13. Tidak Cocok

4.1K 496 13
                                    

Mohon maaf kalau ada kata yang salah ya:)

Happy reading ^^

________

Ah...

Kenapa hari senin cepat sekali datang? Padahal aku begitu lama menunggu hari minggu.

Aku mau saja mengikuti upacara bendera untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk membuat negara ini merdeka, asalkan pada bagian ceramahnya di kurangi.

"Fe! Cepetan! Entar telat."

"Bentar Stel! Atau Lo duluan aja, gue nyusul entar."

"Oke!"

Dari tadi aku menggeledah tas dan laci ku tapi barang yang kucari tak kunjung ku temui. Jika aku tidak menemukannya sekarang, bisa jadi aku harus berdiri di depan semua siswa hari ini.

Perasaanku, sebelum aku pergi ke sekolah tadi, aku sudah mengecek apakah semua barang yang kubutuhkan hari ini sudah ada atau belum. Saat mengecek tadi, aku melihat semua perlengkapan untuk upacara sudah ada di dalam tas ku, termasuk topi. Tapi sekarang benda itu lenyap.

Aneh. Berapa kali pun aku memeriksa, tetap barang tersebut tidak bertemu.

"Lo nggak mau ke lapangan Fe?"

"Iyalah. Tapi topi gue nggak ketemu ini."

Tanpa melihat pun aku sudah tau siapa yang bertanya. Suara Valiant sudah cukup akrab di telingaku.

Tapi tumben dia hadir di hari senin. Biasanya hari ini Valiant tidak akan hadir. Tentu saja aku tidak menyuarakan rasa penasaranku. Ini hanya monolog pada diri sendiri.

"Nih," Valiant menyodorkan topinya padaku.

Cukup lama ku pandang benda tersebut. Aku tidak ingin jika hanya karena diriku, dia dihukum atau membolos lagi.

"Nggak usah. Trus Lo mau pakai apaan nanti?"

"Jangan pikirin gue. Ambil aja cepet," Valiant semakin menyodorkan topinya ke arah ku.

"Nggak usah gue bilang. Gue gak mau cuma karna gue Lo kena hukum nanti."

Bukannya aku mau berlagak baikku padanya, aku cuma tidak mau diminta membalas budi di kemudian hari. Aku tidak mau berutang pada siapa pun dan dalam hal apa pun.

"BAHAHAHA..."

Aku mengernyit saat Valiant tiba-tiba tertawa. Sepertinya anak ini kerasukan. Pastas saja hari ini dia hadir.

"Haha... emang Lo sepenting apa sampai gue rela kena hukuman karna Lo," dia melanjutkan tawanya lagi.

Memilih mengabaikan Valiant, aku kembali menggeledah tas untuk kesekian kalinya.

"Udah, ambil aja. Tapi tentu aja nggak gratis beb," sekarang Valiant telah menghentikan tawanya. Tetapi aku semakin bingung.

Lupakan bagian dia memanggilku "beb", itu dimulai kemarin. Dia keras kepala, berapa kali pun aku memperingatkan nya agar tidak memanggilku begitu, dia tetap tuli. Jadi sekarang aku membiarkan saja. Berdebat dengannya hanya akan membuang tenaga dan waktu. Apalagi pada saat ini.

"Maksud Lo?"

"Maksud gue, ini topi Lo bayar entar. Enak aja mau gratisan. Nih," Valiant meletakkan selebaran di atas meja disusul dengan sebuah paper bag.

"Gue jualan sist, dan selain topi gue juga jual dasi kok, ada kaus kaki juga. Lu minat?" aku memutar mata mendengarnya.

"Topi berapa?" aku bertanya dengan kesal. Anak ini sungguh licik.

Better VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang