ini part 2 ya gaiss, boleh baca part 1 dulu kalau yang belum, thank you! <3
▪︎▪︎▪︎
if you ever move on without me i need to make sure you know that you are the only one i'll ever love.
▪︎▪︎▪︎
Mile menatap heran ke arah Apo. Beberapa saat yang lalu, lelaki itu baru saja menangis dan terlihat seperti anak kucing yang kehilangan arah, membuat Mile tidak sampai hati melihatnya. Tetapi saat ini, ia sedang tertawa cekikikan terhadap suatu lelucon dari siaran televisi yang menurut Mile, tidak lucu sama sekali. Selera humor Apo benar-benar aneh.
Apo tergelak lagi, kali ini lebih keras, membuat Mile semakin memusatkan atensinya pada lelaki itu. Bagaimana ia bisa berakhir menjadi kekasihku? pikir Mile, karena menurutnya, Apo, bukanlah tipe lelaki yang akan ia puja.
"Mulai menyukaiku?" pertanyaan dengan nada menggoda itu tentu saja keluar dari mulut Apo, pertanyaan yang membuat Mile menarik atensinya dari lelaki itu, lalu tanpa sadar ia sedikit berteriak, "Tidak mungkin!"
Apo terkekeh. "Suka juga tidak apa-apa, toh nanti kamu juga akan memohon agar aku mau menjadi kekasihmu," katanya.
Mile menatap Apo sangsi, "Apa kau selalu sepercaya diri ini?" sarkasnya.
"Kamu bilang aku terlihat seksi ketika percaya diri," balas Apo sambil tersenyum lebar disertai kedipan mata ke arah Mile, membuat Mile bergidik ngeri.
"Apa aku sepicisan itu?" tanya Mile sedikit penasaran, ia tidak pernah membual seperti itu sebelumnya.
"Terkadang," jawab Apo dengan mata menerawang jauh, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Mile tanpa sadar, rasa penasaran mulai menguasainya.
"Kita."
"Kita?"
Apo mengangguk pelan sebagai respon terhadap pertanyaan Mile.
"Aku selalu berpikir bahwa aku akan melajang selamanya, hidup bebas tanpa perlu berkomitmen dengan siapapun. Aku bisa membeli apapun yang aku inginkan, pergi sejauh yang aku mau, aku rasa, aku cukup dengan semua itu." Apo memberi sedikit jeda sebelum melanjutkan, "Sampai kita bertemu."
Mile terdiam, menunggu Apo kembali bercerita.
"Pertemuan itu di sebuah toko barang-barang vintage yang ada di ujung kota. Kamu tersenyum ramah padaku, dan aku membalas dengan senyum yang sama ramahnya. Awalnya 'ku kira, kamu sama seperti orang asing yang terkadang aku temui ketika berbelanja. Hanya saling tersenyum ramah, lalu kemudian tidak akan bertemu lagi. Tetapi lucunya, aku salah," lanjut Apo sambil tersenyum pedih.
"Kita bertemu beberapa kali setelahnya, tanpa disengaja. Lalu pada pertemuan ke tujuh, kamu mengajakku mengobrol. Obrolan pertama yang terasa sangat kaku dan canggung. Uniknya, walaupun situasinya terasa aneh, kamu terus berusaha mencari topik pembicaraan, sangat menggemaskan jika diingat."
Mile menatap Apo tidak percaya, ia jarang sekali memulai pembicaraan dengan orang asing.
"Kamu boleh tidak mempercayainya, tapi sungguh, kamu yang mengajakku berbicara lebih dulu," kata Apo dengan berapi-api, terdengar sangat meyakinkan di telinga Mile.
"Setelahnya, kita jadi lebih sering bertemu, tidak lagi di toko barang vintage itu, tetapi berkelana menyusuri Bangkok. Kamu membawaku ke pelosok kota yang tidak pernah aku kunjungi sebelumnya, dan aku mengajakmu menyusuri sudut kota yang sangat aku gemari keberadaannya. Kita membicarakan banyak hal, kita berbagi banyak hal, terlalu banyak sampai dititik dimana aku, selalu merasa kurang jika aku tidak denganmu."
Dengan gerakan yang sangat hati-hati, Apo menggenggam tangan Mile, memberikan beberapa remasan pelan disana, menyalurkan perasaannya.
"Aku berubah Mile. Sejak kita bertemu, aku ingin menghabiskan selamanya denganmu," suara Apo terdengar bergetar. "Tetapi, aku, kamu, kita, hanyalah manusia. Dan kita manusia tidak tahu kapan selamanya akan berakhir , iya 'kan?"
Perlahan, air mata mulai membanjiri manik Apo, ia menangis hebat. Jauh lebih hebat dari sebelumnya, membuat Mile tanpa sadar menarik lelaki itu dalam pelukannya. Ditepuknya punggung lelaki itu perlahan, mencoba memberikan ketenangan.
"Kamu tahu berapa banyak selamanya yang kita punya?" tanya Apo setelah tangisnya cukup mereda, dengan kepalanya yang masih bersandar pada dada Mile.
Mile menggeleng sebagai jawaban.
Apo tersenyum pedih, "3 tahun. Hanya 3 tahun," jawabnya.
"Kita.. putus?" tanya Mile hati-hati.
"Tidak," kata Apo cepat, "Kamu meninggalkanku," lanjutnya.
"Hah?"
"Akan lebih baik jika kita putus. Setidaknya, aku tahu di dunia ini masih ada kamu," kata Apo ambigu. "Jauh lebih baik juga jika kamu sakit dalam waktu yang lama. Setidaknya, aku bisa mengurusmu sedikit lebih lama," terusnya.
"Apa maksudmu?" Mile bertanya dengan nada yang sarat akan kebingungan.
"Aku menerima telepon malam itu, sekitar pukul sepuluh. Orang-orang itu lucu Mile, mereka bilang kamu ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa akibat kecelakaan, dan mayatmu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit."
Mile seketika tercekat. "Aku.. meninggal?"
Apo tertawa miris. "Aku tertawa saat itu. Tidak mungkin. Kamu baru saja menghubungiku sekitar satu jam sebelumnya, kamu bilang sebentar lagi akan pulang. Aku masih tidak mempercayainya sampai Mama juga menghubungiku, ia menangis kencang sekali. Tangisan itu membuat aku sadar, kepergian kamu itu nyata, Mile."
Mile refleks mengeratkan pelukannya pada Apo yang mulai menangis kembali, entah untuk menguatkan dirinya sendiri, atau untuk menguatkan seseorang dalam pelukannya itu.
"Aku ingin memintamu untuk tidak datang ke toko itu. Atau setidaknya, jangan berbicara denganku. Tapi saat aku tiba disini, aku melihatmu berbaring dengan polosnya di kasur itu. Aku menatapmu lama sekali, dan menyadari bahwa nyatanya, walaupun terasa sesakit ini, jauh lebih baik jika aku bertemu kamu. Setidaknya, aku bisa merasakan pelukan paling nyaman ini, selama yang kita punya." Apo memberi jeda sementara, lalu melanjutkan, "Jadi Mile, temuilah aku, sekitar empat bulan dari sekarang. Ajaklah aku mengobrol dipertemuan pertama kita. Agar setidaknya, kita punya waktu sedikit lebih lama untuk bersama, dan aku.." Apo melepas pelukan Mile, lalu menatap ke manik Mile, ibu jarinya terangkat, mengelus pipi Mile lembut.
"Aku punya waktu lebih banyak, untuk mencintaimu selamanya."
|end part 2|
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace [Mile Apo]
FanfictionKumpulan one-shot MileApo yang dibuat saat gabut menunggu KinnPorsche.