Apo Nattawin Wattanagitiphat.
Mengapa Mile akhirnya memilih bertaruh dengannya?
Hidup bagi Mile Phakphum Romsaithong adalah sebuah ironi yang lucu. Sedari dulu, ia tak pernah pandai membangun sebuah hubungan pertemanan. Tak banyak orang yang mungkin akan mengingatnya jika ia menghilang secara tiba-tiba. Kebanyakan orang mungkin akan bertanya, siapa Mile? Karena selain nama keluarga yang disematkan padanya, diikuti segelintir tanggung jawab yang tiada habisnya, Mile Phakphum merasa ia bukan siapa-siapa. Memilih untuk tak terlihat bertahun-tahun dan tak menunjukkan batang hidungnya pada pesta-pesta kalangannya itu tentu adalah pilihan terbaik yang dilakukan Mile sampai tiga bulan yang lalu.
Bible adalah satu dari tiga orang yang dapat Mile sebut sebagai teman dan karena relasi inilah, tiga bulan yang lalu, ia terpaksa berada disebuah pesta ulang tahun perusahaan Bible. Terjebak dalam tempat yang sama sekali bukan dirinya. Mile sebetulnya ingin menghindari pesta ini sebisa mungkin, tetapi Bible tentu tidak akan setuju karena lelaki yang lebih muda empat tahun darinya itu telah berhasil membuat ia berjanji untuk datang.
“Mile! Sudah lama sekali!” adalah kalimat pertama Bible setelah ia bersitatap dengan Mile.
Mile tersenyum kecil, mengangguk. “Iya, sudah lama sekali.”
“Kita harusnya bertemu empat bulan lalu di pernikahanku tapi kau,” ia meninju pelan bahu Mile, “terlalu banyak alasan.”
“Maaf, saat itu memang saya sedang tidak di Jakarta.”
“Ya, ya.. aku percaya, tapi kau harus menemui Build dan meminta maaf langsung padanya.”
Mile terkekeh pelan, mengangguk. Membiarkan Bible menariknya menemui suaminya. “Sayang, lihat siapa yang datang!” serunya seperti mendapat sebuah hadiah.
“Wah, tuan muda Romsaithong!” sarkas Build yang membuat Mile tersenyum tipis, lalu detik selanjutnya menyampaikan permintaan maafnya membuat Build memutar bola matanya malas namun sedetik kemudian terkekeh dan berkata ia hanya bergurau.
“Oh, kalian belum berkenalan!” seru Bible sedikit heboh membuat percakapan Mile dan Build teralih, netra Mile akhirnya menyadari seseorang yang berdiri disamping Build, tinggi semampai dengan tuxedo biru tua yang apik pada tubuhnya.
Seseorang itu memperkenalkan diri, “saya Apo, Apo Nattawin Wattanagitiphat,” ujarnya, diiringi senyum manis dengan mata yang melengkung seperti bulan sabit.
Senyum itu.
Namun, Mile tak ingin terjebak lama, ia berusaha mengenyahkan Apo dari pikirannya, tentu saja usahanya hampir berhasil jika saja suatu pagi di hari Selasa, beberapa minggu setelah pesta Bible, diruang makan keluarganya, sang ayah tidak menyebutkan nama itu.
“Tuan Wattanagitiphat bilang ingin menjodohkan anaknya lagi.”
“Lagi?” ibunya bertanya pelan.
“Ya, sebelumnya telah beberapa kali gagal, kali ini ia menawarkan perjodohan itu dengan kita.”
“Bukannya anaknya baru saja menikah satu tahun yang lalu?”
“Ya, itu anak pertamanya, kali ini anak bungsunya, Apo Nattawin Wattanagitiphat.”
Nama itu.
“Tapi, dengan siapa? Tong sudah menikah, Jeff sudah memiliki kekasih, Mile tentu akan menol-,” ucapan sang ibu terpotong karena Mile tiba-tiba saja berujar, “saya mau.”
Dan begitulah mengapa ia beberapa hari setelahnya, berakhir duduk bersama sang ayah dalam sebuah ruangan VIP restoran bintang lima, sambil sesekali menghembuskan napasnya perlahan demi menghilangkan gusar yang muncul entah karena apa. Ketukan beberapa kali pada pintu membuat Mile semakin tak karuan, tapi terlihat kacau tidak pernah ada dalam kamusnya, maka ia menegakkan duduknya, bersiap menampilkan seulas senyum tipis pada si bungsu Wattanagitiphat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace [Mile Apo]
FanfictionKumpulan one-shot MileApo yang dibuat saat gabut menunggu KinnPorsche.