29.TENTANG MEREKA

70 8 0
                                    


"BRENGSEK!!" Aksara bergerak menarik Naren, lalu melayangkan satu pukulan, pada ketuanya yang brengsek itu.

Melihat Naren yang setengah sadar, Aksara memilih untuk membawa Naren menuju kamar lain dirumah Delliecia.

Setelahnya, Aksara kembali untuk memeriksa keadaan Delliecia.

Aksara langsung bergerak untuk memeluk Delliecia yang sedang terdiam dengan keadaan berantakan.

"Dia mabuk." ucap Aksara

Melihat Delliecia yang hanya diam, Aksara bergerak untuk menyelimuti tubuh Delliecia, lalu memeluknya dengan erat.

Seandainya ia datang lebih cepat, mungkin Delliecia dan Naren masih baik-baik saja.

Atau seandainya ia tidak membiarkan Naren pergi sendiri setelah dari club tadi, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.

"Minum," pinta Delliecia

Aksara pun dengan segera, bergerak untuk mengambilnya.

Entah kebetulan atau apa, tetapi malam ini, Delliecia sendirian di rumahnya.

Entah kemana perginya para ART, namun Aksara tidak melihat siapa-siapa disana.

Disisi lain, Delliecia terlihat sedang menangis di kamarnya.

Gadis itu tidak menyangka jika Naren akan senekat ini. Gadis itu juga tidak menyangka, jika Naren akan mengungkapkan perasaannya.

Mencintai, satu kata yang amat terlarang untuk Naren dan Delliecia.

Delliecia tersentak saat merasakan elusan pada rambutnya. Gadis itu mendongak, dan Aksara sudah menjulang tinggi didepannya.

Dengan segera, Delliecia menghapus air matanya, namun Aksara mencegahnya lalu tersenyum tipis, seolah mengatakan 'tidak apa-apa'.

"Gue bakal bawa dia balik, setelah ini." mendengar ucapan Aksara, Delliecia reflek menggeleng.

Gadis itu menggigit bibirnya, saat berusaha untuk tidak mengutarakan pendapatnya.

"Ngomong!"

"Biarin dia disini,"

"...sama lo." Aksara menatap heran pada Delliecia.

"Gue gapapa. Gue harap, lo ga bocorin apapun tentang malam ini."

Aksara mengangguk, lalu menarik Delliecia kembali kedalam pelukannya.

Entah ada masalah apa antara Naren dan Delliecia, tetapi Aksara berjanji untuk memberi pelajaran pada Naren nantinya.

Meskipun tidak diperlihatkan, tetapi Aksara tahu, Delliecia takut akan kejadian ini.

"Mau tidur," Aksara mengangguk lalu membantu Delliecia untuk merebahkan dirinya.

Lelaki itu mengelus lembut kepala Delliecia.

"Ntar kalau gue udah tidur, lo temenin bang Naren ya?"

*****

"Tumben lo udah dateng," ucap Lia saat melihat Delliecia sudah duduk manis di bangkunya. Sendiri.

Belum ada yang datang. Hanya ada dia, dan Delliecia.

"Mau jadi anak rajin." balas Delliecia

"Gaya lo!"

"Ck, temen mau berubah tuh harusnya didukung."

"Lo udah rajin dari dulu, Njir!"

"Thanks. Gue emang rajin." Lia mendatarkan ekspresinya. Memang benar, Delliecia itu seharusnya tidak dipuji.

DIA, DELLIECIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang