Part 4

128K 13.3K 349
                                        

Lyla mengajak kedua anaknya keluar kamar untuk makan siang. Dia dengan susah payah akhirnya mampu menggendong keduanya. Namun, saat turun tangga dia hanya bisa menggendong salah satunya. Dan Emilio sebagai kakak memilih mengalah. Namun, dia masih dapat memegang tangan mommy-nya sembari menuruni tangga.

Bi Wati yang tengah menyiapkan makan siang di ruang makan begitu terkejut mendapati nyonya-nya yang menggendong serta menggandeng kedua putra tirinya.

Jika ini benar-benar nyata sikap nyonya-nya berubah, maka pembantu tua itu sangatlah senang dari lubuk hati. Kini, ada orang yang dapat menyanyangi si kembar dengan tulus.

"Bibi! Semua ini sudah siap?" tanya Lyla sopan.

Lihatlah ucapan nyonya-nya yang kini berbeda dari biasanya. Apakah nyonya-nya benar-benar berubah?

"I-iya, nyonya."

"Terima kasih, Bi."

"Ayo, Ian turun, duduk lalu makan dulu. Lio duduk sendiri bisa?" tanya Lyla pada Emilio setelah hendak menurunkan Julian.

"Bica, mom," jawab Emilio.

Namun, siapa sangka Julian malah tidak mau turun dari gendongan aang mommy. Membuat bi Wati super duper khawatir dalam hatinya jika setelah ini nyonya masih akan memarahi aden julian.

"Kenapa Ian tidak mau turun?" tanya Lyla perlahan.

Julian menggelengkan kepala. "Ian ndak mau tulun, Ian macih mau di endong ommy."

"Baiklah, kalau begitu. Lalu, Ian akan duduk dipangkuan mommy bagaimana?" tawar Lyla.

Julian mengangguk senang.

"Ian mau disuapi juga?" tanya Lyla menawarkan. Membuat Julian menganggul senang. Dia akhirnya bisa merasakan disuapi sang mommy.

Di sisi lain, Emilio merasa iri melihat semua itu. Namun, dia lebih besar dari Ian sehingga dia harus memilih mengalah. Tapi, Lio juga ingin merasakan disuapi mommy...

"Tuan Rumah, ingat anak Anda masih ada satu lagi."

Ah, hampir saja Lyla menepuk dahinya jika tak ingat ada Juliam di pangkuannya. Dia menatap Lio yang juga menatap interaksi mereka berdua dengan raut sendu.

"Lio mau disuapin mommy juga?" tanya Lyla hati-hati.

Emilio tentu memgangguk. Hal ini membuat Julian mengerucut kesal. "Cenapa Kak Iyo dicuapin ugha?"

"Kak Lio juga ingin disuapi seperti Ian. Apa Ian tidak kasihan pada Kak Lio yang ingin makan disuapi oleh mommy juga? Lihat selama ini siapa yang jagain Ian? Kak Lio bukan? Jadi, boleh ya Kak Lio makan bersama Ian?" bujuk Lyla hati-hati membuat Julian mengangguk setuju.

"I-iya, mom. Ian mau makan belcama Kak Iyo."

Emilio juga merasa lega adiknya dapat menerimanya dengan tulus. Dia itu sangat menyayangi adiknya, jika adiknya tadi tidak setuju maka Emilio akan menuruti kemauan adiknya itu. Dia rela tak merasakan kebahagiaan asal si adik dapat merasakannya.

Sampai sore hari itu, Lyla seharian menemani kedua putranya bermain di kamarnya. Si kembar tidak mempunyai ruang bermain sendiri meski mansion ini sangat besar. Maklumlah, mainannya juga sedikit. Kalau menurut novel sih, Galen tidak mau anaknya kecanduan bermain sehingga hanya sedikit membelikan mainan. Bahkan beberapa mainan lebih mengarah pada edukasi bukan rekreasi.

Ding!

"Misi kedua, membuatkan si kembar makanan ringan atau camilan manis sampai si kembar senang dan memuji. Jika berhasil maka Anda akan mendapatkan hadiah peningkatan daya tarik sebesar 10%."

Wah, asyik tuh!

"Apa kalian ingin mommy buatkan kue untuk camilan?" tanya Lyla setelah mendapat misi. Dia sangat senang dengan misi ini. Lagipula sejak kehidupan sebelumnya dia sudah multitalent jadi memasak merupakan salah satu keahliannya juga.

"Uwe?" beo Julian.

"Mau mom!" seru Emilio.

Melihat kakaknya mau, Julian ikut menyahut. "Atu mau ugha!"

"Ih, gemasnya." Karena tak tahan melihat ekspresi gemas penuh binar mereka, Lyla akhirnya mencubit pipi tembam keduanya dengan pelan. Bukannya sakit, mereka malah merasa geli. Membuat mereka tertawa kegelian. Hal itu membuat hati Lyla menghangat.

"Baiklah, Ian dan Lio tunggu di ruang tengah ya. Mommy akan membuatkannya dulu." Lyla kembali mengajak anaknya turun.

"Lio mau bantu mommy!" seru Lio menawarkan bantuan.

Aduh, gimanoy ini?

Julian yang melihat kakaknya bicara begitu sontak mengikuti, "Ian ugha!"

Hadeh, ingin rasanya Lyla menepuk dahinya keras. Kalau yang bantu sudah anak remaja sih, it's oke. But, kalo yang batuin bocil gini bukannya ngebantu malah ngeriwuhi nanti.

"Lio dan Ian duduk dulu sekarang, nanti kalau sudah besar bisa membantu mommy," ujar Lyla memberi pengertian. Emilio dan Julian akhirnya mau mengerti juga. Mereka duduk manis di ruang tengah sembari menunggu sang mommy membuatkan kue. Sesekali mereka bergantian mengintip sang mommy, melihat apakah mommy nya sudah selesai membuatkan mereka kue.

Meski Lyla tahu mereka mengintip, dia pura-pura tak tahu saja. Lucu sekali melihat mereka dengan wajah gemasnya mengintipnya takut-takut ketahuan. Hahaha.

Cheesecake akhirnya berhasil dibuat, dengan taburan keju dan sedikit hiasan membuat kedua anak kembar itu bertepuk girang. Mereka mulai makan dengan belepotan.

"Bagaimana rasanya, Ian? Lio?" tanya Lyla pada keduanya.

"Enuwak, ommy. Ian mau lagi!" ujar Julian masih dengan mulut penuh kue yang dikunyahnya.

"Enak, Mom. Lio suka!" Sedang Emilio menjawab sewaktu kue di mulutnya sudah tertelan habis. Berbeda dengan Julian yang urakan, Emilio terlihat elegan dan penyuka kebersihan sepertinya.

Hari itu Emilio dan Julian untuk pertama kalinya merasakan sebuah perhatian dan kasih sayang seorang ibu. Mommy, orang pertama yang membuat mereka merasakan sebuah kebahagiaan.

Ding!

"Selamat, Tuan Rumah! Anda berhasil menyelesaikan misi kedua Anda. Hadiah 10% peningkatan daya tarik diterima."

Nama: Lyla Agatha
Nama tokoh : Kalila Maharani Exelo
Peran : Antagonis
Daya tarik: 20%
Kecantikan: 40%
Kesehatan: 50%
Keterampilan: Multitalent
Point: 1100

****

Tbc.

Our Precious Mom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang