"Tidak ada obat untuk sakit hati, Sasori-san. Bahkan ninja medis terhebat atau bahkan dokter terhebat di dunia tidak bisa menemukan obatnya. Semakin kau ingin mengobatinya, semakin besar luka itu." Ucapnya sambil menunduk dan memegang dadanya. Sakit.
"Lalu apa yang terjadi jika kita menderita sakit hati?" Tanya nya lagi, "Yang hanya bisa kita lakukan adalah membiarkan membunuh perlahan"
━━━━━━━━━━━━━
Burung berkicau dan matahari mulai naik, pagi telah tiba. Keadaan di rumah sakit Konoha terlihat sibuk. Para perawat dan dokter sibuk menyembuhkan mereka yang butuh pertolongan.
Dibelakang gedung rumah sakit terdapat sebuah taman dengan danau buatan disana. Di sekitar danau terdapat beberapa bangku dan sebuah pohon sakura besar disana. Naruto menatap lama ke pohon itu. Mengingat bahwa temannya suka sekali menghabiskan waktu istirahatnya disana.
"Naruto, kau kemari lagi? Apa kau terluka? Seharusnya kau menemui dokter, bukannya ke taman!"
"Naruto, kau mau bentoku? Sepertinya aku memasak terlalu banyak tadi."
Suara yang Naruto selalu dengar tiap hari kini hilang. Hilang pergi meninggalkannya. Dirinya masih tidak percaya bahwa Sakura berkhianat kepada Konoha dan bergabung dengan Akatsuki. "Sakura, maafkan aku." Ucapnya sendu.
Di ruangan lain, Sasuke sedang melamun melihat keluar jendela. Hal yang tidak biasa dilakukan oleh pemilik mata Sharingan itu. Pikirannya melayang entah kemana.
Orang yang menjadi pusat dunianya telah tiada —tiada di sampingnya. Dia bergabung dengan gelapnya dunia Shinobi. Bergabung dengan Akatsuki. Dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri karena hal itu. Karena tidak percaya terhadap Sakura.
Sedangkan di desa lain, tepatnya di Amegakure. Hujan deras mengguyur desa. Bau tanah yang basah dan hujan menjadi satu, membuat Sakura merasa sedikit tenang. "Apa aku berbuat kesalahan? Apa aku terlalu membawa perasaan ku? Haruskah aku kembali ke Konoha?" Pikirnya
"Sedang apa kau disitu?" Ucap seseorang dari belakang. Sakura menoleh dan didapatinya Deidara dengan raut wajah yang masam. Sakura tidak menjawab, fokusnya ada pada tetesan air dari langit.
"Kau suka hujan?" Sakura mengangguk. Kebanyakan orang mungkin membenci hujan, tapi tidak dengan Sakura. Baginya, hujan membawa ketenangan tersendiri baginya.
"Maaf, tentang perilaku ku di motel kemarin malam." Wajah Sakura memerah mengingat kejadian dimana mereka hampir melakukan hubungan yang tidak senonoh.
"Hum, aku memaafkan mu. Jangan lakukan hal itu lagi." Deidara mengangguk paham. Kesunyian menyelimuti mereka, tidak ada satupun yang mengucapkan kata-kata. Sampai akhirnya Deidara membuka mulut.
"Kau sudah dicap sebagai ninja penghianat. Konoha mengeluarkan pernyataan itu tadi pagi. Mulai sekarang berhati-hati lah." Hati Sakura hancur. Lupakan soal kembali ke Konoha. Konoha sudah menganggapnya sebagai penghianat. Sakura sedikit terkejut. Secepat itu Konoha membuat keputusan?
Ia sudah tidak punya rumah sekarang. Kemana dia harus pulang? Akatsuki? Apakah ini rumahnya sekarang?
"Sakura, Sasori memanggil mu." Ucap seseorang dari belakangnya, Hidan. Sakura pergi meninggalkan Deidara dan Hidan. Sasori pasti ada di ruangannya.
Dan kini Hidan duduk di samping Deidara. Sama-sama memandangi rintik hujan yang tidak tahu kapan berhentinya. Keduanya sama-sama bungkam tidak ada yang memulai obrolan, mengingat keduanya yang tidak terlalu dekat satu sama lain.
"Oi, Deidara?" Deidara menoleh sedikit kearah orang yang memanggilnya, sedikit memicingkan mata. Mengingat apa yang dilakukan Hidan semalam.
"Hm, kenapa?"
"Bagaimana rasanya Sakura? Kau hampir melakukannya kan? Kau tidak ingin berbagi?"
Mata Deidara menatap Hidan tajam. Jikalau mata itu mengeluarkan laser, mungkin Hidan sudah terbelah dari tadi. "Jangan ganggu dia." Deidara pergi. Meninggalkan Hidan dengan seringainya.
Deidara meninggalkan Hidan dengan perasaan yang mengganjal. Membicarakan Sakura membuat hatinya sakit dan sesak entah kenapa.
•
Sakura berada di depan sebuah pintu dengan tulisan "Lab" didepannya. Sudah dipastikan, Sasori berada disini. Siapa lagi yang harus ke laboratorium selain mantan boneka jadi-jadian itu.
Tangannya mengetuk pelan pintu itu, setelah mendapat jawaban, dia baru memasuki ruangan itu. Terlihatnya Sasori dengan jas labnya. Tangannya sibuk memegang cawan berisi cairan warna-warni, yang diyakini oleh Sakura adalah racun.
"Hidan bilang kau memanggil ku, ada apa?" Tanyanya singkat. Sasori masih berkutik dengan cairannya. Mencampur cairan A dengan cairan B. Sakura berjalan menghampiri Sasori. Melihatnya membuat racun.
"Apa ini racun yang sama seperti yang kau buat dulu?" Tanya Sakura. Mengingat pertemuan mereka yang pertama, Sakura hampir mati karena racun mematikan milik Sasori. "Ya, hanya saja lebih mematikan."
"Lebih mematikan?"
"Ya, racun ini dapat menggumpal darah karena mengandung bisa ular. Selain itu ada beberapa tambahan racun lainnya. Jika digabungkan, maka racun ini bisa membunuh orang hanya dalam hitungan menit saja."
Sakura terkesan, sekaligus takut. Sasori adalah orang yang jenius. Dalam pertarungannya Sasori selalu menghindari pertarungan jarak dekat, dikarenakan ia hanya seorang yang menggunakan boneka. Tetapi dia juga menambahkan racun yang mematikan dalam bonekanya.
Pikirannya terbang ke masa lalu, dimana dia ingat Kankurou, kakak dari Gaara yang hampir meregang nyawa karena racun milik Sasori yang sangat mematikan. Untungnya dia berhasil menemukan penawar racunnya
"Sakura, bisa kau tolong buatkan penawarnya?" Sakura cengo. Penawar? Sasori tidak bisa membuat penawar racunnya sendiri? Sungguh mengejutkan.
━━━━━━━━━━━━━
Hi hi! Ressa's here!
Siapa yang kangen?!! Ga ada T_TMaafin Ressa ya updatenya 1 Tahun sekali hehe. Tapi tahun ini Ressa usahakan up teruss
Kalo ga males heheKalau Ressa upload cerita baru, ada yang baca ga yaaa?
See u in next chapterrr
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura No Akatsuki
Teen FictionIni cerita tentang dia yang memperjuangkan kebenarannya, namun gagal. *** Haruno Sakura, putri tunggal dari klan Haruno, Klan yang memiliki kekuatan fisik dan penyembuhan luar biasa, terkejut ketika klan kuat itu dibantai tanpa ampun dalam semalam...