21. Makan

781 77 21
                                    

Kalau nemu typo tolong di tandain ya guys. Pencetin bintang sekalian donggg, makasih >\\<

Happy Reading 😘



_____

"Kerja gimana, Bun?"

"Ya kerja. Ada yang jadi pekerja paruh waktu di tempat makan, jaga toko, macam-macam. Tapi kalian tenang aja kok, mereka udah di atas 17 tahun," jelas Bunda Ratih kepada kami. Menjawab pertanyaan Kharel.

Aku selalu terkesan dengan mereka yang sudah bisa mendapatkan penghasilan sendiri saat masih remaja. Berbeda denganku yang selalu mengandalkan jajan dari ayah.

Tapi kalau pun aku disuruh bekerja dan membagi waktu dengan bersekolah, sepertinya aku tidak sanggup. Lagi pula aku sudah dimanja sejak kecil.

"Fey!" Aku menoleh saat Stella memanggil.

"Ngapain bengong? Ayo!"

Stella menarikku. Kami sekarang dibagi menjadi beberapa kelompok dan bermain dengan anak-anak disana.

Wajahku kembali masam saat melihat Valiant yang ditempatkan sekelompok denganku. Hal ini berbanding terbalik dengan wajah antusias anak-anak. Mereka sepertinya bahagia kedatangan pengunjung, apalagi ada beberapa dari kami yang membawa hadiah untuk mereka.

Raut bahagia mereka membuatku sejenak melupakan kekesalan akan Valiant. Entah kenapa hatiku menghangat saat bercengkrama dengan anak-anak ini.

"Fey, sisa satu, mau nggak?" Valiant menyodorkan sebungkus coklat kepadaku. Aku masih diam menatap.

"Maaf ya? Janji deh nggak ngulangin lagi. Ya Fey, yaaa... maafin," pintanya memelas seperti anjing di depanku. Dikira lucu apa dia begitu?!

Lucu banget woi!

"Ekhm, iya," aku mengambil coklat ditangannya dengan kasar supaya dia tahu kekesalanku, "Awas lo ulang!"

"Siap, bu bos!"

Sungguh lucu saat Valiant bertingkah seperti hormat kepada bendera merah putih. Sepertinya bukan hanya aku yang berpikir begitu, anak-anak ini juga tertawa melihat tingkahnya.

"Hihihi... Kakaknya lucu."

"Kakak gantengnya lucu banget."

"Hehe iyaa, kayak tentara di tivi-tivi."

Valiant yang ditertawai malah ikut terkekeh menghadapi mereka. Akupun sama.

"Dih, udah kayak suami-istri yang punya anak banyak aja kalian berdua," sindir Stella yang dibenarkan oleh Jerry.

"Harmonis bener."

"Hehe, doain aja, ya guys!" ucap Valiant sambil merangkul pundakku. Tentu saja langsung ku lepas.

"Ish! Apaan sih!"

"Jangan marah-marah dong beb, nanti anak-anak kita takut."

"Jijik, Valiant!"

"Jer, kayaknya kita harus pergi dari sini deh."

"Bener, Stell, pasutri baru lagi berantem. Takutnya ada piring yang kelempar."

Lihatlah kedua manusia kurang kerjaan ini, mereka tertawa sambil ber-tos ria setelah mengatakan kata-kata ngawur tersebut.

Sudahlah, aku tidak mau berbicara lebih lanjut. Bisa-bisa mereka malah terus menambah kayu bakar di dalam api.

"Fey."

"Apa lagi Stella?" kali ini apa lagi yang akan dia katakan? Aku sudah cukup jengkel sekarang.

Better VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang