bagian 14

1.3K 202 31
                                    

Siang ini sungguh panas, saking panasnya banyak tanaman hias yang layu karena teriknya sinar matahari.

Ran duduk di sebuah pendopo depan rumah dengan mengenakan kaos ala bapak-bapak. Di depannya terletak satu cangkir kopi hitam dan sepiring pisang goreng yang menemani siang hari ini.

Enakan es anjir.



Dirinya tengah sibuk melihat saluran televisi yang sedang tren dikalangan anak-anak akhir-akhir ini, khususnya para gadis kecil yang imoet.

Putra Salju. Itulah yang ia tonton,entah ia menonton ini hanya sekedar untuk hiburan atau yang lain, pastinya hanya Ran lah yang tau segalanya.

Kartun yang mengisahkan sosok pria berwajah manis, tak lupa senyumnya yang mampu membunuh anda, tengah terkapar sekarat.

Dan selanjutnya pikir sendiri, saya capek.



Di sampingnya terdapat Takemichi yang sibuk menggambar dengan posisi tengkurap. Surai hitam yang legam itu diikat keatas agar dahinya tak tertutup dan dapat terkena angin.

Kaos putih bercorak abstrak menjadi pilihan Takemichi hari ini.









Saat asik mengunyah, Ran sedikit melirik Takemichi yang masih asik menggambar. Netra tajam itu berusaha mengintip apa yang putra kecilnya itu gambar.

Namun, lengan kiri Takemichi selalu menghalangi mata sang ayah agar tak melihat maupun mengintip apa yang sedang ia gambar.





Ran kembali melihat serial kartun, kopi yang Akane sajikan tadi telah habis dan hanya tersisa ampasnya saja.

Mulutnya terasa masam karena tak menyesap rokok seminggu belakangan ini, matanya juga sering mengantuk karena kurang asupan tersebut.

Rasanya kopi saja kurang untuk mengusir rasa kantuk dan mulut masamnya.



Liat saya aja, dijamin matanya langsung katarak







"Daddy" Ucap Takemichi sambil menarik kaos Ran.

Ran tersenyum dan menarik tubuh kecil itu agar bersender pada dada bidangnya.

"Ada apa? Michi sudah selesai menggambar?" Tanya Ran lembut.


Takemichi mengangguk sebagai jawaban. Jemari yang memegang selembar kertas ia pilin untuk mengurangi rasa gugup.

Gugup?

Ya,Takemichi sedang gugup sekarang.




"Ada apa? Apa Michi sakit?" Tanya Ran kembali, namun kali ini dengan nada yang sedikit khawatir.


Takemichi menggeleng, "tidak! Michi tidak sakit."


"Lalu?" Ran sambil mengecup telapat tangan Takemichi.



"Michi mau sesuatu, tapi, daddy jangan marah." Ucap pelan Takemichi.

Ran mengerjapkan matanya, tak lama ia tersenyum dan terkekeh pelan.


"Kenapa harus marah? Michi boleh minta apapun, bahkan jika Michi ingin jantung daddy, maka daddy akan berikan." Ujar Ran memeluk Takemichi.

Mata Takemichi terbelalak, kepala bersurai hitam itu menggeleng dengan keras.

"Tidak!! Michi tidak mau jantung daddy! Tapi, Michi mau ini." Takemichi sembari menyerahkan selembar kertas.


Ran mengambil kertas itu, di dalamnya terdapat coretan bercorak dua orang manusia. Yang satu berwarna ungu, yang ia duga adalah dirinya, dan biru adalah Takemichi.

Duda [ Ran x Takemichi ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang