14

202 34 5
                                    




Tok tok!




" Punten nya."




Sungjun dan sang sepupu yang masih betah lirik-lirikan dari satu jam yang lalu itu akhirnya menoleh, menatap 2 orang berbeda tinggi yang kini tengah berdiri di pintu ruang rawat inapnya. Yang lebih pendek dadah-dadah dengan hebohnya, dan yang satunya tengah menatap jengah kelakuan yang lebih pendek.




" Eh. Masuk aja." Sepupu Sungjun lebih dulu bersuara.




Tanpa di suruh untuk yang kedua kalinya, kedua pemuda itu melangkah masuk. Junghwan, pemuda yang lebih tinggi menaruh barang bawaannya ke nakas. Sedangkan Amaru, si pemuda yang lebih pendek langsung saja berkacak pinggang di hadapan Sungjun.



" Udah gue bilangin berkali-kali. Lo ga dengerin. Sekarang begini kan akibatnya? Keras kepala banget. Emosi gue." Kesal Amaru.




Sungjun hanya diam tak membantah.




" Temennya Sungjun?" Tanya sepupu Sungjun yang bernama Junkyu itu.


Amaru langsung bersikap sopan lalu membungkuk singkat ke arah Junkyu.



" Eh iya kak."



" Gausah kaku gitu. Gue sepupu Sungjun." Jawab Junkyu yang di balas cengiran lebar Amaru.



" Kalo gitu gue ijin marahin dia ya kak?"




" Gausah di marahin. Udah cukup stress anaknya. Gausah lo tambahin lagi." Interupsi Junghwan yang kini berjalan ke arah sofa dan mendudukkannya dirinya disana.




" Kalo dia cuma sakit biasa sih gapapa. Ini ampe thypus. Lo tau? Typhus itu ga ketebak kapan sembuhnya." Amaru menoleh ke arah Junghwan, protes.



" Pokoknya gausah ngoceh-ngoceh gajelas. Suara lo ga enak di denger." Tangkas Junghwan membuat Amaru berdecak kesal.




" Kok lama? Padahal bilang otwnya sejam yang lalu." Sungjun yang sedari tadi diam tiba-tiba bersuara. Membuat semua orang yang berada di ruangan itu menoleh padanya.


" Mampir dulu liat kak Ge. Soalnya ada kak Junhyuk sama kak Haruto depan kamarnya. Ga enak juga kalo ga mampir." Jawab Amaru sembari melangkah ke sofa yang di duduki Junghwan. Ikut mendudukkan dirinya disana.



" Gimana keadaannya?" Tanya Sungjun pelan.


" Udah agak baikan gue liat. Tapi dia nggak ngenalin kita."


" Emang lo pernah kenalan sama Gyehun?" Serobot Junghwan sebelum Amaru membuka mulutnya untuk kembali bercerita. Pemuda mempunyai senyum secerah matahari itu menyengir lebar.




" Belum sih. Tapi kan gua udah pernah jengukin dia."





" Kapan?" Tanya Junghwan asal. Tak terlalu kepo, soalnya dia udah tau jawabannya pasti lebih nyeleneh lagi.





" Waktu dia lagi koma hehe."




" Mending diem deh." Keluh Junghwan kesal.




Sungjun menggigit bibirnya pelan. Jadi benar kalau Gyehun kehilangan sebagian ingatannya, batinnya.




Sungjun memang sudah tau itu semenjak beberapa hari yang lalu. Pak Didi menceritakan padanya tentang analisis dokter dan keadaan Gyehun yang tak mengingat apa yang terjadi padanya sehingga ia terbaring koma di rumah sakit. Dokter memvonis pemuda Samudra itu mengalami amnesia retrograde yang di sebabkan oleh cidera otak yang di alaminya. Hal ini membuat Gyehun harus kehilangan sebagian ingatannya. Bahkan dalam ingatan Gyehun, ia masih masih duduk di kelas 1 SMA.




Keluarga Degan tentu saja mengusahakan pengobatan yang terbaik untuk Gyehun. Pamannya, Suho bahkan menyarankan agar Gyehun di rujuk ke salah satu rumah sakit di Jerman sana untuk mempercepat penyembuhannya. Tapi keluarga Gyehun menolaknya. Sudah cukup semua biaya rumah sakit dengan pelayanan terbaik yang keluarga Degan tanggung selama hampir 3minggu ini untuk penyembuhan Gyehun.



" Jun?"




"...."




" Sungjun?"




"...."




" Jun?" Junkyu menggamit lengan Sungjun yang sedari tadi di panggil Amaru namun tak sekalipun menyahut.




" Hm. Apa?" Tanya Sungjun seperti orang linglung.



" Temen kamu manggil." Jawab Junkyu sembari memonyongkan bibirnya ke arah Amaru.




Sungjun menoleh.





" Sorry. Kenapa?"




" Jan ngelamun mulu. Kesambet ntar." Seloroh Amaru, namun Sungjun tak memberikan ekspresi apapun.



" Lo pasti sering kan ketemu kak Ge. Kapan dia pulang?" Amaru menyuarakan pertanyaan yang sedari tadi ingin dia ketahui.




" Kenapa? Lo kangen?" Tanya Junghwan. Amaru berdecak.




" Kepo doang gue."





" Gatau."




" Ehh?"





" Gue gatau kapan dia pulang."



Amaru menatapnya, begitupun dengan Junkyu yang tidak tau apa-apa. Junghwan? Pemuda itu malah memperbaiki posisinya lalu memejamkan matanya. Bersiap untuk tidur. Sama sekali tidak peduli dengan pembahasan teman-temannya itu.




" Lo ga tanya?" Tanya Amaru keheranan.



Sungjun menggeleng. Jangankan bertanya, bertemu saja belum. Bahkan ini sudah hampir seminggu, dan Sungjun masih belum menemui Gyehun. Padahal sebelum ia jatuh sakit, Sungjun menjaga Gyehun selama 24 jam selama 2minggu. Kurang tidur, jarang makan.




Sungjun hanya belum siap menemui Gyehun yang menurut informasi dari Pak Didi kini berubah menjadi pendiam. Gyehun memang pendiam sebelumnya, tapi pemuda itu tetap tersenyum ramah di setiap kesempatan. Namun kali ini pemuda itu juga kehilangan senyumannya. Hal itu juga meresahkan keluarga Gyehun yang setiap hari menyaksikan senyuman secerah matahari pemuda itu, sekarang, bahkan untuk sedetik saja, pemuda itu tak tersenyum sama sekali.




Selain itu, Sungjun juga belum siap jika akhirnya ia harus menerima kenyataan kalau Gyehun juga melupakannya.


Tbc..

Troublemaker | Gyehun x SungjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang