34.NINU NINU

66 4 0
                                    


Naren yang baru saja sampai, berniat untuk meneriaki sang pemilik rumah. Namun suara orang yang tengah berdialog, membuat Naren mengurungkan niatnya.

Dan saat ia berjalan menuju sumber suara, ia sudah diberi pemandangan, dimana tangan Rafael berada dipuncak kepala gadisnya.

Apalagi ini Tuhan?

"Lo berdua ngapain?!" tanya Naren dengan nada tidak santai.

Rafael dan Delliecia tampak gelagapan ditempatnya. Mereka sudah seperti pasangan yang ketahuan selingkuh.

"Udah sana balik!" titah Delliecia pada Rafael

"Gua ga ngapa-ngapain kok sama dia!" ucap Rafael pada Naren.

"Ck. Udah sana!" kesal Delliecia, saat melihat Rafael tidak juga beranjak dari tempatnya.

Naren hanya diam, sembari memperhatikan dua manusia didepannya.

Pantas saja ia melihat motor asing didepan rumah Delliecia.

"Santai, kali! Balik aja kalau mau balik." ucap Naren berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

Melihat kondisi yang tidak mengenakkan, Rafael memilih untuk undur diri.

"Ngapain?" tanya Naren

"Ga tau. Seminggu ini, dia selalu kesini." balas Delliecia

"Kenapa lo ga pernah cerita? Lo ga diapa-apain kan, sama dia?" khawatir Naren.

Meskipun ia mengenal Rafael, bahkan mereka sering terlibat kerja sama akhir-akhir ini, tetap saja, ia belum sepenuhnya mempercayai lelaki itu.

Terlebih karena omongan-omongan orang, yang menyebutkan jika Rafael merupakan pemain wanita, membuat Naren takut jika Delliecia menjadi salah satu korbannya.

"Dia ga bakal ngapa-ngapain gue."

"Siapa yang jamin?!"

"Gue."

"Cia," belum sempat meneruskan kalimatnya, Delliecia sudah menyela.

"Ck. Meskipun dia suka main, dia juga liat-liat kali!"

"Lo ga tau sebrengsek apa otak cowok, Cia."

"Iya, gue emang ga tau. Tapi gue percaya sama dia."

"Apa yang bikin lo seyakin itu, Cia?! Bahkan lo kenal dia belum lama."

Delliecia tertawa dalam hatinya. Memang tidak ada yang menjamin kepercayaannya.

Memang, bisa saja Rafael melakukan hal tercela tersebut kepadanya.

Naren yang sudah ia kenal dari lama pun, hampir saja melakukannya. Apalagi Rafael, yang bahkan belum ia kenal sepenuhnya?

"Cia, gue cuma ga mau hal-hal kaya gitu terjadi sama lo." Naren berusaha memberi pengertian pada Delliecia.

"Tapi kalau yang ngelakuin itu lo, gapapa, gitu maksud lo?!" cibir Delliecia dalam hatinya.

Meskipun sudah satu bulan lebih terlewati, namun kejadian itu belum juga menghilang dari otaknya.

Kekecewaannya memang sebesar itu. Namun, kebaikan Naren padanya juga tidak mampu mengalahkan kekecewaannya.

"Ck, udahlah. Mau makan ga? Sekalian nih, sebelum gue beresin." ucap Delliecia, mengalihkan pembicaraan.

"Dia kesini buat makan?"

"Anggep aja kek gitu."

*****

DIA, DELLIECIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang