bab 3

10.6K 244 1
                                    

"kau baik baik saja?" tanya Evans ketika Honey sudah sadar, Honey mengerjapkan matanya melihat Evans, seingatnya dia diantar pulang oleh Nelson, dia tak mengingat bagaimana dirinya bisa sampai di tempat tidurnya.

"kau pingsan tadi" ujar Evans menjawab pertanyaan yang ada di kepala Honey, Honey meringis perih saat berusaha bangun.

"kau tak apa apa?" tanya Evans memegangi lengan Honey yang berusaha duduk tegap.
Honey menggeleng lemah, selangkangannya masih sakit, dan kepalanya serasa mau pecah.

"sebaiknya kau istirahat dulu, kakak khawatir keadaan kamu makin memburuk" ujar Evans lalu menaruh obat yang pelayannya berikan tadi. "minum obatnya jika makan malammu sudah selesai"

Honey mengangguk sambil tersenyum ke arah Evans, melihat ketulusan Evans padanya membuat Honey merasa bersalah telah membohongi dan mengingkari janjinya terhadap kakaknya yang berkata bahwa tidak akan mengenal Dylan.

"goodnight little sist" ujar Evans mencium puncak kepala Honey, Honey tersenyum lebar menatao kepergian kakaknya yang hilang di balik pintu kamarnya.

Honey memakan makan malamnya dengan pelan namun habis, rupanya dia sangat kelaparan, Honey lalu beranjak dari temoatnya mengambik obatnya dan meneguknya sekali, Honey mengambil ponselnya di meja nakasnya, dan tidak ada pemberitahuan pesan masuk, meskipun menyakitkan namun Honey juga berharap Dylan meminta maaf padanya, jujur jika Dylan meminta maaf pada Honey, dia akan memaafkannya dengan tulus, namun pesan dari Dylan tak kunjung datang membuat dugaan Honey makin kuat bahwa Dylan tidak merasa bersalah melakukan itu, dan hanya laki laki brengsek yang tidak mau mengakui kesalahannya.
Honey kembali membaringkan dirinya di kasurnya, badannya masih demam akibat terlalu shock dengan kejadian tadi.

***

Evans bangun dari tidurnya ketika mendapat panggilan telepon dari Dad yang menanyakan kabar keduanya, Evans juga memberitahu Dad bahwa Honey sedang sakit, Dad terdengar sangat khawatir namun Evans mengatakan bahwa itu hanga demam biasa, itu memang hanya demam biasa.

"Honey" Evans mengetuk pintu kamar Honey, terdengar suara krasak krusuk dari kamarnya membuat Evans khawatir terjadi apa apa pada adiknya, dia lalu membuka pintu kamar Honey yang ternyata tak terkunci, Evans mendapati Honey tengah berpakaian seragam lengkap membuat Evans mengernyit bingung.

"kau sudah sehat?" tanya Evans, namun jawabannya itu terlihat sangat jelas bahwa Honey masih belum sehat untuk pergi kesekolah melihat wajah Honey yang masih pucat pasi.
"ganti pakaianmu, dan istirahatlah!" ujar Evans tak terbantahkan.

"kakak aku baik baik saja" sangkal Honey namun Evans bersikeras menyuruh Honey istirahat dirumah.

"wajah mu sangat pucat, jangan konyol!" Evans mulai membentak adiknya.

"ta-"

"aku ingin kau istirahat, jika kau sudah sembuh kau bisa bersekolah" ujar Evans membuat Honey pasrah dan segera mengambil piyama nya di lemarinya, Evans mendesah legah, dia beranjak keluar setelah menyuruh Honey meminum obatnya.

Honey memandang keluar jendela yang sudah terang, mungkin ada baiknya Honey tidak pergi sekolah dulu bahkan dia tidak yakin akan berangkat sekolah dengan keadaan yang mengerikan seperti ini dan akan melihat wajah Dylan hanya membuatnya sedih. lagi lagi Honey menangis pilu, menangisi keadaannya dsn kelakuan Dylan, dia merindukan Dylan namun juga membencinya, sungguh sakit menangisi orang yang benar benar dicintai namun orang itu juga sumber sakit hatinya.

***

PLAKKK!!!

tamparan keras mendarat di pipi kanan Dylan, Dylan menoleh kaget ke arah yang menamparnya dan mendapati Venny berdiri dengan wajah yang sangat kesal dan mata yang terbelalak.

HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang