Ran masih berurusan dengan pria bernama Torabika yang mengganggu aktivitas nya bersama Takemichi.
Dengan berbalut pakaian berwarna putih hampir transparan, senyum yang sedikit menjengkelkan dan tatapan mata yang seperti mengatakan 'pergilah dasar sialan!'
Telapak tangan Ran masih menutup mata Takemichi, mungkin karena rasa hangat yang berasal dari telapak tangan itu membuat putra kecilnya terlelap.
Membuatnya sedikit bernapas lega karena dengan ini ia bisa berbuat sedikit seenaknya dengan pria yang ia cap sebagai la*ur milik Sanzu.
"Kau belum menjawab pertanyaan ku." Ucap Ran memandang tajam.
Pria dengan surai yang hampir mirip dengan wafer keju cokelat yang biasa Takemichi makan itu kembali menunjukan raut wajah kesalnya.
"Huh!! Yang pertama, namaku bukan Torabika, kau pikir aku ini kopi? Kazutora, ingat itu baik-baik!"
"Dan yang kedua, iya, aku adalah la*ur Sanzu. Lalu, kenapa? Toh, anak yang kau gendong itu juga berasal dari la-
Dor...Dor...
Dora!!
Sebelum Torabika sempat menyelesaikan kalimatnya, Ran sudah terlebih dahulu menekan senapannya dan mengarahkan nya pada kepala Kazutora.
Namun, dua peluru yang sempat melayang di udara itu meleset dan hanya mengenai pelipis pria bersurai pirang dan hitam.
"Jaga mulutmu! Kau tak berhak berbicara mengenai anakku." Marah Ran.
Bukannya takut, Kazutora malah menampilkan senyum penuh remeh.
"Kenapa? Kau tak suka? Memang benar bukan, jika anakmu itu adalah anak haram?" Tanya remeh Kazutora.
Ran mencoba untuk bersabar, jika dirinya tersulut emosi, maka Takemichi yang saat ini menyelam kedalam arus mimpi akan terbangun.
Ia tak mau jika putra kecilnya ini mendengar tuturan pria tak tau diri itu.
Kazutora rambutnya minta di babat ya?
"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Sanzu berjalan dari belakang Ran.
Sanzu sempat melihat Takemichi yang tertidur pulas. Tangannya yang mungil itu masuk kedalam mulut sebagai pengganti botol susu.
Hati Sanzu berdebar keras ketika melihat itu. Baru saja dirinya ingin menyentuh Takemichi, sebuah tarikan keras ia rasakan pada lengan kemeja yang dikenakannya.
"Apa?" Tanya Sanzu ketus.
Kazutora yang sudah mendapat atensi Sanzu pun segera berlagak layaknya pria yang masih perawan, perjaka harusnya ya.
Gemerlap bintang-bintang yang biasa akan muncul ketika MC harem mengeluarkan jutsunya pun mengelilingi dirinya.
"Lihat! Pria tak tau diri itu mengatakan jika aku adalah la*ur" Adu Kazutora dramatis.
Ran hanya diam ketika jari tengah Kazutora menunjuk dirinya. Sanzu melirik sebantar Ran. Kemudian, kembali beralih pada Kazutora.
"Kau memang la*ur." Ujar Sanzu tanpa dosa.
"Apa maksud mu?! Kau malah mendukung pria itu?!"
Takemichi yang terusik dengan surai Kazutora yang menggelegar pun sedikit menarik kerah kemeja yang Ran kenakan.
Lenguhan halus keluar dari mulut kecilnya.
"Sstt, tidurlah lagi, sayang." Bisik Ran menenangkan.
Bapak Ran, jadi suami saya aja:)
"Kalian selesaikan saja masalah ini. Aku mau masuk." Ucap Ran.
Sanzu mengangguk sebagai jawaban. Membiarkan Ran pergi dari sana.
Suara sorak sorai terdengar dari markas yang terletak dipinggir kota. Beberapa orang akan berteriak ketika sesuatu yang bagus terlihat di depan mata mereka.
Takemichi yang berdiri di atas kursi, dengan Rindou yang duduk bersimpuh di bawah.
Tangan nya di ikat menggunakan dasi miliknya sendiri. Surai yang menyerupai ubur-ubur itu diikat dengan imut menggunakan jepit rambut yang Takemichi dapat dari Akane.
"Rin chan mau yang mana? Mau burung yang ini, atau yang ini?" Tanya Takemichi sambil menunjukkan gambar burung.
Burung hewan ya, bukan yang di bawah!
Ran, Koko, dan Kakucho berusaha menahan tawa nista mereka.
"Tidak!!ayo, sayang. Lepaskan paman tampan mu ini." Minta Rindou menangis haru.
Takemichi menggembungkan pipi berisi nya, tubuh kecil itu turun dari kursi yang ia gunakan sebagai singgasana tadi.
Sebuah tamparan tak berasa Rindou dapatkan dari keponakan manisnya.
"Rin chan, penakut!" Ucap Takemichi segera berlari menuju Ran.
Gagal tahlilan burungnya Rindou:)
"Daddy, Michi mau pulang." Ucap Takemichi memeluk Ran.
Ran membalas pelukan Takemichi. Surai hitam itu ia kecup sebagai hadiah.
"Nanti, oke? Daddy masih ada urusan." Timpal Ran lembut.
Takemichi mengangguk.
Hup...
Dengan tiba-tiba, Kakucho mengangkat Takemichi dan meletakkan nya di atas bahu.
"Mari main denganku. Kita pergi keluar." Ajak Kakucho tersenyum.
Ran membiarkan hal itu. Toh, selama bersama Kakucho, Takemichi akan aman dari bahaya apapun.
Yakin, mas?
Secara, di markas itu, hanya Kakucho lah yang masih waras luar dalam.
Main gobak sodor gimana njir?
Pinterest.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda [ Ran x Takemichi ] ✔
Short StoryEnd. Berusaha menjadi orang tua yang baik dengan sifat yang sedikit tidak normal. . . . . Karakter bukan milik saya!! Terima kasih.