28.MENCINTAI DELLIECIA

80 13 60
                                    


"Cia, ini bagus ga?" tanya seorang gadis pada Delliecia.

"Bagus. Tapi kayaknya bagusan ini," balas Delliecia

"Boleh nih," ucap gadis itu

"Pak, mau ini, dua. Kasih tulisan Sya-Cia. Yang bagus ya, Pak." ucap gadis itu pada seorang penjual gelang.

Saat ini Delliecia dan temannya sedang membeli gelang, yang berada dipinggir jalan.

Mereka tertarik, karena mereka dapat menuliskan nama mereka, pada gelang tersebut.

"Kak Ersya!!" teriak Delliecia, antusias.

"H-hah?" Ersya gelagapan.

"Itu tukang ciloknya!!" heboh Delliecia saat melihat seorang penjual cilok, tengah berjalan kearahnya.

"Pak Beli!!" ya, sebenarnya tujuan mereka menyusuri trotoar adalah untuk mencari penjual cilok.

Namun malah bertemu dengan si penjual gelang.

"SYa-CIA?" eja Delliecia pada gelang yang dipegang oleh Ersya.

"ErSYA-DellieCIA,"

"Yang satu buat gue, yang satu buat lo. Biar lo inget kalau kita pernah temenan."

Delliecia tersenyum tulus.

Akhir-akhir ini ia memang sering bermain dengan Ersya.

Ersya Anindira Nelson. Gadis yang ditemui Delliecia di markas Flaetzyo kala itu.

Si gadis mungil yang berstatus sebagai tunangan dari Rafael, ketua Flaetzyo.

Si gadis manja yang entah mengapa, membuat Delliecia nyaman bermain dengannya.

Beberapa dari kalian mungkin sudah mengenalnya.

Sekian menit berlalu, akhirnya mereka kembali ke rumah Delliecia.

"Demi cilok, rela panas-panasan." gumam Delliecia, membuat Ersya terkekeh.

Delliecia sangat menggemaskan jika sedang seperti ini.

Menurut Ersya, Delliecia itu seperti bunglon. Gadis itu akan berubah warna, sesuai dengan suasana yang ada.

Terkadang Delliecia itu bersikap dewasa dan terkadang Delliecia itu bersikap seperti murid TK.

Jika sedang berada di mode dewasa, Ersya akan merasa insecure dengan Delliecia.

Bagaimana tidak? Gadis yang lebih muda satu tahun darinya itu tampak sangat dewasa, bahkan sangat jauh jika dibandingkan dengannya.

Ia sangat malu jika dihadapkan dengan Delliecia. Ia hanyalah gadis manja yang tidak bisa apa-apa, sedangkan Delliecia, gadis itu sangat luar biasa menurutnya.

Ahh Ersya iri terhadap Delliecia.

"Abis ini mau kemana lagi?" tanya Delliecia

"Gue balik sih kayaknya, Rafael bilang, dia mau jemput gue jam dua nanti."

"Kenapa ga coba sama Rafael aja?" tanya Delliecia tiba-tiba.

"Kalau dia sebaik Naren, mungkin gue bisa." balas Ersya

Delliecia tampak mencibir karena ucapan Ersya.

Ersya terkekeh melihatnya. Delliecia menggerutu dengan pipi menggembung, karena sedang memakan cilok. Persis seperti anak TK.

"Ditelen dulu, Cia!"

"Ekhem. Tadi lo bilang, sebaik Naren? Dia sebaik itu dimata lo? Ahh dia emang baik sih, tapi ga sebaik yang lo liat!" ucap Delliecia setelah menelan ciloknya.

DIA, DELLIECIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang