Venny mengambil tasnya dari kursi tempat ia duduk, dilihatnya jam tangannya sudah pukul 2 siang dan dia mempunyai janji pada Honey untuk mengajak Cela dan Celi jalan jalan.
dengan langkah seribu Venny keluar dari cafe tempat dia menghabiskan latte nya sedari tadi, Venny celingak celinguk mencari taksi yang akan ia tumpangi, namun tak ada satupun taksi yang lewat.
Venny masih celingukan mencari cari taksi yang akan ia tumpangi namun sayup sayup Venny mendengarnsuara langkah kaki mendekatinya.
"butuh tumpangan?" suara berat itu terdengar familiar bagi Venny, lalu dia baliknya tatapannya menuju asal suara dan mendapati Evans yang kini sudah berdiri di depannya dengan kacamata hitam yang nampak sangat menyilaukan dibawah sinar matahari.
"kak Evans" ucap Venny, reflek menyebut nama kak Evan yang ada di depannya. "kakak kenapa bisa berada disini?" tanya Venny sambil tersenyum.
"im not sure, tapi aku temu kamu disini, jadi... kamu mau kemana" Evans menjawab dengan gugup menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"aku ada janji dengan Honey" ujar Venny tak kalah canggungnya.
hening..
"bagaimana kalau aku mengantarmu?"
"hmm... okay"
"okay?"
Venny tertawa lalu membalas jawaban Evnans mantap "okay!"
Evans terkekeh lalu menuju ke mobilnya dengan Venny dibelakangnya.
"kabar kamu bagaimana?" tanya Evans sambil kembali fokus pada jalanan didepannya.
jika biasa Venny hanya terus berangan angan bisa berbicara dengan Evans, kini Venny tak menyangka bahwa dia bersama Evans saat ini.
Venny berusaha mengontrol rasa deg deg an di hatinya. "baik, kakak sendiri?"
"baik, padahal baru kemarin aku mengantarmu pulang, dan aku sudah bertanya pertanyaan bodoh seperti ini" Evans tertawa, secara tidak sengaja memperlihatkan giginya yang tak tersusun rapi.
"iya juga yah!"
"terus kenapa tanya tanya?"
"kan kakak yang duluan"
kemudian, hening.
Evans memiringkan stirnya bersamaan dengan mobilnya yang kini berbelok ke arah kanan. "Venny" ucap Evans pelan.
Vennny menarik napas panjang. mengapa sangat sulit bernafas saat mendengar kak Evans memanggilnya?
"jangan panggil aku kakak, panggil aku Evans saja" fiuh, akhirnya. Venny bahkan tak menyangka bahwa Evans akan berkata seperti itu, rasanya memanggil Evans tanpa embel embel kak, atau kakak didepannya memang terasa aneh, tapi itu berarti kemajuan.
Venny menganggguk singkat.
"kamu tahu,kan, aku tidak ingin dianggap tua" sebenarnya, Evans hanya ingin supaya Venny memanggilnya lebih dekat, dibanding memanggilnya kak, terasa bahwa Honey yang memanggilnya."baik,Evans" ujarnVenny, namun ucapan yang dia keluarkan terasa aneh dilidahnya, tapi Evans hanya terkekeh pelan mendengarnya, dan melirik rautbwajah Venny yang menatapnya dengan gugup.
"kau harus membiasakan diri memanggil namaku" ujar Evans yang membuat Vnenny tiba tiba merasa perutnya dilanda cacing kepanasan, jantungnya tak berhenti berdegup dengan kencang, perasaanya menghangat tipikal wanita jatuh cinta, dan yah Venny tidak malu mengakui bahwa dia bukan hanya sekedar kagum pada kakak sahabatnya ini, dia sudah jatuh dalam pesona Evans terlalu dalam, yang tanpa Venny sadari Evans juga merasakan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey
Romanceberada dalam lindungan sang kakak membuat Honey menjadi tidak jujur pada kakaknya yang overprotectif, hingga Honey berpacaran pada salah satu musuh kakaknya yang merubah hidupnya menjadi kelam, hingga membuat Honey menyesal karena telah menghiraukan...