part 4

10.4K 250 1
                                    

Evans berniat mengambil tasnya namun dia berhenti ketika melihat sebuah foto wanita cantik yang berumur sekitar dirinya terpajang jelas di pigura foto yang berdiri di atas meja belajar Evans.

"how are you baby?" ujar Evans tanpa sadar sudah mengambil pigura foto itu dan mengelus elusnya tepat di bagian wajah perempuan itu, Evans tersenyum kecil
"sudah dua tahun semenjak kepergianmu"

Evans kembali menaruh foto itu, sebelum benar benar meninggalkan kamarnya.

hari ini Evans berangkat ke sekolahnya, dengan sengaja terlambat. dia lebih memilih terlambat dan dihukum di lapangan ketimbang masuk pelajaran gurunya yang membosankan, membayangkan guru matematika nya saja menjelaskan rumus beserta angka angka di papan tulis membuat Evans muak dan jengah.

setibanya di gerbang sekolah Evans masuk, tentunya dengan cara memanjat karena pagar gerbang sekolahnya sudah tertutup sejak 15 menit yang lalu, Evans berhasil melempar tasnya melewati pagar, kepala Evans celingak celinguk memastikan tidak ada satupun satpam sekolah atau gurunya yang melihat, baru saja dia meloloskan kakinya satu ke pagar dan berniat melompat, Evans mendapati sepasang mata berwarna biru tua menatapnya, untuk sesaat Evans kembali teringat dengan mata biru yang dulu selalu menatapnya seperti itu. mata biru itu sangat indah sehingga membuat Evans seperti terhipnotis sesaat.

"kau sedang apa melihatku?" suara itu terdengar lembut ditelinga Evans, Evans melihat sosok wanita berambut sebahu memandanginya dengan mata biru yang Evans bilang indah itu, bibirnya tipis berwarna merah muda, hidungnya mancung bak papan seluncur.

"kau sedang apa disana?" tanya Evans yang masih dengan posisi siap siap melompat turun dari pagar. "kau ingin ikut masuk denganku dengan cara memanjat?"

"oh" wanita itu menggeleng "ti-tidak, sebaiknya tidak"

"kalau begitu apa yang kau lihat dibawah sana, pulanglah, kau tak akan bisa masuk kedalam" ujar Evans "kecuali-"

"tidak" potong wanita itu kembali menggelengkan kepalanya "aku akan pulang" wanita itu mengeratkan ranselnya dipunggungnya, dia baru saja hendak melangkah tetapi berhenti ketika mendengar seruan Evans.

"kau serius tak ingin memanjat?" ucap Evans memandang wanita itu, sedetik kemudian Evans melihat keraguan di sorot mata wanita bermata biru itu.

"aku tak bisa memanjat" jawab wanita itu, tatapannya sangat polos, suaranya juga sangat pelan. mengingatkan Evans akan adiknya Honey yang lemah lembut.

"akan ku bantu" Evans lalu kembali lompat dari pagar menuju keluar gerbang sekolah, Evans berdiri di samping wanita itu sambil mengulurkan kedua tangannya. "pegang tanganku"

wanita itu seperti meninmbang nimbang sesuatu tetapi akhirnya menerima uluran tangan Evans, Evans memanjat lebih dulu dan menarik tangan wanita itu agar ikut ke atas pagar sepertinya. "pada hitungan ketiga kita sama sama melompat" ucap Evans sejak mereka berdua sama sama berada di atas pagar yang tidak memiliki runcing diatasnya yang memudahkan siswanya untuk memanjat.

"satu...."

"dua..,."

"tiga!!!"

mereka berdua melompat dan mendarat di tanah, wanita itu meringis kesakitan membuat Evans kembali menoleh ke arah wanita itu.

"kau tidak apa apa?" tanya Evans, wanita itu hanya menggeleng pelan dan bangkit dari posisinya yang hampir tengkurap.

"ti-tidak" jawab wanita itu gugup.

"kalau begitu masuklah kekelasmu" ujar Evans membuat wanita itu segera menuruti pintah Evans dan berlari kecil menuju kelasnya yang entah dikelas berapa, Evans juga lupa menanyakan nama dan kelas wanita itu, dia sedikit asing dengan wajah perempuan itu.

HoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang