16

138 29 0
                                    




" Jangan lupa telpon papa kalo kamu udah pulang." Sean kembali mewanti-wanti. Sungjun mengangguk sekilas sembari menutup pintu mobil sang ayah dan langsung melangkah ke pintu gerbang bersamaan dengan murid lainnya.



Aslinya Sungjun merasa agak badmood karna masih mengantuk. Semenjak papanya di rumah, Sungjun selalu di paksa bangun lebih pagi dan juga di paksa untuk sarapan dan pola makannya menjadi lebih terjaga. Sean benar-benar menepati janjinya.



Sungjun mengabaikan orang-orang yang tersenyum menyapanya. Meskipun terlihat tak setangguh dulu, tapi sifat cueknya masih tidak bisa di hilangkan sama sekali.





Sungjun masih meneruskan langkahnya ke gerbang dalam sekolah hingga ribut suara motor sport menghentikan langkahnya. Itu suara motor rombongan Gyehun. Karna hanya mereka yang berani membawa motor sport bersuara bising itu di sekolah ini.




Sungjun buru-buru membalikkan badannya. Dan benar saja, gerombolan Gyehun yang datang di pimpin oleh motor Haruto di barisan paling depan.




Sungjun masih disana, di antara decak kagum dan sorakan tertahan para murid perempuan yang menyaksikan kedatangan rombongan petinggi sekolah itu hingga di barisan terakhir, motor sport putih yang sudah sangat Sungjun hafal itu berbelok ke lahan parkir dan memarkirkan kendaraannya disana.



Sungjun juga masih disana bersama yang lain, menatap rombongan itu serentak membuka helm full facenya lalu melepas jaket kulit masing-masing. Benar-benar terlihat keren. Pantas saja ada banyak murid yang selalu menunggui mereka datang di pagi hari. Dan hari ini Sungjun juga beruntung menyaksikannya sendiri. Terbersit rasa bersyukur di hatinya karna kegigihan sang ayah yang membangunkannya pagi-pagi sekali dan bisa menyaksikan Gyehun dan teman-temannya.



Sungjun menatap Gyehun lamat. Pemuda itu benar-benar tampak berbeda. Tidak ada lagi senyum ramah yang biasa di perlihatkannya. Pemuda itu melangkah bersama rombongannya dengan wajah tanpa ekspresi.




Rombongan itu melangkah ke arahnya dan Sungjun sama sekali tak berniat mengalihkan pandangannya. Haruto dan Jeongwoo berjalan paling depan, melewatinya begitu saja. Di susul Eunhwi dan Junhyuk ( Eunhwi tersenyum ramah padanya), lalu setelahnya ada Daniel, Kyungmun. Hyunsoo dan Yedam. Dan yang terakhir Gyehun yang sama sekali tak menatapnya.




Sungjun tersenyum miris, menatap punggung lebar Gyehun yang semakin menjauh dengan tatapan matanya yang setajam rubah.


*
*
*




" Ehh. Kak Ge udah sekolah njir." Seru Amaru heboh saat melihat Gyehun lewat di kejauhan dengan membawa beberapa buku di tangannya.



" Jun! Jun! Liat njir!" Amaru kini bahkan mengguncang lengan Sungjun dan menunjuk-nunjuk Gyehun yang sepertinya hendak menuruni tangga.



" Dia juga punya mata." Junghwan memutar bola matanya malas melihat tingkah berlebihan Amaru. Pemuda itu balas menatapnya sinis.



" Ya kalo dia lihat seharusnya dia seexcited gue dong."




" Gue liat." Potong Sungjun membuat Amaru menoleh cepat ke arahnya.



" Lah. Trus kok elo ga kaget?"




" Kenapa dia mesti kaget?" Cerca Junghwan.




" Ya haruslah! Kan Sungjun selalu khawatir sama kak Gyehun... Ehh. Jun jun mau kemana??" Amaru langsung panik mengejar Sungjun yang sudah melangkah cepat meninggalkannya.



" Kok lo ninggalin sih." Kesal Amaru saat berhasil menyusul Sungjun dengan Junghwan di belakang mereka. Tapi pemuda itu tak menjawab membuat Amaru jadi makin kesal.




" Emang susah ngomong sama tembok." Gerutunya. Lalu pemuda jepang itu melirik ke belakangnya, bersitatap dengan Junghwan.




" Elo juga tembok." Sembur Amaru yang entah kenapa juga kesal kepada Junghwan. Tapi pemuda itu juga diam tak menanggapinya membuat Amatu frustasi.




" Duh gini amat nasib matahari di antara dua kutub." Keluhnya yang lagi-lagi tak di tanggapi.



Akhirnya ketiganya turun ke lantai dasar menuju ke kantin di iringi keluhan-keluhan Amaru.



" Kenapa sih Minkyu ga sekolah."



"...."




" Kalo ada Minkyu gue nggak akan menderita gini, terabaikan."



"...."




" Dahlah. Kesel gue lama-lama." Ujarnya setelah ketiganya memasuki area kantin.




Junghwan yang lebih tinggi dari kedua pemuda itu pun selalu bisa menemukan meja yang kosong untuk mereka tempati. Pemuda itu melangkah terlebih dahulu di ikuti Sungjun dan juga Amaru yang masih belum hilang sisa rasa kesalnya.



Ketiganya menempati meja yang ada di sudut kantin.




" Sekarang giliran lo mesen ya Ju." Tuntut Amaru. Junghwan yang wajahnya terlihat enggan itu pun balas menatap Amaru.




" Kan kemarin gue udah." Lanjut Amaru lagi membuat Junghwan mendengus lalu mau tak mau berdiri dari kursinya membuat Amaru tersenyum lebar.




" Nah gitu dong. Pesenan yang kayak biasa yak. Eh Jun, iya kan?" Amaru menatap Sungjun. Sungjun yang di tatap itupun hanya berdehem pelan.




" Nah bener yang biasa. Dah sana-- Ehh. Jan lupa teh botol satu-"



" Bawel lo." Potong Junghwan.




" Ye daripada elo. Ngomong sok irit. Padahal mah ngomong ga bayar-- Eh eh. Ngeloyor aja tu anak. Dasar ngga sopan."




Amaru berhenti mengomel saat Junghwan tak lagi terlihat. Tapi itu tak sampai semenit karna pemuda itu sudah menemukan bahan obrolan yang baru.


" Eh itu kan rombongan kak Gyehun- eh loh. Kok nggak ada kak Gyehun?" Monolognya saat melihat rombongan Gyehun yang baru saja memasuki area kantin.



Sungjun menolehkan kepalanya dan ikut memperhatikan rombongan Gyehun yang seperti kata Amaru tapi tidak ada Gyehunnya itu.



" Yahh. Padahal gue mau ngucapin selamat datang." Keluhan Amaru kembali terdengar.




" Kak Ge kemana sih?"



Amaru menatap Sungjun yang sama sekali tak mengucapkan sepatah katapun menanggapi ucapannya.



" Jun?"



Sungjun balas menatapnya.




" Kak Gyehun tadi kemana?"




" Ya menurut lo aja."



Tbc..

Troublemaker | Gyehun x SungjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang