Penyesalan

76 14 5
                                    

Halo semuaa ak dh ga bs ngmong apa2 intinya ak mau mnta maaf Krn udh ngilang bgitu lama huhu, aku bner2 disibukkan dgn real life ku yg bner2 menyita waktu dan pikiran ehehehe ~~

Oyaa gausah lama2 deh kita langsung lanjut aja yaa~~

Lagu utk menemani,
NCT Dream_never goodbye

Happy Reading~~

***

Areksa mengangkat tubuh lemah gadis itu perlahan, menyingkap selimut tebal yang gadis itu gunakan dengan gerakan cepat. Ia mengangkat Helena ala bridal style, menyambar kunci mobilnya secara sembarangan lalu berlari keluar, beberapa pelayan dirumah nya pun sama tak kalah kagetnya dengan Areksa, "yaampun ini Non Helena kenapa?"

"Badannya panas bi, aku mau bawa dia ke rumah sakit, tolong ya bi, bukain pintunya" wanita paruh baya itu lalu membuka pintu mobil dengan cepat begitu mendengar perintah tuan mudanya.

Areksa mendudukkan tubuh Helena disebelah kursi kemudi, memasangkan seatbelt, lalu berlari mengitari mobilnya, dan segera menjalankan mobilnya dengan cepat.

Sial.. Areksa mencengkram erat setir mobilnya. Jalanan Ibukota yang macet sama sekali tidak membantu menenangkannya. Ini memang masih pagi, waktunya orang-orang berangkat sekolah dan bekerja.

"Hel Lo harus baik-baik aja, ga boleh terjadi apa-apa sama Lo atau... Atau gue akan nyesel seumur hidup, gue minta maaf Hel gue emang brengsek gue minta maaf"

Sial... Areksa menekan klakson mobilnya dengan kesal berulang-ulang. Ia panik luar biasa melihat Helena tak sadarkan diri dengan sekujur badan terasa panas disebelahnya.

Berulang kali Areksa memutar memori buruk semalam, perlakuan buruk yang ia lakukan semalam pasti penyebab Helena jadi sakit seperti sekarang.

Cowok itu menggenggam tangan Helena, terasa hangat, cowok itu terus menciumi tangan Helena dengan gusar, "gue minta maaf jangan sakit kayak gini Hel, jangan hukum gue dengan cara kayak gini, jangan sakit, please, lebih baik Lo pukul gue, mau marah marahin gue juga gapapa asal Lo jangan sakit, gue jauh lebih tersiksa liatnya Hel..."

Lagi Areksa menekan klaksonnya membabi buta melihat laju mobil didepannya yang merayap lambat.

Mobil-mobil lain tampaknya terlalu malas berurusan dengannya kecuali pengemudi dibalik mobil Ferrari berwarna hitam didepannya.

Cowok itu menggedor jendela mobil Areksa cukup kencang mau tak mau Areksa membuka pintu mobilnya sendiri, "jalanan ini bukan cuma punya elo, bisa sabar kan Lo? Kalo Lo telat jangan emosinya ke pengguna jalan lain dong salah Lo sendiri kalo jalannya kesiangan"

"Cewek gue sakit! Dia pingsan, gue bingung gue gatau harus apa! Gue juga gak mau kayak gini, ngebut kayak orang kesetanan dijalan, tapi cewek gue sakit, orang paling berharga dalam hidup gue sekarang lagi sakit, bahkan sampe ga sadarkan diri, setelah semalem kita bertengkar hebat dan sekarang dia sakit, trus Lo pikir gue masih bisa tenang hah?!"

Cowok tadi mengintip sedikit dan melihat seorang perempuan masih mengenakan piyama duduk tak sadarkan diri dengan wajah tampak sedikit memerah, "oke sorry bro, gue turut prihatin, tapi mungkin gue bisa bantu buat kosongin jalanan, sebentar"

Pria itu tampak menghubungi seseorang, tak lama ia kembali lalu menyuruh Areksa bergegas, "masuk trus ikutin gue dari belakang, biar lebih cepet sampe ke rumah sakitnya, biar Lo ga emosian lagi" kekehnya singkat di akhir kalimat.

Meski sedikit kesal tapi Areksa pikir tak ada waktu untuk merasa tersinggung sekarang, ia masih butuh bantuan cowok didepannya ini.

Areksa kembali masuk kedalam mobilnya, benar saja tak lama kemudian datang beberapa arak-arakan motor dan mobil yang mengambil alih, sirine terdengar entah bersumber darimana, cowok tadi itu benar, jalanan didepan akhirnya terbuka lebih lebar dari sebelumnya.

AREKSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang