18

152 31 2
                                    



Sungjun masih saja setia mengikuti Gyehun kemanapun pemuda itu belajar di saat istirahat tiba. Pemuda itu tak peduli jika Eunhwi memikirkan apapun tentangnya karna beberapa kali pemuda itu ikut menemani Gyehun belajar berganti-gantian dengan temannya yang lain. Dan tentu saja Eunhwi selalu menangkap kehadiran Sungjun yang selalu saja duduk tak jauh dari tempat Gyehun belajar. Pemuda itu selalu menggelengkan kepalanya tak habis fikir setiap berkontak mata dengan Sungjun.


Tapi di istirahatnya siang ini, Gyehun kembali sendirian, terlihat sedang fokus mengetik di laptopnya. Dan Sungjunpun mengamati sang kakak kelas dari kejauhan dengan memakan isi bekal yang bibinya sediakan untuknya setiap hari.


Entah kenapa momennya begitu tepat. Sungjun jadi tak perlu lagi ke kantin karna istri sang paman yang ia panggil Mami Irene itu selalu menyiapkan bekal makan siang untuknya. Amaru juga sudah di bungkamnya karna pemuda itu protes karna tidak lagi mau di ajak ke kantin, atau lebih tepatnya, Junghwan yang membungkam pemuda cerewet itu dengan kalimat sarkas-sarkasnya.



Sungjun buru-buru menaruh sendoknya saat melihat Gyehun yang tiba-tiba saja menutup laptopnya. Pemuda itu tampak menengadahkan wajahnya. Gurat lelah sangat terlihat jelas di wajah pemuda yang kini selalu memasang wajah serius itu.

Sungjun sangat ingin menghampirinya. Ingin memastikan keadaannya. Tapi ia tak bisa. Dan memang tak seharusnya juga ia lakukan. Karna mungkin di ingatan Gyehun, Sungjun hanyalah anak dari paman Sean yang diaku oleh ibunya sebagai teman masa sekolahnya dulu, yang sering mampir ke kamar rawatnya. Itupun Gyehun hanya bertemu Sungjun selama beberapa menit.



Bukannya Sungjun tak pernah berhadapan langsung dengan Gyehun. Tentu saja pernah. Mereka terkadang bertemu di tangga, di gerbang dalam sekolah atau bahkan di lobi gedung kelas. Tapi Gyehun sepertinya sudah tak lagi mengenalinya karna pemuda itu hanya lewat begitu saja tanpa meliriknya sedikitpun.


Dan itu benar-benar membuat hati Sungjun begitu sakit.

*
*
*

" Tali sepatu lo lepas."


Sungjun menoleh sejenak ke arah Junghwan yang baru saja berbicara sebelum menunduk memandang sepatunya yang memang kini talinya benar-benar lepas itu.


Kenapa harus lepas sih? Sungjun mengeluh di dalam hatinya.



" Taliin kalo lo gamau ngegelinding di tangga." Peringat Junghwan sembari berlalu meninggalkan Sungjun yang masih berdiri di depan pintu kelas.


Pemuda Degan itu menarik nafas pelan dan akhirnya hanya menyelipkan tali sepatunya itu ke celah antara sepatu dan kakinya. Lalu setelahnya melangkah menuju ke arah tangga untuk turun ke bawah. Mencari Gyehun seperti biasa.


Pemuda itu menuruni tangga dengan menggenggam kotak bekal di tangannya sembari berfikir siapa yang akan di mintainya tolong untuk menalikan sepatunya. Jelas sang kakak sepupu, Junkyu tidak akan mau karna hubungan keduanya terkadang seperti anjing dan kucing. Minta tolong ke Mami Irene? Tidak bisa. Ia tak enak hati jika harus meminta tolong untuk urusan itu kepada sang bibi. Jadi mungkin sampai papanya datang atau pak Didi sudah kembali dari kampungnya, sepatu Sungjun tidak akan di talikan untuk sementara waktu.




" Dek. Tali sepatunya lepas--"


Sungjun segera memutar kepalanya ketika mendengar suara yang begitu familiar menegurnya di pertengahan tangga di antara lantai dasar dan lantai 2.



"-- Keinjek bahaya."


Sungjun terpaku di tempatnya. Karna yang barusan menegurnya adalah Gyehun yang sedang menuruni tangga bersama Haruto.



" Bisa minggir? Kami mau lewat."

Dan suara berat pemuda Watanabe itu akhirnya menyadarkan Sungjun. Membuat pemuda itu cepat-cepat menyingkir membiarkan Gyehun dan Haruto lewat. Kedua pemuda itu kini melewatinya sembari kembali berbincang-bincang. Di tangan Gyehun ada sebuah buku sehingga Sungjun berfikir jika Gyehun tentu saja masih melakukan rutinitas belajarnya.


Dengan gerakan cepat Sungjun kembali menyelipkan tali sepatunya dan bergegas mengikuti Gyehun dan Haruto yang ternyata sudah berpisah di lobi gedung. Haruto yang mengarah ke ruang organisasi dan Gyehun yang keluar dari gedung menuju taman tempat biasanya ia belajar.



Tapi ternyata di tempat biasa ia belajar ada banyak anak kelas 10 yang duduk memenuhi seluruh bangku taman bersama seorang guru muda. Tampaknya ada pembelajaran luar ruangan di taman itu sehingga kini Gyehun tampak meneruskan langkahnya ke arah sebuah pohon besar yang berada tak jauh dari taman itu dan mendudukkan dirinya disana lalu setelahnya kembali tenggelam dengan buku yang ia bawa.


Sungjun yang melihat hal itu pun kini tak punya pilihan lain selain mundur darisana karna tidak ada tempat yang cocok untuknya untuk memakan bekal yang ia bawa sembari mengamati Gyehun. Hanya ada beton-beton kecil pembatas tanaman. Dan ia tak mungkin mendudukan dirinya disana sembari memakan bekal. Akan sangat jelas sekali terlihat jika ia sedang mengawasi Gyehun.

*
*
*

Ini sudah rabu. Dan sepatu Sungjun masih terlepas talinya dan bahkan tadi hampir membuatnya celaka di tangga kalau saja Gyehun tidak datang secara tiba-tiba dan menarik lengannya. Pemuda itu menyelamatkannya, menatap ke sepatunya lalu memberitahunya tentang tali sepatunya yang terlepas. Sungjun melirihkan kata terimakasih sembari balas menatap Gyehun yang menatapnya dengan tatapan khawatir. Bahkan sebelum pergi pemuda itu menanyakan keadaannya sebelum benar-benar berlalu meninggalkannya.


Kini Sungjun mendudukkan dirinya di taman tempat biasanya Gyehun belajar. Tapi pemuda Samudra itu tidak ada disana karna tadi Sungjun melihatnya pergi ke arah perpustakaan. Tapi Sungjun tetap duduk disana dengan kepala tertunduk menatap sepatunya yang masih tidak di talikan itu.


Tangannya terulur, memegangi kedua ujung tali sepatunya, mencoba untuk menalikannya meskipun berakhir dengan kebingungan, akan di apakannya tali sepatunya ini?


Sungjun tak pernah sekalipun melihat proses penalian sepatu ini karna entah apa sebabnya, ia tak bisa melakukannya sehingga yang selama ini menalikan sepatunya kalo tidak sang ayah, ya berarti Pak Didi. Papanya ataupun pak Didi juga tidak pernah berniat untuk mengajarinya.


Sungjun yang kebingungan itu akhirnya menyerah. Kembali menyelipkan tali sepatu itu di antara celah sepatu dan kakinya dan berharap jika lusa nanti papanya pulang, papanya itu harus bertanggung jawab karna tali sepatunya itu.




" Kenapa nggak di taliin aja?"

Gerakan menyelipkan tali sepatu Sungjun itu pun terhenti karna sebuah suara dan penampakan sepatu beserta kaki yang mendekat ke arahnya.



" Kamu nggak bisa naliin sepatu?" Dan suara itu terdengar semakin dekat.


Sungjun mendongak walau setelahnya pemuda itu harus menahan nafas karna kini Gyehun sudah berjongkok di depannya. Pemuda itu menaruh bukunya di atas lantai paving lalu mengambil alih kedua ujung tali sepatu itu dari tangan Sungjun.


" Kamu bisa celaka sekali lagi karna tali sepatu ini." Ujarnya sembari menalikan tali sepatu itu dengan erat, lalu setelahnya menyelipkan simpul yang sudah ia buat itu di antara celah kaki dan sepatu Sungjun.



Setelah selesai menalikan sepatu Sungjun. Gyehun kini menatap si pemuda Degan yang sedari tadi tak bersuara dan hanya bisa terpaku menatapnya. Menghela nafas pelan lalu kembali mengambil bukunya lalu bangkit berdiri. Meninggalkan Sungjun yang nyawanya sedang berkelana entah kemana untuk kembali ke tempatnya biasa belajar.



Tbc..







Troublemaker | Gyehun x SungjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang