Dibandingkan dengan member Bonten yang lain, Takemichi merasa bahwa Kakucho itu orang yang sedikit membosankan.
Bagaimana tidak? Dirinya berpikir Kakucho akan membawanya pergi ke luar, memang dia tadi sempat mengatakan akan pergi ke luar.
Tapi...
Apa ini!! Pria berusia 27 tahun itu hanya membawanya ke taman depan. Dimana di sana hanya berisi beberapa tumbuhan yang hampir sekarat.
Tanaman yang terlihat mahal hanya tersisa satu tangkai dengan 2 lembar daun yang hampir terjatuh.
Kakucho juga hanya diam mengamati Takemichi yang sedang duduk di tanah. Mengabaikan pakaian mahalnya yang akan kotor nantinya.
"Kenapa, Takemichi? Kau bosan?" Tanya Kakucho lembut.
Takemichi yang masih duduk di tanah pun tak menjawab. Wajahnya yang manis di Teluk karena rasa bosan.
"Ucho membosankan." Ucap Takemichi memukul dada Kakucho.
Kakucho mencoba untuk tersenyum. Hatinya yang sangat moengil ini serasa ingin hancur menjadi debu.
"...kalau begitu, Takemichi mau apa?" Tanya Kakucho mendudukkan Takemichi pada bangku yang tertata di sana.
Seketika mata Takemichi berpijar senang. Dengan ini, dirinya bisa meminta apapun yang daddy nya larang.
Seperti, memakan makanan yang cukup pedas atau yang lain.
Tangan kecil Takemichi menggapai kertas yang Kakucho siapkan untuk nya tadi. Beberapa pensil warna yang masih utuh juga tersusun rapi pada tempatnya.
Jari jemari yang kecil itu mulai menggambar secarik garis yang terus terhubung, dari mata Kakucho, dirinya sudah menebak apa yang keponakan kecilnya ini mau.
"Takemichi mau hambu-
Mulut Kakucho sedikit tersumpal kertas yang Takemichi remas tadi, bola mata berwarna biru itu terus melihat situasi.
Memastikan bahwa Ran tidak ada di sana.
" Sstt, jangan keras-keras, nanti daddy dengar." Bisik Takemichi.
Kakucho tersenyum, tubuh Takemichi yang kecil itu kembali ia bawa di atas pundak. Membawa anak bermarga Haitani itu masuk kedalam mansion.
"Kenapa masuk?!" Tanya Takemichi memeluk kepala Kakucho.
Diam. Tak ada jawaban dari Kakucho, membuat Takemichi bingung sendiri.
Kedua manusia dengan umur yang berbeda jauh itu tiba pada sebuah ruangan dimana Ran dan Sanzu berada di sana.
Kakucho menurunkan Takemichi saat berada di depan pintu, takut jika kepala anak ini terbentur nantinya.
Ran tersenyum dan membuka lebar-lebar tangannya, kode jika Takemichi harus datang dan memberinya sebuah pelukan.
Takemichi yang memang sudah hapal dengan kode seperti itu, langsung berlari dan menerjang Ran yang duduk bersama Sanzu.
"Ran, Takemichi bilang dia mau hamburger." Adu Kakucho.
Ran menatap Takemichi, sedangkan yang di tatapan lebih fokus pada apa yang Sanzu pegang.
"Zu chan, itu apa? Permen? Michi mau!!" Ujar Takemichi menunjuk bungkus kapsul berwarna putih.
Sanzu tersenyum tengil, Takemichi yang masih berada dipelukan Ran itu ia ambil dan duduk kan pada pahanya.
"Sweetie mau ini? Boleh, mau warna yang mana? Ini, ini, atau ini." Tawar Sanzu.
Beberapa kapsul dengan berbagai warna itu menjadi daya tarik Takemichi, mengabaikan Ran yang masih berada di sana dengan penggaris dengan ukuran 30 cm di tangannya.
"Michi mau ya-
" Jangan mengada-ada, Sanzu. Kau mau ku penggal?" Tanya Ran sedikit nada memgancam.
Decihan tak suka keluar dari mulut si predator ulung. Kapsul yang sempat ia keluarkan tadi dimasukan kembali pada plastik klip yang biasa nya untuk membungkus kacang goreng.
Tau kan?
Atensi Takemichi segera beralih pada Ran yang menatapnya sedikit tajam. Jemari Takemichi terlihat sibuk menggulung pakaian yang ia kenakan.
"Michi, daddy akan bertanya. Jawab jujur, atau daddy akan marah." Ujar Ran.
Sok iye si bapak.
Takemichi mengangguk, ia segera duduk di samping Ran. Wajahnya sedikit terlihat gusar karena takut.
"Kakucho bilang Takemichi mau hamburger, apa itu benar?" Ran bertanya dengan lembut.
Takemichi segera mendelik kearah Kakucho yang tersenyum. Urat Takemichi yang kecil terlihat sangat jelas di dahi dan tangan nya.
Kakucho cepu.
"Emm, Ucho bohong! Michi tidak minta hamburger." Elak Takemichi.
"Benarkah, tapi apa ini." Ran menunjukkan satu gambar yang sempat Takemichi gunakan tadi.
Takemichi tak bisa berkata-kata lagi, mulutnya seakan tertutup rapat.
"Daddy sudah bilang, bukan. Makanan ada racunnya. Michi mau mati muda?" Tanya Ran dramatis.
Sanzu yang mendengar itu merasa bahwa didikan Ran ini sangat tidak baik untuk di contoh.
Provokasi nya sedikit berbahaya.
Takemichi menggeleng kan kepalanya. Ran mengangguk dan mengatakan segala hal yang mampu membuat putra tersayang nya iki benci akan makanan berbahan dasar roti dan daging ini.
Mulai sekarang panggil saya Izu atau Tejo. Jangan author, saya merasa bahwa itu sedikit berlebihan untuk saya yang hanya seorang amatiran.
Pinterest.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda [ Ran x Takemichi ] ✔
Short StoryEnd. Berusaha menjadi orang tua yang baik dengan sifat yang sedikit tidak normal. . . . . Karakter bukan milik saya!! Terima kasih.