurunkan si kembar ketika masuk mobil. Dan mendudukkan mereka berdua ke pangkuan mereka karena Galen tak menyetir sendiri kali ini. Lyla kali ini memangku Julian yang merengek ingin dipangku mommy-nya. Sedang Emilio yang canggung dalam oangkuan daddy-nya. Maklumlah, sifat mereka yang sebelas dua belas itu kalau disatukan kelihatan lucu aja gitu.
Mobil berhenti di depan kediaman yang cukup besar. Kediaman Exelo. Meski tak sebesar mansion Galen ataupun kediaman Agler—yang ditempati mama Galen itu. Kediaman Exelo cukup sepi, maklumlah hanya ada mama dan papa Kalila saja disana bersama para pembantu.
Mereka berempat memasuki kediaman tersebut. Lyla cukup deg-deg-an karena jujur dia bukan raga asli anak mereka. Namun dia tak merasa terlalu gugup pasal dia dapat berakting senatural mungkin, seperti Kalila asli di depan mereka. Ingat, dia kan aktris. Tetapi Lyla juga tak mau dan eneg jika harus bertingkah seperti Kalila yang super duper manja. Ah, apa dia harus jujur saja nantinya?
'Bagaimana menurutmu, sistem?' tanya Kalila dalam hatinya.
"Terserah Anda, Tuan Rumah."
'Tetapi jika aku diusir oleh orang tua Kalila. Lalu, Galen pun juga tak menganggapku ada. Maka, apa yang harus aku lakukan, Sistem? Bagaimana menyelesaikan misinya kalau begitu?' cemas Lyla.
"Kalau begitu, Anda bisa membeli ramuan penghilang ingatan sebagian, di mall sistem. Agar mereka melupakan apa yang Anda ceritakan."
Lyla terperangah tak percaya. 'Ada ya hal semacam itu?'
"Tentu ada, Tuan rumah!"
'Lalu bagaimana ingin memberikannya pada mereka nanti?'
"Anda kan jenius, Tuan Rumah. Pasti Anda punya cara!"
'Benar kau sistem!' Dipuji begitu, tentu menbuat Lyla merasa bangga. Dia tentu akan memikirkan berbagai cara agar tindakannya terwujud.
'Oh ya, tapi berapa harganya sistem? Tidak murah kan pastinya?!'
"Cukup murah kok, Tuan Rumah. Lagian itu hanya ramuan penghilang ingatan sebagian. Bukan seluruh ingatan, Tuan Rumah! Jadi, harganya hanya 500 poin per ramuan."
Lyla tertawa getir dalam hatinya. 'Ini yang namanya murah ya, poinku saja hanya dua ribu lebih. Kalo satu ramuan harganya 500 poin, untuk menghilangkan ingatan 3 orang kan butuh 1500. Belum lagi si kembar, jika mereka tak menerimanya juga, jadi butuh 2500 poin. Dan poinku yang hanya 2700, bisa ludes tinggal 200 saja, sistem!'
"Jangan dipikirkan lagi, Tuan rumah. Lagian Anda juga belum tahu kedepannya bagaimana."
'Benar juga lu!'
Tanpa sadar, Lyla bersama Galen dan si kembar sudah berhadapan dua paruh baya, yang tak lain adalah orang tua Kalila.
"Lila, sudah lama kau tak megunjungi mama. Mam kangen sekali sama kamu, Nak." Mama Kalila yang bernama Lesti Imelda Exelo itu memeluk putrinya dengan erat.
"Lila juga kangen."
Tidak seperti biasa yang hanya pelukan singkat tanpa minat dari putrinya, entah kenapa pelukan putrinya kini lebih hangat. Hati Lesti dibuat menghangat karenanya.
Setelah memeluk mamanya, dia beralih memeluk papanya. Hendrawan Rachmadi Exelo—papa Kalila itu juga merasakan hal yang berbeda dari putrinya. Tetapi dia malah senang merasakannya.
Kemudian dilanjutkan Galen yang bersalaman juga pelukan singkat dengan mertuanya. Lalu, si kembar yang antusias melihat kakek dan neneknya untuk kedua kalinya. Kali pertama, saat pernikahan Kalila dengan Galen.
Setelah berbincang singkat, mereka langsung menuju ruang makan. Maklumlah, waktu makan malam sudah tiba. Awalnya jika hanya Lyla sendiri, mungkin dia takkan mengunjungi mereka malam hari begini. Sayang, karena Galen ikut juga maka dia memutuskan mengunjungi mereka di malam hari. Lagian, kalau siang Galen juga bekerja sehingga tak kan punya waktu.
"Bagaimana perusahaanmu, Galen?" tanya Hendrawan. Kini mereka berada di ruang tengah.
"Baik, Pa." ujar Galen singkat.
"Saya dengar perusahaanmu akan bekerjasama dengan negara?"
"Benar, Pa." Lalu Galen dan Hendrawan berbincang mengenai urusan perusahaan.
Lyla menemani si kembar menonton televisi bersama Lesti. Lesti sedari tadi memperhatikan Lyla, membuat wanita itu merasa agak risi. Mungkin perubahannya terlalu kentara. Lagipula itu memang tujuannya. Dia tak ingin sok pura-pura menjadi si Kalila asli yang manja. Tentu dia sagat tidak mau!
"Mama senang kamu lebih peduli sama anak-anak Galen sekarang," ujar Lesti disela mereka menonton televisi.
"Iya, Ma. Lila juga sudah sadar sekarang."
"Mereka juga sangat menggemaskan, siapa yang tak akan menyukai mereka," lanjut Lyla bergurau.
Tentu ada. Si Kalila asli tak menyukai mereka. Batinnya sendiri dalam hati.
Setelah itu mereka terdiam ditemani suara televisi serta terkadang ada juga ocehan Julian serta sahutan Emilio yang menjawab adiknya.
"Kalila, Mama lebih suka sama sikap kamu yang sekarang," ujar Lesti setelah keheningan panjang diantara nereka berdua tadi.
Lyla hanya diam. sepertinya mama Lesti ini sudah menyadari. Tetapi memilih tak melanjutkan ataupun memaksakan. Mungkin, menunggu Lyla bercerita sendiri.
Melihat si kembar menguap berulang kali, Lyla berdiri hendak berpamitan. "Sepertinya, si kembar sudah mengantuk, Ma. Lagipula ini juga sudah larut. Kalila mau pamit pulang kalau begitu."
Melihat istrinya hendak berpamitan, Galen juga mengakhiri percakapan dengan papa mertuanya.
"Kenapa kalian gak menginap disini saja?" tanya Lesti menyarankan.
"Benar, sekali-kali kalian menginaplah. Lagipula besok weekend-kan?" sahut Hendrawan.
"Bagaimana, mas?" tanya Lyla sembari menatap Galen, menunggu keputusannya. Terpaksa sekali dia menggunakan sebutan itu, agar dianggap pernikahannya dengan Galen bahagia serta tak bermasalah. Lagipula, jika dia harus memanggil dengan sebutan Sayang, baby, iuh lebih jijay dia.
Jantung Galen sontak berdebar keras mendengar sebutan dari Lyla. Tanpa sadar dia mengangguk setuju membuat kedua mertuanya berbinar bahagia. Namun, setelah melihat Lyla memelototinya, baru saat itu pula Galen tersadar.
Tetapi mau menolak kembali juga tidak enak, melihat mertuanya begitu bahagia. Galen tak ingin meruntuhkan kebahagiaan yang mereka tampilkan itu.
*****
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Precious Mom [END]
FantasyLyla Agatha terbangun dalam tubuh seorang wanita berusia dua puluh lima setelah dikhianati temannya. Eits, tapi mengapa ada yang aneh? Ternyata dia terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis dalam novel yang sering menyiksa kedua anak tirinya sendi...