36.JANJI NARENDRA

91 15 7
                                    

"Matahari atau bulan, Cia?" tanya Naren tiba-tiba.

Delliecia tersentak. Tentu saja ia kaget. Tadinya, mereka hanya diam, sembari memperhatikan bulan yang tergantung di langit malam.

"Matahari." jawab Delliecia

"Kenapa?"

"Matahari sering ada diskon. Bulan ngga."

"Cia!"

"Kenapa? Bener kan?"

"Karepmu, Cia, karepmu!"

"Gitu aja marah, dasar!"

"Masuk, udah malem, tidur!" titah Naren pada akhirnya. Ia sudah terlalu lelah menghadapi adiknya itu. Lagi pula, hari sudah mulai larut, udara juga terasa semakin dingin.

Ya malam ini, Naren menginap dirumah Delliecia. Tidak ada alasan tertentu. Ia hanya ingin.

"Gendong!" manja Delliecia

"Ngga. Lo berat." balas Naren, bercanda.

"Ihhhh!" lantaran kesal, gadis itu langsung beranjak dari duduknya. Gadis itu pergi meninggalkan balkon begitu saja, tanpa menatap Naren yang masih terdiam ditempatnya.

Naren sudah menduga hal itu akan terjadi. Tetapi, tidak apa. Yang penting, Delliecia sudah masuk kedalam kamarnya sekarang.

Jika tidak seperti itu, Delliecia akan menolak untuk diajak masuk kedalam rumah. Gadis itu masih terlalu menikmati keindahan bulan.

"Marah?" tanya Naren sembari berjalan mendekati Delliecia, yang sudah terduduk di ranjang.

Delliecia tidak menjawab. Gadis itu hanya diam sembari menatap Naren dengan tatapan permusuhan.

Naren merasa, ada yang berbeda dari tatapan itu.

Bukan, bukan karena gadis itu tengah marah. Tetapi, sepertinya ia memang sudah benar-benar menjadi kakak bagi Delliecia.

Ahh sudahlah.

Apa yang ia harapkan? Toh mereka memang berstatus sebagai adik dan kakak.

"Bercanda, Cia. Tidur gih, udah malem. Besok sekolah."

"Males. Lo ngeselin."

"Mau tidur sendiri atau gue tidurin, hm?" bertepatan dengan menutupnya kedua bibir Naren, sebuah bantal sudah mendarat tepat diwajahnya.

"Tidurin tuh bantal!"

"Anjing, lo!"

"Anjing teriak anjing." cibir Delliecia

"Tidur, Yangg, besok sekolah."

Mereka tetap berdebat hingga waktu bahkan hampir menginjak tengah malam.

Sampai akhirnya, Delliecia tertidur karena terlalu lelah berbicara.

Sekian jam berlalu dan kini sang bulan sudah undur diri. Digantikan dengan sang surya yang menandakan hari sudah pagi.

"Dasar, kebo!" cibir Delliecia melihat Naren yang masih terlelap dengan nyeyak.

"Semalem aja bilang 'tidur, besok lo ngebo kalo ga tidur-tidur.' Cih! Buktinya dia sendiri yang ngebo kek beruang hibernasi." gumam Delliecia

"BANG NAREN! AWAS! KEJATOHAN DUREN!" teriak Delliecia yang langsung membuat Naren terbangun dari tidurnya.

*****

"Jangan dingin-dingin, gue gampang pilek soalnya." celetuk Delliecia

"Makan, jangan ngomong!" peringat Aksara.

DIA, DELLIECIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang