16. Mencoba Untuk Waras

4K 481 18
                                    

YEAYYY!!!!
UDAH ADA TOTAL 10K YANG BACA🎉🎉🎉
HUAAAAAA MAKASIH GUYS 😭

HAPPY READING (T^T)

_______

"Jadi... kita mulai dari mana dulu?" tanya Irene sambil membolak-balikkan buku di hadapannya.

Tugas yang di berikan oleh Bu Widya adalah membuat naskah drama yang nantinya akan kami mainkan. Kalau tidak salah tadi beliau mengatakan akan melakukan praktek drama sebelum ujian semester.

"Mulai dari nentuin tema nya aja dulu," Jerry memberi pendapat.

"Oke," dengan sedikit ragu Irene menjawab.

"Jadi tema kita apa?" lanjutnya.

Kami menghela napas lelah melihat Irene dan Nina menggelengkan kepalanya. Inilah sebabnya aku tidak suka satu kelompok dengan Irene. Dia terlalu lemot.

Aku mencoba mengatur emosiku dan mulai bicara pada anggota kelompok ku, "Kalau menurut gue kita bisa ambil tema tentang persahabatan atau nggak tentang keluarga aja gimana? Nggak usah yang tentang cinta-cintaan."

"Hmm, menurut gue juga gak usah yang tentang percintaan, sih. Kita ambil tema tentang keluarga aja gimana?" Jerry memandang kita satu per satu untuk meminta jawaban.

"Gue sih oke-oke aja."

"Sip."

"Gue ngikut."

Sepertinya Valiant, Nina, dan Irene adalah kelompok orang yang menurut apa saja keputusan yang di ambil. Tipe orang yang hanya mengikuti arus. Aku bersyukur ada Jerry dalam kelompok ini.

Selanjutnya kami mulai mendiskusikan hal berikutnya, seperti judul, alur cerita, dan dialognya. Dan semua seperti dugaanku di awal. Hanya aku dan Jerry yang aktif memberi masukan dan ide. Mereka bertiga hanya mengiyakan semua ide yang kami beri. Sesekali Nina dan Valiant ikut menyalurkan pendapatnya. Sedangkan Irene, tidak terhitung berapa kali dia menganggukkan kepalanya sedari tadi. Ya, aku tidak berharap banyak untuk sahabatku yang satu itu.

Beruntung saat bel berbunyi kami telah menyelesaikan naskah untuk drama kami. Langsung saja Nina menyerahkan hasil kerja kami kepada Bu Widya. Sekarang kami hanya tinggal menuggu persetujuan dari Bu Widya agar bisa memulai latihan.

Saat aku membereskan barangku untuk memasukkan nya ke dalam tas, seseorang menepuk pundakku. Ternyata orang tersebut adalah Trey. Hampir saja aku lupa bahwa kami akan pergi ke mall setelah pulang sekolah.

"Loh? Kan Lo bisa nunggu di parkiran aja Trey, kalau ke sini dulu, Lo nya bolak-balik dong."

"Nggak apa, sekali-kali."

Kami kemudian berjalan beriringan menuju parkiran sekolah setelah aku pamit kepada ketiga sahabatku. Banyak yang berbisik-bisik saat aku melewati koridor. Bukan bermaksud untuk percaya diri, cuma aku yakin mereka membicarakan tentang diriku dan Trey karena mereka berbicara sambil melirik-lirik pada kami berdua.

Aku memilih tidak memperdulikan orang-orang ini. Aku hanya berharap Hannah melihat aku dan Trey saat ini, atau paling tidak dia mendengar beritanya.

Sesampainya di parkiran sekolah, Trey dan aku langsung menaiki motor dan meninggal kan kawasan sekolah menuju ke salah satu pusat perbelanjaan.

-BV-

"Fey, bagusan yang warna merah atau pink?"

Aku melihat sejenak kedua tas tersebut sebelum memutuskan memilih salah satunya. Seingatku Hannah tidak menyukai warna merah karena dulu, ayah pernah memberikan hadiah gaun berwarna serupa untuk Hannah. Tetapi Hannah menolak dan mangatakan dia benci warna merah.

Better VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang