Hydra hanya duduk sambil menopang pipi, dia tidak mencatat apa yang ditulis di whiteboard sama sekali, hanya sesekali akan memotret papan tulis dengan ponselnya yang resolusinya agak rendah. Jika memaksakan diri untuk melihat jelas, bisa menyebabkan kedua matanya juling bahkan buta.
Hydra tidak peduli pada Jimmy yang duduk di bangku sebelahnya. Cowok itu terlihat tenang, tapi sesekali kakinya akan menendang kaki Hydra pelan, mengusilinya. Hydra hanya meliriknya sekilas tapi tidak peduli lagi.
Jimmy menulis di kertas, dia geserkan ke depan Hydra. Hydra menunduk dan membacanya.
Cupu.
Hydra tersenyum kecil. Dia melirik Jimmy, tanpa mengatakan apa-apa.
Jimmy akan sesekali menendang kaki Hydra, menunggu responsnya. Bahkan kursi yang duduk di depan mereka, bersandar ke meja Hydra ikut bergoyang. Saat cowok itu mulai tidak sabar, berbalik hendak memarahi Hydra agar diam, dia tertegun dan melihat Jimmy.
Sejak kapan mereka satu kelas?
Yara yang berdiri di sisi Hydra mulai tidak tahan, "Jimmy ini kenapa sih? Dia jahil banget, dari tadi dia nggak mau diem, gangguin lo mulu."
Hydra hanya menggedikkan bahu. Bukan dia tidak mengerti. Bagi Hydra yang usianya di dunia nyata hampir 7 tahun lebih tua dari Jimmy, perilaku childish Jimmy hanya tingkah kekanakkan dari cowok ingusan yang berusaha mengambil perhatian cewek yang ditaksir.
***
"Ngapain lo ganggu Greisy? Pergi!"
Rean tampak tidak puas. Saat dia datang ke kelas Hydra untuk membawanya makan siang ke kantin, dia justru melihat Jimmy yang duduk di meja, menghalangi ruang agar Hydra yang duduk di pojok tidak bisa keluar sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is(n't) The Villain Protagonist
Fantasía"Bahkan walau jiwa gue dirobek berkeping-keping, gue bakalan mastiin lo bisa pulang." Pasca melihat ibu kandungnya sengaja bunuh diri di depannya untuk membuat Hydra gila, Hydra mengembangkan kepribadian yang dingin, kejam, dan tanpa ampun. Hydra ti...