Evans melangkahkan kakinya dengan cepat. keluat dari gedung acara reunian SMA nya, dia tak peduli dengan beberpa teman temannya yang memanggil namanya, bahkan dia tak peduli dengan suara Blue yang berteriak memanggilnya.
sudah cukup, ini kedua kalinya Evans mencintai seorang wanita dan kedua kalinya wanita itu pergi meninggalkan Evans.
Nelson mengejar Evans, Evans bisa mendengar suara langkah kaki Nelson yang mendekat.
"hei" Evans merasakan punggungnya dicengkram seseorang dan Evans yakin itu adalah Nelson.
Evans lalu berbalik menghadap Nelson "APA?!" sembur Evans.
"kau ini kenapa?" Nelson mengerutkan alisnya bingung dengan sahabatnya yang tiba tiba ngambek seperti cewek.
"tidak, aku tidak apa apa" ucap Evans melepaskan tangan Nelson dari punggungnya.
"aku tahu ini semua karena Blue" ujar Nelson, namun mendengar nama Blue terucap membuat wajah Evans pias.
"aku ingin sendiri" ujar Evans setelah beberapa keheningan menyergap mereka berdua. Nelson tidak mengatakan apa apa, lalu membiarkan Evans berjalan menjauhinya, Evans benar benar butuh waktu sendiri.
melihat Evans berjalan menjauh, Nelson menghembuskan nafas pasrah dan kembali ke gedung acara reunian nya.
***
"dari mana saja kamu?!" baru saja Bethany pulang dari salon, dia sudah disuguhi dengan bentakan dari Dylan, Dylan sendiri berdiri di depan mobilnya yang terparkir di halaman rumah Bethany.
"aku, dari salon" ujar Bethany, jujur, dia takut melihat tatapan Dylan yang selalu membuat Bethany merasa tersudut.
Dylan nampak memperhatikan Bethany dari atas sampai bawah, membuat Bethany yang menyadari itu menahan nafasnya.
"kau tak masuk?" tanya Bethany berusaha menghindar dari tatapan Dylan.
"ada apa dengan dirimu?" tanya Dylan, mendekati Bethany, membuat Bethany mau tak mau memandang mata nyalang Dylan.
"a-apa maksudmu?" Bethany gugup.
"ini" Dylan menjalankan tangannya ke rambut Bethany. "mengapa kau menge cat rambutmu?"
"ka-kau tak suka?" tanya Bethany harap harap cemas.
"suka?" Dylan tersenyum miring, "aku lebih suka kau berada diranjang"
mata Bethany berair menahan air matanya keluar, perkataan dan tatapan Dylan seperti melecehkannya.
Dylan menarik Bethany dengan kasar ke pelukannya, menciumi leher Bethany, Bethany tak mampu melawan.
tangan Dylan yang satunya sudah berada di paha Bethany, namun tiba tiba Dylan melepaskan ciumannnya dan mendorong Bethany menjauhinya.
"bangsat!" ujar Dylan terlihat marah "kau mengapa memakai celana panjang?! itu menyusahkanku untuk menelanjangimu!"
PLAK!!
satu tamparan sukses mendarat di pipi Dylan,Dylan melihat Bethany yang sudah menitikkan air matanya.
"kau! laki laki kurang ajar!" ujar Bethany dengan isak tangisnya "kau pikir aku ini wanita apa huh?"
Dylan hanya tersenyum miring seraya mengelus pipinya yang terasa perih akibat tamparan Bethany.
"aku ini tunanganmu! bukan pelacurmu!" ujar Bethany seraya menangis.
Dylan sama sekali tak mempedulikan ucapan Bethany, bagi Dylan, Bethany hanyalah wanita jalang, yang hanya untuk memuaskannya, bukan untuk dicintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey
Romanceberada dalam lindungan sang kakak membuat Honey menjadi tidak jujur pada kakaknya yang overprotectif, hingga Honey berpacaran pada salah satu musuh kakaknya yang merubah hidupnya menjadi kelam, hingga membuat Honey menyesal karena telah menghiraukan...