Alesha menghembuskan nafasnya pelan. Menatap kosong kearah gundukan tanah dihadapannya itu. Tersenyum tipis, namun senyum itu penuh dengan luka.
"Gue bahagia, gue bahagia karena dia nggak benar-benar pergi dari gue, tapi gue terluka, kenapa dia belum sadar sampai sekarang," lirih Alesha.
"Detak jantungnya kembali, tapi ini sangat lemah, sebaiknya kita segera bawa ke Rumah Sakit,"
"Pasien terselamatkan. Namun keadaan pasien masih memburuk, dia mengalami koma sekarang,"
"Arizka, makasih ya lo nggak bawa Garen ikut sama lo, seenggaknya gue senang karena masih ada kesempatan untuk selalu melihatnya,"
"Garen belum sadar sampai sekarang, pasti dia lagi menghabiskan waktu sama lo disana ya? Nggak apa-apa kok, asal jangan bawa dia pergi ya, gue nggak bisa," lanjut Alesha, ia tak bisa lagi menahan air matanya.
Alesha mengusap air matanya. Tersenyum tipis menatap makam milik kembarannya itu.
"Gue harap setelah gue balik dari sini, ada kabar baik dari keadaan Garendra, gue balik dulu, Arizka."
- g a r e n d r a -
Alesha mengentikan langkahnya ketika melihat teman-temannya saling memeluk di depan ruangan Garen. Jantungnya berdetak lebih kencang ketika melihat Ghea menangis histeris di pelukan Ayahnya.
"A-apa yang terjadi?" Tanya Alesha.
Erliza melangkah pelan kearahnya. Erliza memeluk Alesha erat. Tangis Erliza pecah. "S-sha lo yang s-sabar ya," ujar Erliza sembari mengelus punggung Alesha.
Alesha tercengang. Setetes air mata tiba-tiba saja turun dari kedua kelopak matanya. Ia melepas pelukan itu kasar.
"Lo apa-apaan sih Za?! Lo ngomong apa, hah? Apa yang terjadi, semua yang ada di pikiran gue ini nggak bener kan Za? Gar-garen nggak kenapa-kenapa kan Za?!" Alesha mencengkram kuat kedua pundak Erliza.
"Gue tau lo kuat Sha, ikhlasin semuanya,"
Alesha menutup bibirnya rapat-rapat, isakan tangisnya tak bisa ia tahan lagi. Tubuhnya merosot ke lantai.
"Lo bohong Erliza! Nggak mungkin, ini semua nggak mungkin, hiks!" Alesha memeluk tubuhnya sendiri, tangisannya benar-benar terdengar memilukan.
"Gue nunggu dia Za! 3 Bulan gue nunggu dia untuk kembali sadar, gue tunggu dia untuk menepati janjinya, tapi kenapa semuanya jadi kaya gini?!"
Erliza kembali memeluk tubuh Alesha yang begitu lemas. Erliza tau apa yang dirasakan Alesha.
"Lo jahat Garen, lo jahat, hiks!"
"Sha, Garen masih di dalam, mungkin lo mau ketemu dia untuk yang terakhir kalinya?" Ujar Rindu mengelus punggung Alesha yang bergetar hebat.
Alesha berdiri dengan kaki gemetar ia melangkah masuk kedalam ruangan Garen. Ruangan yang mungkin untuk terakhir kalinya ia datangi. Perlahan tangannya membuka pintu itu.
"Lo masuk, biar kita tunggu di luar, kita kasih waktu untuk lo melihat Garen, Sha," ucap Juna sembari menutup pintu itu.
Alesha menutup bibirnya, menahan mati-matian isakan tangisnya. Kakinya melangkah menuju seseorang yang terbaring dengan kain yang menutupi tubuhnya itu.
"L-lo jahat," lirih Alesha. Tubuhnya kembali merosot di lantai, tepat disamping tubuh Garen berada.
"Mana janji lo untuk bahagia sama gue? Lo jahat Gar, jahat banget. Gue disini tunggu lo, lo malah seenaknya mau pergi ninggalin gue, hiks!" Alesha memeluk erat tubuhnya sendiri. Ia benar-benar tak sanggup untuk melihat wajah Garen terakhir kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARENDRA || The Second Chance
Teen Fiction❝Merelakan, melepaskan bukan sekedar mengurai ikatan. Tetap akan ada sisa yang tertinggal. Selesaikan dan mulailah yang baru❞ Garendra, terjebak dalam pergulatan batin. Kembalinya Alesha, gadis yang pernah ia cintai, mengusik luka lama yang tak kun...