CINTA KITA 12

15.8K 1.8K 203
                                    

3 hari kemudian.

Dihari sebelumnya, Zean dan Marsha sudah menikah.

Adelio berada dirumah Aldo, dia mengecek seluruh barang-barang dirumah Aldo, dia bersama Acel.

"Aku itu udah ngeliat Aldo tewas didapur, Del." kata Acel.

"Ssstt.. diam! mending bantu saya untuk cari noda diseprai Aldo!" kesal Adelio.
"pokoknya aku buktiin, bukan aku yang membunuh Adek kamu. secara aku kesini cuma untuk cari Marsha, eh! katanya Marsha udah pulang duluan." kata Acel.

"Marsha kesini sebelum kamu?" tanya Adelio. Acel mengangguk. "jika gak percaya, tanya Pak Satpam disini."

"Tunggu sini, saya mau ke dapur" Adelio langsung meninggalkan Acel menuju dapur, dia mencari seprai kotor Aldo. dia cek satu-satu, dia juga cek selimut kotor Aldo. Adelio terdiam, saat melihat satu selimut yang berbekas noda merah.

"Bekas darah." Adelio langsung membawa selimut tersebut, dia duduk samping Acel.

"Ini darah bukan?" tanya Adelio. Acel mengerutkan keningnya, dia ambil seprai itu dari Adelio. "iya, ini bekas darah. darah siapa ini? kok bisa ada diselimut? tanya Acel. "selimut Aldo, waktu saat malam hari, Marsha pernah antar Aldo kesini. karna keadaan Aldo yang mabuk."

"WHAT?! JANGAN-JANGAN, ALDO DAN ADIK AKU MELAKUKAN HUBUNGAN SEK---" belum Acel menyelesaikan kalimat bicaranya, Adelio langsung membekap mulut Acel. "tidak usah diperjelas! saya paham."

"Anjir, anjir, bangsat! kalo itu benar gimana?" gumam Acel. "kamu bilang apa?! coba bilang sekali lagi! saya dengar." kata Adelio.

"Hehe.. gak apa-apa." cengir Acel.

***

Adelio dan Acel berada dirumah Zean dan Marsha. Zean tidak ada dirumah tersebut, dia sedang berkerja dikantornya. padahal pagi masih menunjukkan pukul 05.30, tapi Zean sudah berangkat pukul 04.30.

Mereka berada diruang tamu.

"Saya mau nanya sama kamu, saya tidak punya banyak waktu. karna saya ingin ke kantor nanti jam 06.30. jujur sama saya, ini bekas noda darah siapa?" tanya Adelio dengan menyerahkan selimut tersebut ke Marsha. Marsha mengambilnya, dia melihat bekas noda darah diselimut tersebut. "gue g-gak tau."

"Jangan berbohong, kamu pernah mengantarkan Aldo saat keadaan mabuk kan? apa yang terjadi selanjutnya?" Adelio bertanya dengan tatapan tajam. berbeda dengan Acel, dia terlihat begitu kecewa dengan Marsha.

"Bisa gak usah nuduh? gue gak tau!" cetus Marsha. "kenapa kamu terlihat begitu takut?" tanya Adelio. Marsha berdiri, dia emosi saat ini. "SEKARANG KALIAN BERDUA PERGI DARI RUMAH GUE! PAGI-PAGI DATANG KESINI CUMA UNTUK NYARI KERIBUTAN DOANG? GAK GUNA! GANGGU."

Adelio mengangkat satu alisnya, mereka berdua berdiri. Marsha langsung menghempaskan selimut tersebut ke Adelio, Adelio menangkap selimutnya, dia tatap Marsha dengan tatapan begitu tajam. "saya kesini ingin bertanya pada anda! bukan mencari keributan dengan anda."

Acel mendekati Marsha, dia berhadapan dengan Marsha yang terdiam dengan emosi yang begitu memburu.

"Sha, jujur aja sama Kakak. kamu ngapain sama Aldo?" tanya Acel. "APAAN SI KAK?!" saat Marsha ingin melayangkan tamparannya, Adelio langsung menahan tangan Marsha.
"Kakak anda bertanya, kenapa anda ingin menamparnya?!" Marsha langsung menepis tangan Adelio yang menahannya.

"PERGI KALIAN!" marah Marsha.

Adelio menarik tangan Acel agar berada dibelakangnya.

"Dengan sikap anda seperti ini, akan saya cari bukti!" kata Adelio. "CARI BUKTI! CARI JIKA ADA. GUE BISA PENJARAIN LO DAN ACEL! KARNA KALIAN BERDUA SUDAH MEMFITNAH GUE." jawab Marsha ngegas.

CINTA KITA END✓ [ TELAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang