CINTA KITA 15

17.7K 2.2K 342
                                    

1 Minggu kemudian.

Adelio dan Acel sudah sampai dirumah sakit, Adelio bertanya-tanya kepada administrasi rumah sakit.

"Saat dua minggu lalu kesini, jika gak salah, waktu itu berdua dengan Ibunya."

"Kalau boleh tau, ngapain? Sus?" tanya Acel. "ngecek kandungan, Kak."

Adelio dan Acel melihat daftarnya, benar saja, tercantum nama Marsha Alunathearesa.

"Boleh saya foto?" tanya Adelio. "boleh, apa coba? yang gak boleh buat idol?" Acel menatap tajam pada suster tersebut.

***

Adelio dan Acel berada ditaman, Acel yang meminta untuk mampir dulu.

Acel menangis, karna dia ditinggal duluan oleh Adelio. Adelio menoleh sekitarnya, banyak orang yang melihat dia dan juga Acel. Adelio memeluk Acel, banyak yang memfoto dan memvideokan momen tersebut.

"Jangan nangis, banyak orang!" cetus Adelio. "jangan tinggalin aku makannyaaaaa!" rengek Acel. "iya sayang.. udah, jangan nangis."

"Sayang?" senyum Acel. Adelio mengangguk. "kalau kamu sayang aku, bilang! kalau kamu itu cinta aku." kata Acel.

"Apaan coba! istri gua gemas banget, karung mana?!" batin Adelio.

"Aku cinta Acel." kata Adelio.

Acel berhenti menangis, dia kecup hidung Adelio sekilas. Adelio melotot, semua orang yang melihat itu teriak, riuh.

"Lagi! yang kencang! atau aku nangis lagi?" pinta Acel. "aku cinta Acel!" ucap Adelio. "yang kencang, ihhh!" rengek Acel.

"AKU CINTA ACELIA QUEEN! AKU CINTA ACEL, ADELIO CINTA ISTRINYA, ADELIO ALFARENZA CINTA ACELIA QUEEN SELAMANYA." teriak Adelio kencang.

Adelio menatap Acel, malu. sebenarnya dia malu bilang seperti ini, tapi jika dia tidak bilang, takut dikira Adelio melakukan hal kasar terhadap Acel.

Acel mencubit hidung Adelio dengan gemas. "makasih, sayang."

***

Adelio dan Acel telah sampai dirumah mereka.

Adelio sudah masuk duluan. Acel keluar dari dalam mobil, meski dia masih merasakan pusing. "Adelio!" panggil Acel. Acel terus berjalan, hingga dia terpeleset.

BRUK!

"Awss.. Adelio!" panggil Acel. "ADELIO ALFARENZA!" karna teriakkan dari Acel, Adelio keluar dari dalam rumah. dia kaget saat melihat Acel terkapar, dia berlutut, dia letakkan kepala Acel dipahanya.

"Kamu kenapa?!" Adelio panik. "pusing, Del." Adelio mengangkat Acel bridal style, dia masuk. setelah sampai dikamar, dia letakkan Acel dikasurnya.

"Kamu sakit?" tanya Adelio. Acel menggeleng. "ini cuma pusing, Del."

"Istirahat, tidur aja." titah Adelio pelan. dia menarik selimutnya untuk menutupi tubuh istrinya. Acel memejamkan matanya, sementara Adelio hanya melihat wajah tenang istrinya yang tertidur.

"Cantik." gumam Adelio.

***

Malam hari, dirumah keluarga kedua orangtuanya Acel dan Marsha.

Sudah ada Zean dan Marsha diruang tamu, Adelio dan Acel duduk bersebelahan.

Acel mengeluarkan sebuah selimut dari sebuah kantong plastik, dia berikan selimut tersebut ke Aran.

"Ini darah siapa?" tanya Aran.

"Anjing! kenapa bahas ginian? mendingan gue gak datang." batin Marsha.

"Sha, jujur sama Kakak, kamu ada hubungan apa dengan Aldo?!" tanya Acel. "apaan? gue lagi?!" cetus Marsha.

"Sangkut pautnya sama istri gua apa? Cel?" tanya Zean. "anda diam! istri saya tidak berbicara dengan anda." tegas Adelio terhadap Zean.

"Ssstt.. udah dong, jangan ribut." Anin memberhentikan keributan.

"Acel, apa sangkut pautnya dengan Adek kamu?" tanya Aran. "Marsha melakukan hubungan terlarang oleh Aldo." jawab Acel.

"BUKTI MANA?" tanya Marsha lantang.

Adelio mengeluarkan hpnya, dia perlihatkan layar ponselnya, tertulis nama Marsha Alunathearesa yang berkunjung kerumah sakit beberapa Minggu lalu.

"Ngapain cek kandungan? Marsha?" tanya Aran. Marsha terdiam, dia sama sekali tidak berani menjawab. Aran yang  emosi, mulai membentaknya. "NGAPAIN KAMU CEK KANDUNGAN?!"

"Sayang, jawab pertanyaan Papa Aran." kata Zean pelan.

"Marsha tidak sendiri, dia berdua dengan seorang Ibu." Acel menatap Anin yang terdiam.

"Mama, jawab aku. ada yang Mama tutupin?" tanya Acel.

"IYA, GUE NGELAKUIN HUBUNGAN TERLARANG DENGAN ALDO, KAK." ngegas Marsha.

Aran menangkup wajah Marsha, dia menahan tangisnya. "APA YANG KAMU LAKUIN? KENAPA KAMU MELAKUKANYA?" Marsha menangis saat ini.

Semua menundukkan kepalanya.

"Maafin aku, hikss aku dan Aldo gak sengaja melakukan itu." Aran melepaskan tangkupannya, dia begitu sangat kecewa dengan anak terakhirnya ini.

PLAK!

Satu tamparan mendarat dipipi Marsha, Aran yang menamparnya. baginya, Marsha sudah kelewatan. Marsha menangis dengan memegang pipinya yang memanas, ini akibat tamparan dari Aran.

"Pa, jangan tampar Adek aku." mohon Acel.

"TIDAK PERLU DIKASIHANIN!!! DIA SUDAH KETERLALUAN. MEMALUKAN MARSHA! MANA KANDUNGAN KAMU? KENAPA BELUM MEMBESAR?!" tegas Aran. "Anak Marsha keguguran, karena terpeleset ditangga." Anin menjawab.

Aran menoleh pada Anin. "JADI? KAMU SUDAH TAU?!" Anin mengangguk.
"kenapa? kenapa kamu tidak memberi tau aku?!" tanya Aran. "a-aku takut, takut kamu kasar pada Marsha." jawab Anin.

Aran mengembuskan nafasnya berat, Marsha berlutut dikaki Aran. "Pa, maafin Marsha." tangis Marsha.

"Pa, maafin Marsha. Acel mohon, mungkin ada sebabnya ini terjadi." kata Acel.

Aran mendirikan Marsha, Marsha langsung memeluk Aran dengan erat. dia menjelaskan semuanya pada Aran hingga selesai.

"Om, saya sebagai Kakak dari Aldo meminta maaf atas apa yang telah dilakukan oleh Aldo. Aldo terhilang kendali, mungkin." kata Adelio.

Aran melepas pelukaknnya, Marsha kembali duduk disamping Aran.

"Sha, Kakak mohon.. jangan berbohong  lagi." kata Acel.

"Kamu juga, Anin. tidak baik, berbohong dengan keluarga sendiri!" tegas Aran. "i-iya, aku minta maaf, Mas." jawab Anin.

***

Kembali dikamar Adelio dan Acel.

Adelio menoleh pada Acel, dia menidurkan Acel. Adelio berada diatasnya, sementara Acel berada dibawahnya. Acel melihat tatapan yang begitu sayu dari mata suaminya ini.

"Saya ingin kamu seutuhnya." kata Adelio lembut.

"Sentuh, sentuh sepuas kamu. diri aku milik kamu, begitu juga sebaliknya." jawab Acel.












VOTE, TIDAK MAKSA. HARGAI KETIKA SUDAH MEMBACA, TERIMAKASIH..

CINTA KITA END✓ [ TELAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang