33.RAFAEL

76 14 3
                                    

"Apakah kamu menangis semalaman?" tanya Rasean

"Kenapa?" balasan berupa pertanyaan itu keluar dari mulut Delliecia.

"Mata kamu sembap, Delliecia. Apakah kamu menangisi gadis munafik itu?"

"Ck, udah mati, masi aja dijulidin." runtuk Delliecia.

Entah karena apa, tetapi Rasean memang tampak tidak menyukai Ersya.

"Apa yang kamu tangisi, Delliecia? Menangisinya semalaman tidak membuatnya bernafas lagi."

"Saya juga ga tau kenapa saya nangis." Rasean memilih untuk tidak menanggapi. Pria itu lebih memilih untuk mendekap tubuh mungil Delliecia.

Ia sangat merindukan gadisnya.

"Maaf karena terlalu sibuk akhir-akhir ini," ucap Rasean

Delliecia menanggapinya dengan anggukan dan senyum tipis.

Jujur ia memang mengharapkan waktu lebih dari Rasean. Namun ia tidak ingin egois.

Rasean sibuk karena bekerja. Dan Delliecia tidak ingin mengganggu pekerjaan Rasean.

Knock... knock.... knock

Suara tersebut mengalihkan atensi keduanya.

"Permisi, Tuan, ini saya," ucap seseorang dari luar.

Tentu saja orang itu adalah Arsaka.

Rasean beranjak dari duduknya. "Ada apa?"

"Ada yang ingin saya sampaikan, Tuan."

"Tunggu di ruang kerja."

Rasean menghampiri Delliecia, "Saya tinggal sebentar, tidak apa-apa?" Dan Delliecia mengangguk sebagai jawaban.

Sepeninggalan Rasean, Delliecia berkeliling kamar, berharap menemukan sesuatu yang dapat mengobati kebosanannya.

Dan akhirnya, ia menemukan beberapa Novel di laci meja Rasean. Sepertinya novel itu memang disiapkan untuk Delliecia.

Tidak mungkin kan, seorang Rasean membaca novel? Terlebih novel romance seperti yang dipegang Delliecia sekarang.

Gadis itu merebahkan dirinya sembari menyimak isi dalam novel tersebut.

Dari prolognya, Delliecia menebak jika salah satu tokoh utama akan mati di akhir cerita.

Ahh ia jadi teringat Ersya.

"Tokoh-tokoh novel ini bakal kemana ya setelah ni novel tamat?" monolog Delliecia

"Pengen deh masuk novel,"

"...eh tapi, kalau gue masuk novel, gue bakal jadi apa? Tulisan gepeng kek gini?"

Gadis itu terus bermonolog, dengan otak yang sibuk berimajinasi.

Bahkan tanpa sadar, gadis itu sedang bergulung-gulung dan tersenyum tidak jelas.

Rasean yang melihat itupun terheran.

"Delliecia?" panggilan tersebut membuat imajinasi Delliecia terbuyar.

Ahh padahal ia tengah salting karena mendapat perlakuan romantis dari suami imajinasinya.

"Apa membaca novel, bisa membuatmu bergulung-gulung seperti itu?" tanya Rasean sembari melirik novel di tangan Delliecia.

Bukannya menjawab, Delliecia malah tersenyum tidak jelas.

"Vellichor, lagi?" gumam Rasean

Ini bukan pertama kalinya Delliecia seperti ini.

DIA, DELLIECIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang