Ch 36. Told the Truth to You

41 3 0
                                    

Ujian semester telah berakhir, kini pembagian kelas sudah diatur seperti awal semula.

"Fer! Fer!"
Jessie yang selalu saja tiba-tiba datang entah dari mana, langsung menimbulkan suara bising.
Ia menepuk-nepuk bahu Ferina yang sedang tertidur di kelas dengan rusuh.

"Aahh! Berisik lu Jes, baru juga gue merem."
Ferina bangun memperlihatakan muka kusut nya.

"Tumben lu Fer, pagi-pagi tidur di kelas?
Saking langkanya nih momen, lebih langka dari 7 keajaiban dunia."
Tanya Jessie

pada malam hari Ferina kurang bisa tidur, Dikarenakan terus kepikiran soal Halim, perkara di balik pohon sebelah gerobak tukang nasgor waktu itu.
Perbuatan Halim yang manis itu membuat dirinya kena insomnia.

"Gue gak bisa tidur, ada apaan sih?
Kebiasaan deh, setiap ada keheningan di situ lu selalu muncul dengan berisik."
Ferina mengusap-usap matanya mengantuk.

"Hehe Sorry, sorry. Soalnya gue ada berita penting! Super duper hot topic!"

"Hans?! Hans, dipukulin lagi sama Jay?!"
Ferina spontan mengecek bangku Hans yang masih kosong.

"Bukan, tapi Michelle.
Michelle katanya mau di kasih surat cinta, spesial pake kop amplop yang masih baru dari kepsek!"
Jessie duduk di bangku kosong depan Ferina.

"Surat SP maksudnya?
Loh?! Kok bisa?!"
Mata Ferina terbelalak sampai hampir mau mental dari tempatnya.
"Ada yang ngaduin dia ke ruang kepala sekolah?"

"Gatau deh gue, waktu gue tadi main sama si Hana ke kelas sebelah, tiba-tiba aja si Lina sama Kinal masuk ke kelas, tapi berdua-duaan nangis.
Ya gue tanya dong!"
Jessie cerita dengan penuh pendalaman.
"Mereka cerita kalo si Michelle dipanggil ke ruang kepsek terus kena sanksi karena udah melakukan pelanggaran, katanya gara-gara udah melakukan penindasan ke lu."

"Lu di apain Fer sama Michelle?!
Kok lu gak pernah cerita sama gue dan Yesika?"
Jessie mengayun-ayunkan badan Michelle dengan brutal.
"Gue kan punya tangan hulk
Kadang-kadang bisa gue salah gunain kok buat ngulekin orang.
Kalo dia macem-macem sama lu."

"Hah? Perasaan gue gak ngadu apa-apa."
Ferina banyak di buat kebingungan sekaligus terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Jangan-jangan.."

"Gue kira si Michelle baik, dih!
Nenek gayung kalo gabut ternyata sukanya nyamar jadi anak sekolahan ya!"
Jessie memain-mainkan rambutnya.
"Sebenarnya dari dulu gue udah feeling kalo dia itu cewek problematik."

Ferina menepuk bahu Jessie.
"Parah lu Jes!
Tapi gapapa, mulut berdosa lu bisa
Ditebus dengan udah bikin gue ngakak terhibur, jadi gak sia-sia haha."

Yesika baru saja masuk ke kelas.
"Fer! Lu di panggil ke ruang BK sekarang sama bu Winda."

"Oh, ok gue bakal ke sana."
Ferina beranjak dari bangku menuju ke Sana."

"Semangat ya beb, hwaiting!
Gak usah takut, lu kan gak salah."
Jessie memberikan semangat ala-ala cheers leader.

"Gue deg-deg an jir, gak bisa tenang."
Ferina memegang ambang pintu, memegang dadanya.

"Video lu yang ribut sama Michelle di tempat karoke, udah kesebar ke seluruh medsos sekolah."
Yesika menepuk-nepuk pundak Ferina.
"Lu kenapa bisa ribut sih, salah pergaulan? kemana aja lu
Fer, kayaknya akhir-akhir ini lu bermasalah mulu."

Jessie membekap mulutnya kaget.
"Oh?! Yang di bilang Danu, mengenai cerita Video dua cewek berantem itu ternyata lu dan Michelle?!"

"Bener, tapi bukan gue yang mulai kok.
Gue sendiri juga gak mau kali kayak begini, tapi kan keadaan sekitar yang kejam mengharuskan gue mengalaminya."
Ferina pamit undur diri dari Yesika untuk ke ruang BK.

Di lorong Ferina berpapasan dengan Hans.
Ke duanya masih di bayang-bayangi kecanggungan.

Hans memegang erat tali ranselnya.
"Halim udah cerita, katanya kita berdua di incar sama Jay gara-gara ulah Michelle.
Tapi tenang aja, Jay sama Michelle udah di panggil ke ruang BK sekarang.
Barusan aku juga udah kasih keterangan yang detail di sana, jangan-jangan kamu juga mau ke sana kan buat menjelaskan?"

"Iya, tapi siapa yang ngaduin pembullian Jay sama Michelle ke kita?"
Tanya Ferina.

"Katanya Lina ngevideoin kalian berantem di tempat karoke, dan ada bukti rekaman kalo Michelle ngasih bayaran ke Jay, Felic dan lainnya buat menindas kita.
terus di post di story instagram, padahal dia ngeshare-nya ke temen deket tapi tidak disayangkan ada yang cepuin."
Tutur penjelasan dari Hans.

"Udah senang-senang, ternyata bukan Halim yang ngelapor."
Ferina terbungkuk lesu.

Hans hanya tersenyum kaku memandang Ferina.

Ferina lupa kalau yang ada di depannya adalah Hans. Karena apa yang dikatakannya pasti akan menyinggung perasaannya.
"M-maksudnya, soalnya kan dia yang kemarin tolongin aku kabur. Ternyata cuek banget idih!"

"Justru Halim yang cepuin mereka, terus laporin ke guru BK, mungkin Lina kira akun bodong punya Halim itu milik lu yang udah lama gak aktif, soalnya gak pernah update apapun dan liat ig story dia, apa lagi cuma lu yang mutualan sama dia."

Ferina menutup mulutnya, seraya
Menahan takut lengkungan senyumannya tiba-tiba terbentang.
"Syukurlah, ternyata dia masih punya hati nurani. Kirain isi tubuhnya 100% udah terkontaminasi keruh sama amal ibadah perbuatannya."

"Hehe, kamu senang ya Fer? Ternyata cowok yang kamu suka, dia yang Diam-diam menjadi malaikat penyelamat. Selamat haha."
Hans masih dalam mood untuk tersenyum.
"Itu sebabnya aku gak mau nembak kamu, soalnya jawabannya iya itu bukan tertuju buatku."

"Maaf Hans.
Memang benar, tapi walaupun aku suka sama dia, jawaban iya itu gak akan terlontarkan pada dia yang aku sukai sekarang. dia bakal menemukan dan mendengar kata iya dari perempuan beruntung itu yang adalah pujaan hatinya suatu hari nanti."
Ferina menatap sepasang sepatunya.
"Tuh, sekarang aku udah jujur ya.
Kita harus tetep jadi sahabat baik seperti pertama kali. Kalo enggak, berarti kamu mengingkari."

"Iya, kan kamu lihat sendiri sekarang.
Emang aku mencak-mencak ke kamu? Enggak kan?"
Hans mengacak-acak rambut Ferina.
"Gimana sih."

Ferina merapikan rambutnya.
"Btw, kamu sama temen-temen yang lain udah pake bahasa unformal. Kayaknya biar fair, kita juga hehe."

"Cepetan lu ke ruang BK, harusnya ke sana lu gak ada masalah, nanti jadi kena marah gara-gara lelet."

"Buset, gak nyantai amat.
Oke gue ke sana dulu! Doakan aku ya!"
Ferina mengepalkan tangan seperti akan segera melewati tantangan benteng takeshi.

Hans menggeleng-geleng kepalanya sambil tersenyum
Karena melihat kelakuan Ferina yang terkadang absurd.

Hans membuka layar handphonenya.
Terlihat banyak pesan notifikasi yang tertumpuk dan belum di buka dari kemarin,
"ruang HP ku kalo seperti kamar, banyak banget sampah gak pentingnya. Bersih-bersih ah, paling juga kebanyakan notif dari Facebook."

Ketika Hans sedang sibuk menswipe,
Tertera ada 3 email masuk dalam waktu yang berbeda-beda dari SUM entertainment.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote!

Notes About Us (YOL00's SQUAD!) | TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang