Chapter 3 : impian bujang sq

70 16 0
                                    

Happy reading!

Enjoy!









Sekarang mereka sedang duduk di depan kelas ips 1 kenapa tidak masuk? Jawabnya adalah karena ada anak cewek di dalam kelas jadi mereka dilarang masuk.

Mereka sekarang pada sharing tentang kehidupan juga cerita cerita singkat, tidak kala juga mereka bercanda.

"P bro! Kalian ber 14 pada punya impian gak? " ujar aksa tiba-tiba, para bujang sq juga Lucas cs mengalihkan atensi sepenuhnya ke aksa.

"punya lah! Yakali engga " balas renja.

"punya lah anjir! " balas leon.

"Wih yang bener? Kasih tau dong apaan" ujar aksa.

"mulai dari siapa? " tanya leon ke aksa.

"Mulai dari sani aja " jawab Brian, mereka mengangguk.

Yang di panggil namanya langsung saja mendelik, sani ingin protes, namun sebelum dia membuka mulut leon sudah menyumpal mulutnya dengan roti milik arkan.

“roti gue! ” ujar arkan dengan kesal.

“telen dulu,baru ngomong” ujar Lucas.

Sani segera mengunyah roti itu lalu menelan nya, setelah itu sani langsung merebut es sirupnya marvin dan meminumnya, sedangkan marvin hanya diam dan tidak protes.

“impian gue sederhana aja, gue cuma pengen jadi dokter, gue pengen nyembuhin orang” ujar sani yang memelankan suaranya di akhir kalimat.

“bagus sih” ujar Marvin, sani hanya tersenyum.

"oke selanjutnya riko, apa impian yang pengen banget lo raih" ujar Brian, riko tersenyum simpul.

“ gue pengen jadi pelaut, itu impian gue dari kecil, gue mau lanjutin perjalanan abah di samudera yang ketunda,gue pengen wujudin keinginan abah yang pengen nyusurin samudera” ujar riko dengan senyum yang sangat antusias, entah kenapa Lucas tiba-tiba tersenyum simpul mendengar itu.

"bagus amat impian lo cil" ujar Lucas.

"iya dong! Riko gitu loh! " balas riko sombong.

"Iya dah, selanjutnya reno, apa impian lo? " tanya Brian ke sani.

"gue... gue... Impian gue.... Gue mau di kenal sama di kenang" jawab reno dengan nada sedih yang tidak disadari oleh mereka kecuali yohan.

“hah? ” ujar riko.

“ya pokoknya gitu, udah lah, giliran si narasi” balas reno sambil tersenyum.

Narasi yang belum sadar jika sekarang giliran nya pun masih sibuk dengan handphone nya.

“Woy Nana! ” panggil satria tidak santuy.

"Hah apaan? " jawab narasi yang matanya masih berfokus ke handphonenya.

“Giliran lo na” ujar sean.

Narasi langsung mengalihkan atensinya dari handphone beralih menatap mereka semua yang juga sedang menatap dirinya.

"oh? Giliran gue? Hehehe, maap gue gak tau" balas narasi dengan tawa hambarnya.

Kami Dan LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang