CAREL|tiga

4.9K 356 14
                                    

Acara makan bersama neneknya sudah selesai sedari tadi, saat ini Carel sedang berbaring di kasur lantai miliknya dengan tangan yang menjadi tumpuan kepalanya, saat ini hanya itu yang ia miliki.

Namun Carel tetap bersyukur karna telah di berikan kamar dan rumah sederhana untuk dirinya dan neneknya tinggal dan terhindar dari hujan dan panas.

Carel sekarang tengah memikirkan siapa orang yang memberikannya sebuah motor yang Carel yakini bahwa harganya tidak main-main, dengan uang tabungannya selama 3 tahun pun tidak akan cukup untuk membelinya.

"Siapa ya yang ngasih gue motor? Masa iya langsung ngasih gitu aja. Tapi gue berterima kasih sama tu orang" Carel tersenyum lalu bangkit mengambil jaket miliknya, berjalan keluar kamar untuk menghampiri sang nenek di kamarnya.

"Nenek" Carel menyembulkan kepalanya di celah pintu kamar milik neneknya.

Wihda menghampiri Carel dengan alis yang tertaut. "Loh kok udah siap-siap? Mau kemana?"

Carel membuka lebar pintu kamar Wihda dan terpangpanglah Carel yang tengah berdiri dengan bibir yang tersenyum.

"Hehe, mau nyoba motor nek. Terus sekalian mau jalan-jalan juga cari angin"

"Yasudah hati-hati, ini udah mau malem. Pulang dari jam 10 oke?" peringat Wihda pada Carel dengan di balas anggukan oleh Carel.

"Carel pergi dulu ya nek, asalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

|•|

Carel mengendarai motornya dengan sedikit cepat, niatnya saat ini adalah pergi ke tempat tongkrongan Farrel dan teman-temannya.

Tetapi di tengah jalan Carel melihat seorang ibu yang tengah kesusahan membawa barang, Carel menghentikan motornya lalu menghampiri ibu itu.

"Permisi bu, mau Arel bantu?" tanya Carel sopan.

Ibu itu menoleh. "Ah tidak usah nak, biar ibu saja" tolaknya.

Carel menggeleng, tangannya mengambil beberapa barang dari tangan ibu itu.

"Gapapa Arel bantu bawain, rumah ibu dimana?" Carel berjalan pelan di samping ibu itu.

"Tak jauh dari sini, maaf ibu merepotkan mu" ibu itu merasa tak enak dengan Carel.

Carel tersenyum dengan gelengan di kepalanya. "Gapapa ibu"

"Oh ya, bagaimana dengan motor mu? Nsnti jika ada yang mengambilnya bagaimana?"

Carel tersadar bahwa motornya ia tinggalkan di pinggir jalan, Carel takut jika motornya di ambil orang lain.

"Gapapa ibu, semoga jangan ada yang ngambil" Carel tersenyum kikuk, kakinya terus berjalan mengikuti langkah ibu itu.

"Ah begini saja, ibu yang akan menyimpan motor mu di tempat yang aman, orang suruhan ibu yang akan mengambilnya. Bagaimana?" ujar ibu itu dengan antusias.

"Eum iya" Carel mengangguk mengiyakan.

Carel beserta ibu yang berada di sampingnya terus berjalan dengan sesekali mengobrol ringan hingga tak terasa keduanya sampai di sebuah rumah besar bak istana dengan gerbang yang menjulang tinggi.

Carel menatap rumah itu kagum dengan mulut yang sedikit terbuka membentuk huruf O sedang, beralih menatap wanita paruh baya di sampingnya dengan tatapan bertanya.

Carel strong boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang