Part 12

101K 10.7K 44
                                    

Sudah seminggu Lyla memikirkan cara bagaimana membuat Galen tertarik padanya. Tak mungkin bukan dia harus merayunya seperti si Kalila sebelumnya. Bisa-bisa akhirannya nanti sama dengan si antagonis itu?

Tapi, apa ya maksud sistem kalau dia harus membuat Galen jatuh cinta 2 bulan sebelum kedatangan protagonis wanita?

Katanya ada rahasia dibaliknya?

Rahasia apa ya kira-kira?

"Ma, kapan Ian akan unya adik?" Pertanyaan Julian ini seketika membuat Galen tersedak kopinya. Pria itu tepat sedang minum kopi sembari membaca surat kabarnya.

Sedang Lyla kali ini hanya memelototkan mata terkejut dengan pertanyaan si kecil. Kok bisa si kecil berkata seperti itu?

Mereka saat ini sedang bersantai di rumah. Lagipula saat weekend tak mungkin mereka akan terus keluar bertamasya. Sesekali menikmati hari di rumah bersama keluarga seharian, asyik juga bukan?

"Ehm, siapa yang mengajarkan Julian berkata seperti itu?" tanya Galen tajam membuat Julian menciut takut.

"Kata Oma, daddy." cicitnya pelan.

Perkataan pelan ini masih bisa didengar oleh Galen, membuat lelaki itu menghela nafas pasrah. Memang mamanya itu!

Kenapa anak sekecil ini sudah diajari berkata begitu?

"Tapi, Ian ingin unya adik! Kak Lio juga kan? Bial ada yang temani kita belmain," serunya riang sembari meminta anggukan Kakaknya, Emilio. Entah kemana hilangnya rasa takutnya tadi.

"Benal, Mom!" Emilio mengangguk menyetujui perkataan adiknya. Lagipula, jika adiknya akan meminta hal lebih aneh lagi, dia juga akan menyetujui apapun keinginan adiknya itu.

"Sayang, maafkan mommy, mungkin—,"

Belum selesai Lyla berbicara, Galen sudah memotongnya. "Masih proses ya, anak-anak. Jadi, jangan ditanyakan lagi."

Apa-apaan perkataannya itu?

"Hei—,"

Lyla hendak memprotes tapi mulutnya segera dibekap Galen yang entah kapan sudah berpindah di dekatnya. Meski tadi posisi mereka dekat tetapi tidak sekursi. Kali ini mereka berada di kursi yang sama. Jangan aneh-aneh mikirnya. Kursi yang dimaksud adalah sofa panjang itu bukan kursi untuk satu orang.

Galen mendekatkan wajahnya ke wajah Lyla. Membuat Lyla panik bukan main. Jantungnya sudah bertalu-talu berisik. Membuatnya memejamkan mata cemas.

"Agar mereka tak banyak tanya lagi, ngerti."

Ternyata Galen hanya berbisik di sebelah telinganya. Aduh, malunya bukan main perasaan Lyla. Apalagi dia salah paham jika Galen hendak menciumnya. Ups!

Galen terkekeh melihat ekspresi Lyla. Seakan dapat membaca pikirannya, lelaki itu berkata dengan nada menyebalkan, "Mengira saya akan menciummu, hmm?"

Lyla segera memukul Galen sampai lelaki itu hendak terjungkal. Wanita itu mendengus lalu segera pergi dari tempat itu untuk menyelamatkan muka tentunya. Emang dasar, si Galen, protagonis sial*n itu!

Tanpa sadar Galen terkekeh di tempat melihat tingkah istrinya.

"Ommy kenapa, daddy?" tanya Ian yang memperhatikan mommy-nya pergi.

"Mommy-mu hanya malu-malu kucing, Sayang."

Dahi Julian mengkerut kurang paham, lalu lelaki kecil itu membeo, "ucing?"

"Ommy jadi ucing?" lanjutnya bingung.

Galen menepuk dahinya keras. Ingin rasaya dia memasukkan anaknya ini dalam karung agar tak banyak tanya. Ah, sabar, sabar...

Anakmu ini masih kecil, Galen. Ujarnya pada dirinya sendiri.

Sedang Emilio tertawa melihat daddy-nya yang berusaha menahan kejengkelan atas tingkah adiknya.

"Maksud daddy itu, mommy malu," jelas Lio pada adiknya.

"Tapi, ada kata ucing tadi kata daddy!" protes Julian.

"Ya, itu hanya perumpamaan. Ian tak akan mengelti cekalang, nanti kalo dah becal pasti Ian ngelti."

Julian ber-oh ria mendengar perjelasan kakaknya. Lelaki kecil itu sedetik kemudian sudah melupakan perkataan mereka dan kembali fokus pada mainannya.

Sedang Galen bernafas lega melihatnya.

****

Tbc.

Our Precious Mom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang