CHAPTER : 12

5.6K 608 171
                                    

Saat Louis ketahuan berselingkuh dengan Alana, Isabella merasa harga dirinya benar-benar jatuh ke dasar jurang yang paling dalam. Hatinya hancur berkeping-keping saat orang yang begitu dia percayai, orang yang selalu dia temani saat susah maupun senang, dengan tega menghancurkan semua harapan-harapan bahagianya.

Pada saat itu, Isabella merasa dirinya bukanlah apa-apa. Karena, bagaimana mungkin wanita bermartabat sepertinya dikalahkan oleh pelacur seperti Alana? Isabella merasa harga dirinya benar-benar diinjak. Berlian berharga sepertinya ditendang pergi, sementara batu kerikil seperti Alana disayangi.

Apalagi, sikap dan sifat Louis mulai berubah padanya dan juga anak-anak mereka. Louis menjadi kasar pada Lucius dan Mirabelle. Terutama padanya. Tak ada lagi kehangatan semenjak itu. Karena tak tahan, Isabella berusaha menurunkan sedikit harga dirinya dihadapan Louis. Memohon pada Pria itu agar berhenti menyakiti anak-anak mereka yang selama ini menjadi korban.

Namun, permohonan Isabella hanya dianggap sebagai angin lalu. Detik itu juga Isabella menyerah seraya berharap, semoga saja Louis bisa kembali seperti semula. Seperti disaat keluarga mereka masih baik-baik saja. Dan bersamaan dengan permohonan tulusnya itu, hatinya mulai menutup perlahan.

Sampai Louis tiba-tiba saja berubah menjadi Louis yang dia kenal dulu. Terlalu aneh dan Isabella merasa bingung. Bukannya senang, Isabella malah merasa risih karena Louis tiba-tiba saja kembali mendekat. Ada perasaan tak nyaman. Sebuah perasaan asing yang membuat Isabella merasa harus berjauhan dari Louis.

Isabella menghembuskan nafasnya perlahan, lalu mengambil ponsel di tas dan menelepon seseorang.

“Ya, Bella?”

“Apa kau bisa membantuku?"

“Ada apa Bella?"

“Tolong urus surat perceraianku dengan Louis."

***

Pagi ini Louis terpaksa harus berangkat ke Kantor. Javid memberitahunya jika ada masalah besar yang terjadi di Kantor cabangnya itu. Tentu saja kali ini Louis tidak bisa lepas tangan begitu saja dan membiarkan Javid keteteran.

Isabella yang baru saja terbangun dari tidurnya mengernyitkan kening saat melihat Louis sudah rapi dengan setelan Kantornya. “Kau … ingin bekerja?"

Louis yang mendengar ucapan Isabella segera menoleh pada Istrinya itu. “Ya, Sayang, sedang ada masalah dikantor.”

Isabella hanya bergumam dan kembali memejamkan mata karena masih mengantuk. Louis pun menghampiri wanita yang belum benar-benar tidur kembali itu dan mencium keningnya dengan sayang.

“Aku berangkat. Jika ingin ke Butik, jangan lupakan sarapanmu, Okay?”

“Hm,” Isabella bergumam malas.

Louis tersenyum dan mencium pipi Isabella dengan gemas sebelum keluar dari kamar. Isabella yang belum sepenuhnya tertidur tentu saja kaget dengan ciuman Louis di pipinya. Dia memegang bekas ciuman Louis tadi, kemudian menghela nafas.

“Tuhan, semoga keputusanku kali ini adalah yang terbaik …” ujar Isabella yang terdengar seperti bisikan.

Waktu pun terus berputar. Jarum jam kini sudah menunjuk pada angka 11 siang.  Isabella sudah tampak rapi dengan setelan formal-nya. Kali ini dia membiarkan rambut hitam kelamnya digerai.

Setelah menyemprotkan minyak wangi dipergelangan tangan, Isabella langsung keluar dari kamar seraya menenteng Tas. Saat sampai dilantai dasar, Isabella bertemu dengan Agatha yang sedang membersihkan foto keluarga menggunakan kemoceng.

“Selamat pagi, Agatha.“ Isabella menyapa dengan hangat.

Agatha membalasnya juga disertai dengan senyuman. “Selamat pagi juga, Nona Bella.“

FATE; Rebirth Of The VillainesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang