Episode 7

101 37 23
                                    

Warning typo bertebaran 👀👀












"Kedudukan dan harta membuat seseorang menjadi lupa diri dan berbuat serakah, apa kau berpikir tidak ada satupun yang mengetahui kebusukan seorang politikus seperti dirimu, Tuan Kim?"

Perlahan ia mengambil senapan Laras pendek yang telah ia persiapkan sebelumnya dibawah sebuah meja dan mengarahkan benda itu tegak lurus ke arah lawan bicaranya.

"Aku tak suka orang lain merusak segala rencana-ku, tak terkecuali dirimu!!" Balas pria bergelar Tuan Kim, tak terima dengan ucapan lawan bicaranya tersebut.

Disisi lain sekelompok bodyguard mulai menampakkan diri di belakang Tuan Kim, turut mengarahkan senjata api kepada dirinya. Ia tersudut saat ini tanpa sebuah perlindungan.

"Kau mengkhianati-ku, tuan Kim. Aku menyetujui ajakanmu untuk berbicara saling terbuka tetapi kau-- sudah merencanakan hal ini sejak awal." Ujarnya dengan kedua bola mata yang bergerak panik, sadar jika waktunya akan berakhir detik ini juga.

"Aku hanya-- ingin membuatmu tutup mulut, itupun lebih baik kau lakukan jika kau telah tiada." Tanpa berpikir panjang, ia menarik pelatuknya dan mendaratkan timah panas tepat di jantung lawan bicaranya hingga pria itu tewas seketika.

"Bersihkan TKP! Hilangkan jejak, apa kalian paham!!" Ucapnya pada bodyguard.

"Semua ini belum berakhir, Tuan Kim."

Suara suara asing membayangi dirinya seperti diikuti oleh penampakan makhluk ghaib, ia bahkan sampai ketakutan dan mengalami depresi jika hal itu terngiang kembali.

"Ngh--...!!" Tubuhnya menggeliat dalam tidur pulasnya, gerakan kasar kedua tangannya yang meremat kain sprei seiring keringat dingin yang menetes dari balik pori pori kulit wajahnya.

Gerakan kasar itu mengejutkan seseorang yang sebelumnya tidur disebelahnya.

"Yeobo..." Nyonya Im Ye jin (sang ibu negara) menggerakkan perlahan bahu suaminya (seperti sedang mengalami mimpi buruk)

"Hahhh!!!!...." Tuan Kim Jung Il (sang presiden) berteriak lepas sesaat bersama dengan terbukanya kedua matanya.

"Kau bermimpi buruk lagi?" Tanya Nyonya Ye Jin

"......" tuan Kim tidak menjawab apapun, ia menegak ludahnya kasar terlihat seperti orang linglung.

"Akan kuambilkan minuman, tunggulah disini" Sang istri beranjak dari tempat tidur, menyibakkan selimut tebal diatas tubuhnya lalu berjalan keluar kamar.

Tuan Kim Jung Il mengangkat tubuhnya dari posisi berbaring sebelumnya, ia mengusak kasar wajahnya dengan telapak tangan dan perhatiannya tertuju pada sebuah nakas di sebelah kasur. Ia menurunkan kedua tungkai kakinya ke lantai dan berjalan untuk membuka nakas tersebut, sebuah rak paling bawah, yang hanya bisa dibuka dengan sebuah kata sandi. Berbeda dengan rak lainnya yang mudah dibuka.

Tangannya mengambil sebuah dokumen bersampul kuno, agak ragu ketika hendak membuka lembaran demi lembaran sampai ketika Nyonya Ye Jin datang ke kamar dengan membawa nampan berisi gelas dan teko kecil membuat dirinya terkejut.

"Aigoo.." keluhnya mengelus dada

"Kenapa tidak menyalakan lampu ruangan jika hendak membaca?" Ucap Nyonya Ye Jin seraya meletakkan nampan itu di meja sofa.

"Tidak usah, aku hanya memeriksa sesuatu saja."

"Minumlah dulu agar kau bisa tenang" Nyonya Ye Jin sedikit menguap.

"Tidurlah, maaf sudah membuatmu terganggu."

Nyonya Ye Jin hanya mengangguk lalu menaiki kasur untuk memejamkan mata yang terasa berat. Sementara Tuan Kim Jung Il masih menikmati air hangat sambil duduk di sofa single. Dalam temaram lampu ruangan, pria bergelar sang presiden negara itu sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya tak bisa melanjutkan tidur.

Who's the terrorist? (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang