CHAPTER : 07

7.9K 683 83
                                    

Dulu Isabella pernah memohon. Memohon pada Louis sampai menjatuhkan harga dirinya. Semua itu dia lakukan demi anak-anaknya. Semua yang dia perbuat, segala permintaan dan permohonannya, dia lakukan untuk Lucius dan Mirabelle. Berusaha agar anak-anaknya tetap memiliki orang tua yang utuh. Agar mereka tidak malu dan merasa dibuang oleh Ayah mereka sendiri.

Tapi sayang, semua usaha Isabella sia-sia. Louis tidak mengindahkan permohonan yang Isabella lakukan. Pria itu lebih mementingkan kesenangannya sendiri bersama Alana. Tanpa perduli bahwa dirumah, ada Istri yang sudah menemani dia dari nol, dan juga anak-anak mereka yang selalu ada dan siap menjadi obat di segala rasa lelahnya.

Isabella pun menyerah. Menyerah akan cintanya pada Louis. Otaknya masih bisa berfikir jernih untuk tidak kembali menjatuhkan harga diri yang selama ini dia junjung tinggi. Mencoba melawan rasa sakit dan bersikap acuh pada kelakuan sang Suami. Berusaha sekuat tenaga meredam berita miring tentang Louis, semata-mata agar anak-anaknya tak malu saat ketahuan memiliki Ayah yang berselingkuh dengan seorang Pelacur.

Tak ada alasan lain dari usaha Isabella pada Louis selama ini. Semua dia lakukan hanya untuk anak-anaknya. Karena baginya, sakit hati yang dia rasa tidak ada apa-apanya dibanding rasa sakit yang dirasa oleh putra-putrinya.

Cinta seorang Ibu memang kadang sehebat itu.

Isabella kini sedang berada didalam Kolam pemandian. Berendam dengan air hangat yang sudah disiapkan oleh Agatha, pelayan pribadinya. Kolam besar itu kini sudah berbau Lavender dan dipenuhi dengan kelopak mawar, atas permintaan Isabella sendiri. Dan disekelilingnya, Isabella juga meminta agar ditaruh beberapa lilin aromaterapi.

"Apa anak-anakku belum pulang juga?" tanya Isabella sembari memejamkan mata, menikmati pijatan Agatha dipundaknya.

Agatha tersenyum lembut. "Jika mereka sudah pulang, suaranya akan terdengar dari sini."

Kolam tempat Isabella mandi memang agak dekat dengan area utama Mansion. Pemandian itu Isabella desain sendiri dengan tema Outdoor agar saat lelah seperti ini, Isabella bisa merasakan ketenangan. Kolam ini juga di-desain agak besar agar bisa menampung beberapa orang.

"Agatha," Isabella memanggil dengan mata yang masih terpejam. Agatha menanggapinya dengan deheman singkat. "Apa menurutmu, kelakuan Louis bisa dimaafkan?"

Mendengar ucapan Isabella, mata Agatha menyendu. Bagaimanapun, dia sangat tahu bagaimana kisah cinta Isabella dan Louis. Karena dia merupakan Pelayan sekaligus teman bermain Isabella saat kecil.

Isabella adalah sosok yang sudah bergelimang harta sejak lahir. Sedangkan Louis tidak. Mereka bertemu saat SMA, Isabella merupakan seorang murid baru. Dan Louis merupakan seorang murid Beasiswa.

Mereka menjadi teman sebangku. Louis yang cerewet dan galak harus duduk disamping Isabella yang pendiam dan anggun. Setelah melewati beberapa waktu bersama, mereka saling jatuh cinta. Awalnya, seperti cerita-cerita romansa antara si Kaya dan si Miskin, hubungan mereka tak direstui oleh orang tua Isabella. Tapi mereka terus berjuang bersama, sampai akhirnya, orang tua Isabella menerima hubungan mereka.

Setelah lulus SMA, mereka kuliah bersama, ditempat yang sama pula. Kemudian lulus, dan Louis memulai usahanya. Dengan uang yang dia kumpulkan dari lama, Louis membangun sebuah Kafe kecil. Isabella membantunya dengan cara mempromosikannya pada teman-teman konglomeratnya. Pendapatan dari Kafe Louis pun menaik pesat. Louis dan Isabella merasa bahagia.

Louis kembali membangun usaha-usaha kecil. Setelah uangnya terkumpul, Louis mencoba untuk membuka Perusahaan Penerbitan. Siapa sangka, dengan campur tangan Isabella lagi, Perusahaannya menjadi besar. Louis terus-terusan membangun usaha, sampai Perusahaannya ada dimana-mana. Kafe, Restoran, Penerbitan, Game, dan Agensi.

FATE; Rebirth Of The VillainesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang