20. Kunjungan

923 82 32
                                    


Happy Reading 😘
Btw kalau ada nemu typo tolong tandain ya, biar nanti bisa di revisi...

Tekan bintangnya juga jangan lupa yaaaa

Muachhh


____

Sesuai jadwal, hari minggu ini aku beserta teman sekelas berencana pergi mengunjungi panti asuhan Kasih Bunda. Panti asuhan yang sebelumnya ku sebutkan karena ada bangunan yang roboh.

Aku memastikan bahwa penampilan sempurna di depan kaca. Mengenakan rok berwarna hijau lumut motif bunga di bawah lutut, blus berlengan balon warna pink pastel yang kumasukkan ke dalam rok, dan sepatu berwarna putih. Dirasa sudah, aku beranjak dari kamar dan turun ke lantai bawah sambil membawa tas selempang berwarna krem. Hanya terlihat Ayah yang sedang membaca majalah bisnis.

Saat hendak menghampiri beliua, bel rumahku berdering. Tak lama pintu di buka oleh Bi Inah.

Valiant masuk setelah dipersilahkan. Memang, rencananya aku akan berangkat bersama dengan Valiant. Dia yang mengajukan diri. Tentu saja aku terima. Mumpung dapat tumpangan gratis.

"Yah, kenalin ini temen Fey. Namanya Valiant," Valiant menyalami ayahku dan memperkenalkan dirinya, "Fey sama dia mau pergi ke panti asuhan yang pernah Fey bilang ke ayah dulu," kulihat wajah ayah sedikit menegang.

Dulu memang pernah ku katakan perihal masalah ini saat sedang makan malam bersama. Reaksi ayah awalnya juga seperti ini. Tapi aku tidak tahu karena apa.

Setelah selesai mendengarkan ceritaku, ayah berniat ikut memberi donasi. Beliau bilang bangga padaku. Dan yang lebih penting, itu semua tepat di depan Hannah!

Huh... Andai adegan itu bisa diulang kembali.

Jadi aku menyimpulkan ketegangan yang ada di wajahnya dikarenakan tindakan baikku. Aku tidak terlalu memikirkannya dulu. Tapi sekarang, mendapati reaksi yang sama, aku sedikit kepikiran.

"Oh, yaudah. Hati-hati kalian berdua," tak lupa Ayah tersenyum mengelus pucuk kepalaku saat kami bersalaman.

Valiant ikut bersalaman dengan ayahku. Kami berdua pergi meninggalkan rumahku, memasuki mobil Valiant.

"Tumben pake mobil," ucapku setelah Valiant menjalanan mobilnya.

Baru kali ini aku melihat Valiant mengendarai mobil. Dia selalu mengendarai motor besarnya saat ke sekolah.

"Pengen aja, beb. Lagian tadi gue gak sengaja liat berita cuaca. Katanya nanti bakal hujan. Kan kasian kalau bebeb gue ke hujanan."

"Udah dibilangin, nggak ada beb-beb-an. Jijik tau nggak?!"

Perkataannya membuatku mual. Valiant dan panggilan menjengkelkannya itu. Tapi lihatlah reaksinya. Hanya terkekeh merdu.

Hehe... iya, merdu.

"Tapi hari panas terik begini, gimana mau hujan coba?" wajah heranku menghadap ke arah Valiant. Entah kenapa ku lihat dia dengan gugup melirikkan mata padaku dan kembali menghadap jalanan.

"Ya-ya gak tau. Lo tanya aja sama yang baca berita tadi. Kok nanya gue. Lagian nih ya, setahu gue, jangankan hujan setelah panas terik, salju tiba-tiba pun nggak menutup kemungkinan. Ketahuan kurang baca berita nih."

"Ya deh, si paling baca berita."

Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara kami. Valiant menghidupkan musik untuk memecah kesunyian.

Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata dan sampai ditempat tujuan. Tetapi saat aku ingin melepas sabuk pengaman dan turun, benda tersebut malah tersangkut.

Better VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang