Episode 23

79 30 26
                                    

Warning Typo Bertebaran ❗❗❗❗















Perbatasan Wilayah, pintu keluar dari gerbang kota Seoul.

Tengah malam.

Kendaraan Lee Joon Gi sampai pada sebuah permukiman warga yang jauh dari jalan utama, ia membawa Seokjin dan Kim Ji Won ke sebuah rumah milik seseorang yang dikenal Lee Joon Gi, namun sang pemilik rumah sendiri tidak ada di tempat. Rumah yang cukup sederhana dengan perabotan di dominasi dari bahan kayu, bergaya nuansa klasik. Memiliki dua kamar pribadi, namun di dalamnya tidak ada barang-barang pribadi milik penghuni rumah, ini seperti bukan rumah untuk ditinggali tetapi seperti sebuah penginapan sementara. Terbukti tidak ada hiasan berupa pajangan photo anggota keluarga di ruang tengah, juga dapur yang terlihat tidak terurus dalam waktu yang lama.

"Tuan Lee, sebenarnya ini rumah----" Kim Seokjin penasaran

"Tidak perlu cemas, pemilik rumah ini adalah seseorang yang kukenal, ia adalah temanku. Tapi dia jarang pulang kesini karena kesibukan di kota. Dahulunya rumah ini adalah warisan milik orang tuanya" balas Lee Joon Gi sambil sibuk menyusun barangnya ke sebuah lemari

"Maaf tuan Lee, bukan bermaksud mencurigai anda tetapi sangat aneh jika rumah ini kosong. Aku pikir tuan Lee memang sengaja memilih rumah kosong untuk persembunyian kami"

"Itu mungkin bisa jadi ide yang bagus agar tidak mudah dilacak mereka tetapi, aku masih memikirkan keadaan adikmu. Tidak baik membawanya tinggal di tempat yang tak layak." Lee Joon Gi melirik kamar yang menjadi tempat istirahat Kim Ji Won.

"Kalian, istirahatlah dulu. Aku mau keluar cari makanan" Lee Joon Gi berjalan menuju keluar rumah

Kim Seokjin duduk di kursi kayu ruang tengah, ia menyandarkan tubuhnya yang terasa letih. Dalam keadaan setengah melamun, ia teringat akan Shin Hye tapi di sisi lain ia juga tidak tahu dimana Shin Hye berada, bagaimana cara agar ia bisa menemukan persembunyian kelompok Terrorist tersebut?.

Suara tangisan terdengar dari dalam kamar. Kim Seokjin melirik sebentar dan beranjak menghampiri sang adik. Kim Ji Won tengah duduk di tepi kasur sambil menangis sesenggukan. Pada salah satu tangannya, ia memegang bingkai photo keluarga. Kim Seokjin paham jika adiknya merindukan orang tua mereka, Kim Seokjin duduk di sebelah Ji Won. Mengambil bingkai photo dari genggamannya.

"Oppa juga tidak menyangka jika presiden Kim melakukan hal keji seperti ini. Tetapi kita tidak memiliki pendukung karena rumor yang beredar, semua masyarakat menyalahkan kita, menuduh kita adalah bagian dari kelompok radikal. Kau tahu, seandainya oppa juga bisa menangis seperti dirimu, semua ini sangat terasa berat hingga rasanya ingin mengakhiri." Kedua siluet mata Seokjin berkaca-kaca.

Kim Ji Won menatap wajah sang kakak dan menghentikan tangisannya.

"Tidak, oppa. Jangan berkata seperti itu, aku berjuang untuk bangkit demi oppa dan orang tua kita. Tolong, jangan melakukan hal bodoh seperti yang pernah aku lakukan sebelumnya. Aku minta maaf, aku berpikir jika bebanku yang lebih berat, jika penderitaan di pundakku yang tiada habis, tetapi-- aku lupa jika beban oppa juga berat demi melindungi adikmu ini. Aku minta maaf, oppa." Kim Ji Won menyandarkan kepalanya di bahu Seokjin, memegang tangan Seokjin dengan erat.

Air mata menetes di pipi Seokjin, ia meletakkan bingkai photo itu di sisinya dan mengelus pucuk kepala Kim Ji Won.

"Seharusnya, aku menjauhi Taehyung. Jika saja aku menolak cinta pria itu maka kita semua tidak akan berakhir seperti ini. Aku salah, oppa. Aku tidak tahu diri tentang status sosial yang kumiliki." Lanjut Kim Ji Won

"Tidak ada yang salah dalam hal cinta dan perang. Mungkin ini memang yang harus terjadi, dengan begitu kita tahu siapa sosok presiden Kim sebenarnya. Dan mungkin saja dengan hilangnya Taehyung, akan menguak rahasia lain seorang presiden Kim." Ucap Seokjin.

Who's the terrorist? (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang