all my favourite conversations always made in the a.m.
▪︎▪︎▪︎
Apo tertawa kencang ketika melihat teman-temannya sudah mulai menggila akibat pengaruh alkohol. Pemandangan yang sungguh anarkis, jika mereka tidak menyewa club ini untuk pesta pribadi mereka, bisa jadi orang-orang akan ketakutan melihat tingkah aneh hampir setiap orang disini.
Ya, hampir.
Apo menatap lelaki yang telah menggulung lengan kemeja abu-abunya hingga siku. Ia telah menandai rekan kerja sekaligus kekasihnya itu sedari tadi. Ugh, Mile.
"Hei, kau!" tunjuknya ke arah Mile yang sedang tersenyum kecil melihat tarian Tong yang diluar nalar.
Merasa ditunjuk, Mile menatap ke arah Apo, memperhatikan kulit tan itu yang sedikit kemerahan akibat alkohol. Ia tersenyum kecil menanggapi Apo, lalu menundukkan pandangannya, melirik ke arah sepatu hitamnya yang entah untuk apa. Ia hanya tidak ingin beradu pandang dengan netra itu.
"Hei! Kau! Beraninya mengalihkan pandanganmu dariku!" Teriaknya menggunakan mic yang tadi digunakan Arm untuk menyanyi. Tindakan yang cukup bodoh, tentu saja, karena teriakan itu membuat seluruh aktivitas dalam club ini terhenti. Atensi semua orang beralih pada Apo yang tampak sedikit frustasi menatap ke arah Mile yang kebingungan dengan tingkah Apo.
Beberapa detik setelahnya, Mile tetap tidak bergeming. Lelaki itu diam ditempat duduknya, menerka-nerka apa yang akan Apo katakan selanjutnya.
"Bajingan gila!" teriaknya setelah ia sampai didepan wajah Mile.
Mile hanya diam, disumpahi menggunakan mic benar-benar mengguncang dirinya. Apo memang luar biasa. "Kenapa kau tidak menatapku dan tersenyum seperti kau menatap Tong tadi?" cicit Apo frustasi ditelinga Mile setelah teriakan sumpah serapahnya itu. Boleh Mile ganti pemikirannya tadi? Apo bukan hanya luar biasa, ia juga sangat menggemaskan. Terutama saat lelaki itu cemburu.
"Ada apa, Po?" tanya Mile pelan dengan suara lembutnya, pura-pura tidak mengetahui apapun.
Apo tidak memberikan jawaban apapun atas pertanyaan itu. Lelaki dengan baju kaos maroon itu mengembalikan mic pada Arm, berteriak agar orang-orang kembali menari, ia lantas menggenggam tangan Mile, menariknya keluar dari hiruk piruk club itu.
"Po, ada apa?" Mile bertanya sekali lagi dengan nada lebih menggoda sesaat setelah Apo mendudukan mereka disebuah dermaga, cukup jauh dari club tempat mereka berpesta.
"Kau bosan denganku?" pertanyaan itu diajukan Apo dengan mata memicing tajam ke arah Mile.
Mile ingin tertawa. Tetapi ini belum saatnya, menggoda Apo yang sedang mabuk adalah hal yang paling menyenangkan.
"Mungkin saja," ujar Mile sambil memasang wajah datar agar terlihat meyakinkan.
Apo menatap Mile tidak percaya. Lelaki ini benar-benar! Mungkin benar apa yang dikatakan Build padanya, Mile itu bajingan. Ia cepat bosan dengan kekasihnya. Dan sekarang tiba gilirannya, apakah ia sangat tidak menarik sampai Mile bosan bersamanya?
"Bajingan!" teriaknya ke arah Mile. "Jika kau bosan denganku, kita bisa mengakhiri ini dengan baik terlebih dahulu! Jangan langsung menggoda Tong didepan mataku!"
Mile menahan tawanya. Demi Tuhan, sejak kapan ia menggoda Tong? Hanya karena ia tersenyum kecil melihat tingkah aneh Tong, dan Apo sudah berpikir bahwa ia menggoda Tong? Bagaimana bisa? Bahkan sedari tadi, matanya hanya mencuri-curi pandang ke arah Apo yang tampak sangat menikmati pesta itu.
Pikiran Mile yang sedari tadi berkelana tersadar karena ia mendengar suara isakkan. Ia menatap intens ke arah lelaki yang duduk disamping kanannya.
"Jika kau ingin pu-," kata-kata dramatis Apo terputus, berganti dengan wajahnya yang memerah karena Mile mengecup bibirnya, singkat saja, tetapi berhasil membuat Apo kehilangan kata-katanya.
"Tidak ada yang ingin putus," nada suara Mile terdengar lebih serius. "Siapa bilang aku menggoda Tong? Bibir Tong mengeluarkan kata-kata aneh yang lucu, tapi aku lebih suka bibirmu yang mengeluarkan kata-kata kasar."
Ia mengecup Apo lagi.
"Bibir ini."
Kemudian, Mile tersenyum, ia memajukan wajahnya, meletakkan hidungnya pada bibir pink Apo, menghirup aromanya. "Bagaimana aku bisa bosan dengan bibir yang bahkan saat dihirup saja, aku tahu rasanya sangat luar biasa."
Mile lantas mengisap bibir Apo, merasakan setiap jengkal bibir yang membuat ia tergila-gila karenanya.
"Demi Tuhan, Apo. Bagaimana aku bisa bosan saat aku hampir gila bahkan saat yang kamu lakukan hanya diam?"
|end|
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace [Mile Apo]
FanfictionKumpulan one-shot MileApo yang dibuat saat gabut menunggu KinnPorsche.